Siapa pun Berbakat Seperti Prada DP, Survei: 91 Persen Pria Berpikir untuk Bertindak Tak Manusiawi

Editor:
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ilustrasi

Namun di antara kera besar, proporsi ini meningkat menjadi 1,8 persen; dan meningkat lagi menjadi dua persen di antara manusia-manusia prasejarah.

Namun, proporsi untuk manusia kerap mengalami fluktuasi. Pada zaman besi dan era pascaklasik, misalnya, proporsi kematian akibat kekerasan antar manusia turun hingga di bawah dua persen.

Melihat hal ini, penulis pertama studi dari Estación Experimental de Zonas Áridas (EEZA), José María Gómez, berkata bahwa meskipun kekerasan mematikan merupakan bagian dari sejarah evolusioner manusia, tetapi hal ini tidak tertanam dalam gen kita.

Kemampuan manusia untuk mengatur dirinya dalam kehidupan bermasyarakat bisa memengaruhi tingkat kekerasan antar manusia, ujarnya.

Refleks yang agresif

Sedikit berbeda dari Gómez; Douglas Fields, seorang pakar neurosains dan penulis buku Why We Snap, berpendapat bahwa secara biologis, kita memang cenderung bereaksi dengan kekerasan ketika dihadapkan dengan situasi tertentu.

Pasalnya, otak kita, menurut Fields, memiliki kemampuan untuk memonitor bahaya dan memunculkan agresi sebagai mekanisme perlindungan diri.

Dia mengatakan, kita semua punya kapasitas untuk kekerasan karena dalam situasi tertentu, itu memang dibutuhkan untuk keselamatan kita.

Akan tetapi, pada beberapa individu, mekanisme ini bisa jadi terlalu sensitif.

Khususnya ketika menghadapi tantangan-tantangan di masa modern yang belum pernah dialami otak manusia-manusia pendahulu, mekanisme perlindungan diri pada otak ini bisa mengalami kesalahan.

Fields berkata bahwa contoh-contohnya sering kita lihat di dunia nyata.

Misalnya, ketika seseorang tiba-tiba marah besar karena terjebak kemacetan atau melawan hinaan verbal yang tidak seberapa dengan agresi fisik yang berlebihan.

Untungnya, kita tidak sepenuhnya dikontrol oleh refleks agresif ini.

Fields berkata bahwa menyadari bagaimana otak kita bekerja bisa membantu mengontrol respons kita terhadap ancaman yang dirasakan.

Terutama bagi remaja yang korteks prefrontal atau bagian otak yang membatasi dan mengontrol mekanisme pendeteksian ancamannya belum tumbuh sempurna.

Halaman
123

Berita Terkini