Saat TRI berubah menjadi Tentara Nasional Indonesia (TNI), Lembong menjadi Komandan Brigade XVI di Jogja dengan pangkat Letnan Kolonel.
Bulan September, Lembong sempat diculik atas suruhan Kahar Muzakar, salah satu perwira bawahannya.
Namun ia berhasil dibebaskan oleh Ventje Sumual.Lembong pun dicopot dari jabatannya.
Ia kemudian dimutasi sebagai perwira staf di markas besar TNI Yogjakarta.
Lembong lantas diwacanakan untuk menjadi atase militer Indonesia di Filipina dengan Sam Ratulangi sebagai duta besar.
Penempatan Lembong dimaksudkan untuk menggalang kekuatan Indonesia di Filipina dengan tugas pertama membebaskan Minahasa dari Belanda. Namun rencana itu urung terlaksana.
Belanda menyerang Indonesia lagi pada agresi militer ke 2.Lembong ingin kembali bergerilya.
Sport dan Kesehatan
Baca: Sejarah Hari Ini 17 Agustus - Gol Beckham dari Tengah Lapangan yang Meroketkan Namanya
Baca: Barcelona Serius dan Tak Main-main Soal Philippe Coutinho: Tinggalkan Stadion Camp Nou
Baca: Cara Mengetahui Tubuh Tengah Kekurangan Asupan Protein
Namun ia tertangkap tentara Belanda, dipenjarakan di Ambarawa dan dibebaskan setelah perjanjian Roem Royen.
Setelah penyerahan Kedaulatan Indonesia, Lembong beroleh jabatan mentereng sebagai kepala diklat TNI.
Untuk maksud ini ia berkunjung ke Bandung demi bertemu pasukan Siliwangi yang dipimpin Leo Kailalo.
Saat itu, Angkatan Perang Ratu Adil (APRA) sedang menyerang pasukan Siliwangi.
Dan Lembong ternyata ditakdirkan wafat di Indonesia.
Ia yang seperti punya sembilan nyawa di Filipina, jadi korban keganasan pasukan APRA di bawah pimpinan Raymond Westerling dalam pembantaian di Bandung pada 23 Januari 1950.
Nama Lembong lantas dijadikan nama jalan di Kota Bandung.Jejak perjuangannya seakan tenggelam.
Padahal Lembong memiliki latar belakang perjuangan yang unik.Ia adalah pejuang dengan reputasi gerilya luar negeri.Satunya lagi adalah Tan Malaka. (art)