Penuh Makna Mendalam, Sejarah Cap Go Meh dan Yuan Xiao (Goan Siau) di dunia dan di Manado

Penulis:
Editor:
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ketua Komunitas Budaya Tionghoa Sulut Sofyan Yosadi

Bangunan Klenteng ini sudah ada sejak abad ke 17 berupa dinding dari bambu dan beratap nibong. Setelah beberapa kali renovasi maka tercatat berdiri bangunan semi permanen pada tahun 1819. Padahal jauh sebelum itu sudah ada bangunan Klenteng ini.

"Orang Tionghoa di Manado sudah ada sejak kedatangan bangsa Eropa di tanah Minahasa (Manado, Wenang)," ujarnya.

Interaksi perantauan Tionghoa di tanah Minahasa karena dibawa bangsa Eropa sebagai pekerja. Bangsa Portugis yang dipimpin Simao d'abreu tiba di Tanah Minahasa tahun 1523. Bangsa Spanyol yang disebut orang Minahasa bangsa Tasikela (kastela) menginjakkan kakinya di tanah Minahasa tahun 1530. Ketika kapal Belanda yang dipimpin Jan Lodewijk Rossinggeyn pada tahun 1608 mendarat di Tanah Minahasa (Manado) didirikanlah loji untuk mengumpulkan hasil bumi. Selanjutnya tahun 1655 dibuat benteng kayu yang diberi nama Nederlandche Vasticheijt. Tahun 1673 benteng kayu direnovasi menjadi beton dan dinamakan benteng Fort Amsterdam, renovasi ini selesai pada tahun 1703.

"Para pekerja Tionghoa mulai mendirikan bangunan rumah di belakang benteng ini yang kelak menjadi kampung Cina Manado. Lokasi benteng Fort Amsterdam ini sekarang dinamakan pasar 45 dan berdirilah kawasan taman kesatuan bangsa," katanya.

Pemukiman Tionghoa yang disebut Ghetto (Loh Tia) atau Kampung Cina Manado oleh bangsa Belanda dipilih seorang Wijkmeester berupa Luitenant dan Kapitein der Chinezeen dengan tujuan menjaga ketertiban dan keamanan serta mempermudah pengawasan. Seiring perkembangan jaman maka kampung Cina di Manado mengalami pertambahan penduduk baik dari datangnya jung atau kapal perantauan Tionghoa dan kapal bangsa Eropa yang mengikutsertakan pekerja Tionghoa, juga mulai terjadi interaksi kawin mawin antara Tionghoa dan penduduk lokal Minahasa.

Jelang Cap Go Meh Manado, Panitia Siapkan Kolaborasi Tarian Kabasaran dan Musik Bambu (TRIBUN MANADO/THEODORON PONGANTUNG)

"Tercatat dalam sejarah, pekuburan Tionghoa pertama di Manado yang kemudian dipindahkan dan dibangun rumah sakit Gunung Wenang hingga sekarang berdiri hotel megah yang bernama hotel Peninsula. Tahun 1825 dibangun pula rumah abu yang bernama Kong Tek Su di kawasan kampung Cina Manado," katanya.

Ritual Capgomeh di Manado sangat unik dan lain dibandingkan dengan daerah lain seperti Singkawang, Jawa, Sumatera dan lain-lain. Di Manado, katanya prosesi bertanya melalui Po Poe kepada Shen Ming (Sien Beng) apakah saat Capgomeh bisa keluar di jalan raya berkeliling atau tidak dilakukan di Klenteng Ban Hin Kiong.

"Prosesi yang dilaksanakan di Klenteng pertama dan tertua ini sudah berjalan ratusan tahun hingga kemudian munculnya Klenteng-Klenteng lain yang mengikutinya. Ritual Po Poe yang sangat khas ini berbeda dengan daerah lain bahkan di Tiongkok sendiri tidak melaksanakan Po Poe untuk melaksanakan ritual Capgomeh," katanya.

Banyak hal katanya dihubung-hubungkan dengan keluar atau tidak keluarnya ritual Capgomeh di Manado. Jika tidak keluar maka dianggap akan ada bencana, hama, penyakit, peperangan, gangguan keamanan.

"Kalau keluar maka akan banyak berkat, hasil bumi berlimpah dan sebagainya," katanya.

Dulu asumsi ini lanjutnya sering dikaitkan dengan beberapa peristiwa seperti saat tidak direstui terjadi pendudukan Jepang di Manado, peristiwa Permesta dan lain-lain.

"Saya sejak remaja dan aktif di Klenteng mulai meneliti kebenaran terhadap asumsi ini kemudian menemukan tidak ada korelasi antara keluar atau tidak keluar "pasiar Tapikong" Capgomeh dengan berbagai peristiwa yang kebetulan saja terjadi," ujarnya.

Aksi Sembilan Tangsin saat Cap Go meh (TRIBUNMANADO/FINNEKE WOLAJAN)

Di tahun 1990-an beberapa kali tidak keluar demikian pula tahun 2000-an hingga saat ini tahun 2017.

Sejak tahun 2010 dinamika perubahan terhadap ritual Capgomeh di Manado mengalami perkembangan yang menarik. Saat ini sudah belasan Klenteng berdiri di kota Manado. Sejak adanya petunjuk Kongco Kwan Kong bahwa setiap tahun harus keluar untuk Jut Bio, pasiar Tapikong maka Klenteng Kwan Kong akan memimpin ritual upacara Capgomeh apabila ritual di Klenteng Ban Hing Kiong tidak keluar.

"Seperti juga tahun ini, Klenteng Ban Hing Kiong dan sejumlah Klenteng lain tidak ikut dalam prosesi ritual Capgomeh di Manado. Hal ini mestinya ditanggapi dengan biasa saja bahwa memang demikianlah setiap agama mengalami perubahan dan dinamika yang tentunya multi tafsir," ujarnya.

Halaman
1234

Berita Terkini