Para leluhur menganggap Manguni adalah rekan hidup sehari-hari di alam ini. Dianggap teman yang akrab, bahkan ia dianggap sebagai pengantara manusia dengan Dia Yang Tinggi dan Mahakaya serta Yang Berkemurahan.
"Bagi para leluhur kita, Manguni bukan burung hantu. Ia disayangi dan diberikan tempat khusus dalam hati leluhur kita, sekali lagi sebagai teman. Ia lah pemberi isyarat atau kabar kepada mereka lewat bunyi atau nyanyiannya," ujarnya.
Jutaan simbol diperhadapkan kepada manusia dalam kehidupan sehari-hari. Sadar atau tidak, simbol adalah sebuah sistem yang telah menjadi bangun ruang dari peradaban manusia, apapun suku dan bangsa, di manapun manusia berada.
"Yang terutama adalah bahwa simbol membuat kita mengerti tentang sesuatu, sesuatu yang bermakna yang ingin disampaikan oleh mereka yang pertama kali menggunakan simbol itu," ujarnya
Kini di Minahasa, Manguni digunakan sebagai lambang dari macam-macam organisasi, mulai dari lembaga keagamaan sampai organisasi militeristik. Seluruh dunia juga telah memahami strigiformes dengan berbagai pemahaman, sesuai dengan konteks masing-masing. Keberagaman ini sesungguhnya adalah kekayaan.
"Kita perlu belajar menemukan makna esensial dari setiap kata, kemudian untuk menerima bahwa orang lain punya hak untuk berbeda pemahaman dengan kita. Paling tidak sekarang saya juga mengerti bahwa Manguni tidak hanya nama mobil atau nama perusahaan, atau juga merek pengusir nyamuk," pungkasnya. (eas/fin)