Meriam itu kemudian diboyong ke Batavia.
Tetapi ketika Belanda diserang Inggris dan bentengnya diluluh-lantakkan, saking beratnya, Si Jagur tidak bisa diselamatkan, ia ditinggalkan sendirian.
Bukan hanya itu kisah di balik keberadaan sang meriam sundut.
Jika versi ini benar adanya, masih ada kisah lainnya.
Baca: 5 Fakta Pelaporan Hotman Paris Oleh Farhat Abbas Terkait Dugaan Kasus Pornografi
Baca: Aurel Menambah Daftar Anggota Paskibra yang Meninggal, Berikut Kisah dari Kasus Serupa
Baca: Cemburu Lihat Foto Suaminya Viral Bantu Wanita Korban Kecelakaan, Istri Malah Bikin Polisi Masuk UGD
FOLLOW INSTAGRAM TRIBUN MANADO
Yakni, Si Jagur ternyata punya pasangan tempur bernama Ki Amuk, yang ditempatkan di Museum Banten Lama, Serang.
Ki Amuk sebelumnya tersimpan di sebelah utara pintu masuk Pelabuhan Karanghantu.
Tempat itu dulunya pusat kekuatan pasukan tempur Kesultanan Banten dalam menghadang musuh.
Julukan Ki Amuk diberikan karena benda tersebut mencerminkan kedahsyatan seseorang, saat mengamuk.
Kekuatannya bisa meluluh lantakkan apa pun yang ada di depannya.
Meriam itu, katanya, merupakan hadiah Raden Fatah dari Kerajaan Demak.
Saat Banten diduduki Belanda, Si Jagur dan Ki Amuk pernah disandingkan.
Seusai perang, kedua meriam berusaha diangkut ke Batavia dengan menggunakan dua buah truk.
Namun Ki Amuk rupanya betul ngambek.
la tidak sudi dibawa ke Batavia, sehingga truk yang mengangkutnya mogok.
Walau sudah lama diperbaiki, mesin truk tersebut masih tetap tidak bisa dihidupkan lagi.
Akhirnya Ki Amuk diturunkan. Anehnya, setelah tidak mengikutsertakan Ki Amuk, truk tersebut bisa berjalan lagi.
Beda dengan Si Jagur yang terlihat senang hati hendak dibawa ke kampung halamannya.
Mungkin karena merasa "berasal" dari Batavia, truk yang mengangkut Si Jagur sama sekali tidak mengalami rintangan sedikit pun.
Baca: KISAH Pebecak dengan Keterbatasan Fisik, Sejak Kecil Yatim Piatu dan Bekerja Demi Hidupi Anak Istri
Si Jagur terbuat dari coran besi, meriam sundut dan memiliki berat sekitar 3,5 ton.
Panjang larasnya 3,85 m dan diameternya sekitar 25 cm.
Pada salah satu sisinya, terdapat tulisan dalam bahasa Latin yang berbunyi: Ex me Ipsa renata Sum, yang artinya kurang lebih "dari saya sendiri aku dilahirkan kembali".
Si Jagur memang diperkirakan berasal dari 16 meriam kecil yang dilebur menjadi satu.
Yang agak unik dan menjadi cerita yang amat kontroversial tentang meriam ini, bagian pangkalnya berbentuk kepalan tangan kanan.
Tetapi posisi jempolnya dijepit jari telunjuk dan jari tengah.
Bentuk seperti itu oleh banyak orang diidentikkan sebagai simbol atau lambang sanggama.
Dalam istilah yang sopan disebut "lambang kesuburan".
Ada yang percaya bahwa Si Jagur yang juga dijuluki Kiai Setama itu mempunyai pasangan (kali ini bukan pasangan tempur di medan perang, tapi pasangan tempur "di tempat tidur") di Solo yang dijuluki Nyai Setama.
Konon, jika kedua meriam itu disandingkan, ceritanya bakal "seru".
Entah apa yang dimaksudkan "seru" di sini.
Si Jagur pada mulanya ditempatkan di satu tempat di Jln. Cengkeh - Tongkol di Jakarta Kota.
Letaknya tidak jauh dari makam Habib Husein bin Abubakar Alaydrus yang terletak di dalam Masjid Luar Batang.
Semasa hidupnya, habib yang berasal dari Hadramaut dan menjadi guru agama itu tinggal di dekat benteng VOC.
Setiap hari, apalagi pada malam Jumat, makamnya banyak diziarahi pengunjung dari berbagai daerah. (*)
Baca: Kecelakaan Maut Truk Timpa Mobil Tinggalkan Kisah Korban yang Berencana Tunangan Bulan Ini
Baca: Kisah Mahfud MD yang Mendapat Julukan Peluru Tak Terkendali oleh Gus Dur, Merasa Bernostalgia
Baca: TERUNGKAP - Fakta Baru Kasus Mayat Dalam Koper Selebgram Cantik, Pelaku Sempat Minta Lakukan Hal Ini
SUBCRIBE TRIBUN MANADO TV