Penjelasan Kemenag soal Pengibaran Bendera Tauhid Tidak Terkait HTI

Penulis: Tim Tribun Manado
Editor: Lodie_Tombeg
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin tiba untuk menjalani pemeriksaan di kantor KPK, Jakarta, Rabu (8/5/2019). Lukman diperiksa sebagai saksi kasus dugaan suap seleksi jabatan di lingkungan Kementerian Agama tahun 2018-2019 dengan tersangka Romahurmuziy.

TRIBUNMANADO.CO.ID, JAKARTA - Netizen hangat mengomentari foto sejumlah siswa Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 1 Cibadak, Kabupaten Sukabumi, yang mengibarkan bendera bertuliskan kalimat tauhid yang identik dengan satu organisasi yang sudah dilarang di Indonesia. Pihak sekolah pun angkat bicara mengenai permasalahan tersebut.

"Saya sudah mengambil langkah-langkah yang mestinya ditempuh. Hari ini (Minggu), kami kedatangan Direktur KSKK (Kurikulum Sarana Prasarana Kesiswaan dan Kelembagaan) Madrasah, Ahmad Umar, yang melakukan investigasi terhadap ramainya foto siswa kami di media sosial," kata Kepala Sekolah (Kepsek) MAN 1 Cibadak Sukabumi Pahirudin melalui sambungan telepon, Senin(22/7).

Baca: Kata Gubernur Olly soal Penundaan Pelantikan Bupati Talaud Elly Lasut

Menurutnya investigasi itu sifatnya lebih kepada tabayyun, Kementerian Agama RI ingin mengklarifikasi kebenaran informasi soal foto siswa yang mengibarkan bendera bertuliskan kalimat tauhid dalam bendera berwarna merah dan hitam. "Alhamdulillah, hari ini kami tabayyun. Kejadiannya itu bukan hoaks. Memang benar terjadi. Tapi tidak ada unsur yang lain-lain," katanya.

Pengibaran bendera itu terjadi saat masa pengenalan lingkungan sekolah (MPLS) pada Jumat (19/7). Pahirudin memastikan pengibaran bendera tersebut dilakukan siswa secara spontanitas, tanpa ada paksaan atau pengarahan.

"Saya tadi bersama Pak Direktur KSKK juga merayu siswa kami yang mengibarkan bendera itu. Kami tanya, siapa tahu ada yang mengarahkan dari guru atau siswa lain. Tapi tidak ada. Itu semata-mata karena spontanitas," ujarnya.

Baca: 3 Pimpinan KPK Vs 9 Jenderal Polri: Ini Nama-nama yang Lolos Seleksi

Siswa bersangkutan pada Sabtu sempat dimintai keterangan di kantor kepolisian setempat. Intinya, pihak kepolisian juga ingin mengetahui persis motif di balik pengibaran bendera tersebut. "Bukan diinterogasi lah, tapi diminta keterangan, ditanyai dan dijawab sejujur-jujurnya. Itu aksi spontanitas. Kalau sudah menyebar di medsos mah kan tidak melihat A, B, atau C," katanya.

Pahirudin menyebutkan hari Minggu siswa yang bersangkutan dengan membuat konsep surat pernyataan pemintaan maaf atas kekhilafannya saat kegiatan MPLS di sekolah. Surat pernyataan itu dikonsep siswa bersangkutan tanpa ada tekanan dari pihak manapun.

"Siswa sudah membuat konsep pernyataan sendiri. Tidak didikte. Membuat pernyataan sikap permohonan maaf kepada umat Islam yang ada di Kecamatan Cibadak pada khususnya. Kemudian tidak akan membuat kegiatan-kegiatan yang disebar melalui medsos. Itu salah satu poin-poinnya. Hanya sementara itu dulu," katanya.

Pahirudin mengaku kecolongan atas kejadian di sekolah yang dipimpinnya. Sebab, saat itu sedang dilakukan pembagian kelas. "Ada anak yang nyeleneh. Yang melakukannya hanya satu orang.

Jadi, siswa itu mengajak siswa lainnya yang terpaksa dan tidak terpaksa titah pangnyekelkeun euy (suruh memegang). Ada cerita seperti itu. Anak itu sendiri yang melakukannya, tidak beberapa orang. Pak Direktur (KSKK) juga sempat mengecek, tapi (siswa yang lain) memang enggak tahu apa-apa," katanya.

