TRIBUNMANADO.CO.ID, JAKARTA - Polri mengumumkan hasil investigasi internal terkait kerusuhan 21-22 Mei di Jakarta. Temuan mereka, salah satu korban bernama Harun Al Rasyid (15), tewas setelah ditembak dari jarak 11 meter oleh penembak misterius.
Hal itu disampaikan Direktur Kriminal Umum Polda Metro Jaya, Kombes (Pol) Suyudi Ario Seto, dalam jumpa pers di Mabes Polri, Jakarta, Jumat (5/7).
Suyudi menjelaskan, berdasarkan hasil uji balistik dikombinasikan dengan keterangan saksi mata, penembak diduga menempatkan senjata apinya di bawah dada mengarah ke samping. Dalam posisi itulah sang penembak misterius melepaskan tembakan sehingga mengenai Harun.
Baca: Polri Kirim Banyak Jenderal Capim KPK: Ini yang Dikhawatirkan Peneliti LIPI
"Arah (peluru) lurus mendatar. Karena posisinya (Harun) di trotoar, agak tinggi. Jadi, diduga pelaku ini agak tinggi karena pelaku (pegang senjata api) di sini (di bawah dada menembaknya). Jaraknya kurang lebih 11 meter," kata Suyudi.
Ia menjelaskan, penembak misterius diduga berada dai arah ruko dekat fly over Slipi. Pelurunya pun mengenai lengan kiri Harun hingga tembus ke rongga dada.
Berdasarkan keterangan saksi, penembak misterius memiliki tinggi sekitar 175 sentimeter. Tubuhnya kurus serta memiliki rambut gondrong.
Suyudi pun memastikan tembakan yang menewaskan Harun tidak berasal dari polisi. Sebab, polisi berada 100 meter di depan kerumunan massa, sedangkan arah tembakan berasal dari samping kanan massa. Bukti lainnya, proyektil peluru yang bersarang di tubuh Harun tidak berasal dari peluru senjata organik personel Brimob yang bertugas.
Baca: Siswa MIS Kantongi Medali Perak di Ajang OSN 2019
Kepala Biro Penerangan Masyarakat Divisi Humas Polri Brigjen (Pol) Dedi Prasetyo memastikan, penyidik kepolisian sedang menginvestigasi sosok penembak misterius ini.
Cara pertama, yakni menganalisis video rekaman kerusuhan. Kedua, penyidik juga menggunakan teknologi 'voice analysis'. Cara ini dilakukan untuk mengidentifikasi jenis suara letusan pada saat kerusuhan.
Hasil dari analisis keduanya ini akan dikombinasikan dengan hasil rekonstruksi terhadap korban meninggal dunia, termasuk keterangan saksi. Diharapkan, cara ini membuahkan hasil soal sosok penembak misterius itu. "Karena ada saksi yang melihat korban itu tertembak, jatuh, kemudian dievakuasi. Semuanya itu akan kami dalami," ujar Dedi.
Kerusuhan terjadi di beberapa titik di ibu kota bersamaan unjuk rasa penolakan hasil Pilpres 2019 yang digelar di sekitar gedung Bawaslu Jakarta, pada 21 dan 22 Mei 2019 lalu. Sebanyak sembilan orang tewas, ratusan warga dan polisi luka-luka serta 442 orang perusuh ditangkap. Keempat korban meninggal karena terkena peluru tajam.
Libatkan 8 Kelompok
Dedi Prasetyo mengungkapkan ada delapan kelompok yang terlibat dalam kerusuhan di ibu kota pada 21-22 Mei 2019. Kelompok-kelompok tesrebut mendesain kerusuhan di ibu kota. Saat ini, penyidik mashi mendalami kelompok-kelompok tersebut. "Kelompok-kelompok tertentu ini ada delapan kelompok yang bermain di tanggal 21 dan 22," kata Dedi.
Dedi menerangkan, dari investigasi kepolisian, ada beberapa kelompok dari delapan kelompok perusuh yang telah teridentifikasi. Salah satunya adalah kelompok teroris. Kelompok tersebut merencanakan memanfaatkan momentum keramaian unjuk rasa massa untuk melancarkan aksi terorisme. Kelompok itu juga menyiapkan beberapa senjata tajam dan senjata api saat ingin melancarkan aksinya.
Baca: Wanita Yang Menjilati Es Krim Dalam Video Viral Terancam Dipenjara Dengan Waktu Yang Lama
Menurut Dedi, informasi itu diperoleh dari pengamatan intelijen. "Pelaku terorisme siapkan puluhan bom, baik low atau high explosive," ujar Dedi.