Pengamat Politik Sulut, DR Max Rembang menyampaikan, Golkar dan PDI Perjuangan berhasil meraih masing-masing 10 kursi DPRD Sulit
Jumlah itu sudah lebih dari cukup untuk tiket mengusung calon kepaladDaerah.
Hasil ini bisa jadi gambaran kekuatan, tapi Max mengatakan, peta politik legislatif kadang tak sama dengan peta politik Pilkada
"Hasil Pileg tidak selamanya sama hasil di Pilkada," ujar dia.
Bisa diprediksi Pilkada 2020 jadi pertarungan head to head antara Golkar dan PDI Perjuangan.
Di Golkar telah berkembang akan melanjutkan politik dinasti Christiany Eugenia Paruntu.
Tongkat estafet kepemimpinan kemungkinan bakal diserahkan kepada adiknya Michaela Elsiana Paruntu (MEP)
Kefigurannya sudah teruji, MEP saat ini memegang jabatan pelayanan gereja sebagai Ketua Komisi Ketegorial Remaja Sinode GMIM.
Lanjut Max, Golkar tetap masih diuntungkan, CEP masih akan menjabat Bupati Minahasa Selatan ketika Pilkada Minsel dihelat.
Artinya masih akan memegang sumber kekuatan politik yakni birokrat.
"Tapi secara politik Tetty dan Michaela itu sosok yang berbeda, tetap akan memengaruhi pilihan masyarakat Minsel," kata dia.
Di lain pihak, PDIP pun sudah mencuat wacana bakal mengusung incumbent Franky Donny Wongkar, Wakil Bupati Minsel.
Di Pilkada sebelumnya, PDIP harus puas di posisi papan 2, 5 tahun membangun kekuatan sudah terlihat hasilnya di Pileg DPRD MInsel.
Franky menjabat Sekretaris DPD PDIP Sulut.
Incumbent kemudian menjabat struktural partai menjadikan Franky di urutan pertama kandidat yang bakal diusung.
PDIP punya modal yakni momentum bisa mengimbangi kekuatan Golkar di Minsel. Perolehan suara PDIP melonjak dari 6 kursi di Pileg 2014, jadi 10 kursi di Pileg 2019.
Figur alternatif lainnya yakni Billy Lombok. Tokoh muda Minsel saat ini menjabat Anggota DPRD Sulut.
Mantan Ketua Pemuda Sinode GMIM ini patut diperhitungkan, kalau pun tak di papan 1, berpeluang diusung di papan 2. (ryo)