Investigasi yang dilakukan Direktur KKSK Madrasah Kemenag RI didampingi juga dari Kemenag Kabupaten Sukabumi. Pihak-pihak lain pun seperti dari MUI Kecamatan Cibadak, Koramil, Polsek Cibadak, Forum Kerukunan Umat Beragama, dan lainnya sudah ber-tabayyun ke MAN 1 Cibadak.

"Tapi permasalahan belum clear. Kami menjawab yang sebenarnya terjadi. Tapi belum tentu juga selesai, karena nanti ada pembinaan dan lainnya. Cuma memang unsur ketidaksengajaan mengerucut. Sangat jelas. Artinya, bukan semata-mata di kami ada itu," katanya.

Tidak Terkait HTI

Kapolres Sukabumi AKBP Nasriadi mengatakan tidak ditemukan keterkaitan dengan Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) atau organisasi terlarang lainnya dalam aksi siswa mengibarkan bendera Tauhid di MAN 1 Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat.

Baca: Alasan Anggota DPR Sukiman Tolak Rekonstruksi Suap di Halaman Masjid

"Anak tersebut dan kepala sekolah sudah dimintai keterangan di Polsek Cibadak bersama dengan Kementerian Agama (Kemenag). Sementara ini tidak ditemukan indikasi yang bersangkutan terlibat HTI dan sebagainya. Aksi dalam foto itu hanya untuk menarik perhatian teman-temannya saja agar masuk ke organisasi mereka di rohis," ujar AKBP Nasriadi.

Nasriadi menyayangkan kegiatan tersebut lolos dari pengawasan para pendidik di sekolah tersebut. Namun ia berharap pihak sekolah dan Kemenag bisa menjadikan peristiwa itu sebagai pelajaran ke depan. "Kita serahkan penyelesaiannya di internal sekolah dan Kemenag, harapan kami seluruh kegiatan berkaitan dengan siswa di lingkungan sekolah harus diketahui oleh guru-guru," ucap Nasriadi. 

Polisi juga meminta ada pengawasan terhadap kegiatan siswa di lingkungan sekolah. "Langkah kepolisian, kita mengamankan bendera tersebut. Memberikan pemahaman soal organisasi-organisasi yang dilarang oleh pemerintah dan siswa yang bersangkutan juga membuat surat pernyataan," ujar Nasriadi.

Ketua DPP Partai Golkar Ace Hasan Syadzily mengatakan seharusnya Madrasah, apalagi yang dikelola Kementerian Agama harus mengedepankan semangat NKRI daripada penggunaan bendera yang identik dengan organisasi yang terlarang. "Pak Menag mohon segera diklarifakasi tentang penggunanaan atribut bendera ini yang kabarnya berada di MAN 1 Sukabumi," ujar Ace.

Direktur Kurikulum, Sarana, Kelembagaan, dan Kesiswaan (KSKK) Madrasah Kementerian Agama, Ahmad Umar menjelaskan berdasarkan arahan dari Menag Lukman Hakim Saifuddin tim melakukan konfirmasi dan verifikasi atas informasi yang beredar di media sosial.

"Berdasarkan penjelasan mereka dan keterangan sejumlah pihak, untuk sementara kami berkesimpulan bahwa tidak ada indikasi keterkaitan dengan HTI," kata Umar.

Umar mengatakan kejadian pengibaran ini disebabkan ketidakmengertian siswa terhadap penggunaan bendera mirip HTI. Bendera itu, menurut Umar, dikibarkan dalam promosi kegiatan sesuai program pengenalan siswa baru. 

Menurut Umar, para siswa tersebut ingin menarik siswa baru untuk ikut ekskul keagamaan di madrasah itu. "Namun demikian, kami masih terus melakukan penelusuran untuk mendapatkan data lebih komprehensif.

Jika ternyata ditemukan unsur pidana, kami serahkan kepada penegak hukum," ujarnya.  Usai kejadian tersebut lanjut Umar, pihaknya meminta seluruh guru dan siswa di MAN 1 Sukabumi, Jawa Barat berkomitmen patuh terhadap pembinaan yang dilakukan Kementerian Agama serta tidak terpapar paham ekstrem. (Tribun Network/fer/kps/wly)

Berita Terkini