Wakil Gubernur Papua Barat Mohamad Lakotani membenarkan terjadinya kerusuhan di Fakfak.
Menurut dia, pada Rabu pagi terjadi pembakaran kantor Dewan Adat dan pasar Thumburuni di Fakfak.
"Beberapa jam lalu terjadi pembakaran kantor Dewan Adat dan Pasar Tumburuni," kata Lakotani, seperti dikutip dari Tribun Palu, Rabu siang.
Menurut Lakotani, berdasarkan informasi yang diterimanya, saat ini situasi sudah bisa dikendalikan oleh aparat keamanan.
Sementara untuk mencegah meluasnya kerusuhan, pihak kepolisian menambah jumlah personelnya.
Menurut Lakotani, penyebab kerusuhan di Fakfak merupakan lanjutan dari aksi protes atas rasisme ke mahasiswa Papua di Surabaya, beberapa waktu lalu.
Lakotani sendiri menduga aksi kerusuhan ini sudah ditunggangi pihak-pihak tertentu.
Aksi massa di Kabupaten Fakfak terjadi sejak Selasa (20/8/2019) malam.
Namun aksi tersebut sempat berhenti setelah petugas mengamankan beberapa pendemo yang membakar ban di tengah jalan.
Sadidah, salah satu warga Fakfak saat dihubungi melalui telepon oleh Kompas.om Rabu (21/8/2019) bercerita aksi massa pertama kali terjadi pada Selasa malam usai karnaval umum peringatan 17 Agustus.
"Saat itu selesai karnaval ada beberapa orang yang aksi demo dan membakar ban dan pembatas jalan di Pasar Tumburuni," cerita Sadidah.
Namun situasi sempat tenang setelah petugas mengamankan beberapa orang.
Sadida juga bercerita pada Selasa pagi sebelum karnaval umum sempat ada aksi damai terkait peristiwa yang terjadi di Surabaya, Jawa Timur.
Namun aksi tersebut berjalan lancar tanpa ada kerusuhan.
Aksi damai selesai sebelum karnaval umum dimulai.