TRIBUNMANADO.CO.ID- Fraksi Partai Gerindra di DPR RI walk out setelah Ketua MPR Zulkifli Hasan secara sepihak mengubah pembaca doa dalam sidang paripurna akhir masa jabatan MPR RI periode 2014-2019 di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Jumat (27/9/2019).
Anggota MPR RI Fraksi Partai Gerindra Rahayu Saraswati D Djojohadikusumo atau biasa disapa Sara kecewa kepada Ketua MPR Zulkifli Hasan.
Peristiwa itu diawali dengan Zulkifli yang membacakan rancangan peraturan dan tata tertib pada sidang, pidato ketua MPR, rekomendasi kepada MPR periode 2019-2024 serta laporan hasil kinerja MPR periode ini.
Usai menyampaikan pidato, Zulkifli mengatakan bahwa dirinyalah yang akan membacakan doa dengan alasan mempersingkat waktu.
Doa penutup pun akhirnya dibacakan oleh Ketua MPR.
"Saudara-saudara, untuk menyingkat waktu, saya akan membacakan doa singkat," ujar Zulkifli.
Rupanya, agenda yang dirancang sebelumnya tidak demikian.
Dalam rundown yang telah disepakati, tertulis bahwa pembacaan doa seharusnya dilakukan oleh anggota MPR dari Fraksi Partai Gerindra, yaitu Sara.
Keponakan Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto itu menjelaskan bahwa pimpinan fraksinya sudah menugaskan dirinya untuk menjadi pembaca doa dalam sidang akhir masa jabatan MPR RI itu.
"Jujur, saya kaget dan sangat gugup.
Sampai badan saya gemetaran karena tekanan yang luar biasa, menyadari bahwa ini artinya akan adanya perempuan pertama dan non-Muslim pertama yang akan membacakan doa di sidang terhormat ini," ujar Sara kepada wartawan, usai sidang.
Mendapatkan tugas itu, Sara pun menuliskan doa pada secarik kertas.
Sampai sekitar pukul 02.00 WIB ia merancangnya demi kesempurnaan kalimat dalam doa.
Salah satu topik yang dimasukkan ke dalam doanya adalah bagaimana pimpinan MPR dapat fokus pada empat konsensus dasar negara, yaitu Pancasila, NKRI, UUD NRI 1945, dan Bhinneka Tunggal Ika.
Belakangan, Sara mendapatkan informasi dari sekretaris fraksi Gerindra bahwa Zulkifli keberatan Sara menjadi pembaca doa.