BKSDA Sulut Evakuasi 4 Buaya dan 3 Monyet pada 2019, Ada Buaya Pemakan Manusia Seberat 600 Kg

Penulis: Finneke Wolajan
Editor:
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Nekropsi buaya merry beberapa waktu lalu.

Butuh waktu cukup lama, 3 sampai 4 jam, barulah kerja keras dan gotong royong membuahkan hasil, buaya itu berhasil dievakuasi.

Arsyad bercanda, mungkin sang buaya sudah capai sehingga perlawannya terhenti dan merelakan dirinya untuk diangkut keluar dari kandang.

Buaya kemudian diperban mulutnya dengan lakban dan dipasangi papan pada bagian bawah tubuhnya, kemudian secara perlahan-lahan dikeluarkan dari sarangnya.

"Evakuasi tidak diangkat ke atas, karena sangat tidak mungkin terjadi dengan kondisi dalam sarangnya dan bobot berat buaya. Sehingga kami membobol sarangnya sebagai jalur evakuasi," kata dia.

Rasa capai dan kelelahan bertarung melawan buaya itu akhir terbayar tuntas.

Arsyad salut dan berterima kasih kepada warga, petugas BKSDA, dan anggota koramil yang sudah membantu masyarakat mengevakuasi buaya itu.

Kata dia, mereka adalah orang-orang yang terpilih untuk tugas tersebut bukan orang sembarang; semuanya berbadan kekar dan kuat-kuat.

"Saya secara pribadi merasa senang bisa berhasil menangkap buaya tersebut, walaupun di dalam hati saya merasa waswas, sebab hewan ini adalah tergolong dalam binatang buas. Bagaimana tidak, kita ketahui bersama bahwa beberapa hari yang lalu hewan ini telah memangsa seseorang, namun demikian saya merasa bangga sebab sudah bisa menjinakkan buaya tersebut," tandasnya

Tim BKSDA dibantu TNI-Polri melakukan evakuasi terhadap buaya peliharaan milik WN Jepang yang menerkam Deasy Tuwo (44), Kepala Laboratorium CV Yosiki.

Tim dibantu pemerintah dan masyarakat setempat untuk mengevakuasi buaya yang bernama Merry tersebut.

Untuk mengevakuasi buaya, tim harus membius buaya lewat kepalanya agar kondisinya melemah.

Setelah lemah kekuatannya berkurang, tim evakuasi kemudian mengikat mulut Merry dengan lakban hitam dan badannya diikat agar tidak merontak.

Kurang lebih 20 orang bahu membahu membopong buaya berusia 20 tahun ini.

Sebelumnya, heboh peristiwa buaya makan manusia yang terjadi di Desa Ranowangko, Kecamatan Tombariri, Kabupaten Minahasa pada pada Jumat (11/1/2019)

Deasy Tuwo (44), karyawan CV Yosiki, perusahaan pembibitan mutiara ditemukan tewas mengenaskan di kolam buaya milik Ochiai Sensei, warga negara Jepang.

Ochiai Sensei merupakan pemilik perusahaan CV Yosiki.

Jasad korban pertama kali ditemukan sudah tak bernyawa oleh rekan sekerjanya, Erling Rumengan (37).

Isi perut, dada hingga tangan kanan korban sudah dicabik buaya yang berusia 20 tahun bernama Merry itu.

Kabar buaya peliharaan menyerang manusia  menjadi viral di Facebook pada Jumat (11/1/2019)

Erling Rumengan (37) warga Desa Ranowangko menemukan jasad Deasy Tuwo.

Saat itu, Erling Rumengan mencari dan mengecek ke lokasi CV Yosiki.

 
Dia bersama rekannya mengecek ke dalam lokasi perusahaan kemudian masuk ke dalam areal perusahaan pembibitan mutiara tersebut sesampainya di dalam tidak ada orang yang ditemukan.

Para mantan teman sekerja Deasy memang sedang mencari keberadaan korban karena ditelepon Ochiai Sensei untuk melihat kondisi lokasi perusahaan.

Pasalnya korban disebutkan tak mengangkat telepon Ochiai Sensei

Namun, mereka melihat ada benda terapung yang menyerupai tubuh manusia berada diatas kolam tempat peliharaan seekor buaya.

3. Buaya Berusia 17 Tahun

Seekor buaya berusia 17 tahun dievakuasi dari Desa Teling Kabupaten Minahasa,  pada  Rabu (16/1/2019).

Proses evakuasi dilakukan oleh tim BKSDA Sulut yang dipimpin Kasat Polhut Teny Rondonuwu.

Turut dalam evakuasi tersebut Polsek Tombariri dan Pusat Penyelamatan Satwa Tasikoki

Evakuasi ini berawal dari informasi masyarakat ke Polsek Tombariri

Polisi kemudian melakukan koordinasi dengan pihak terkait dan mendatangi pemilik buaya Keluarga Makisurat- Ruasey.

Buaya tersebut sudah dipelihara sejak tahun 2002 di Desa Teling, Kecamatan Tombariri, Kabupaten Minahasa.

"Keluarga memberikan keterangan kepada kami bahwa awal buaya tersebut berada di dalam pengawasan keluarga tersebut adalah mereka membeli seharga Rp 100 ribu dari penjual yang sudah tidak diingat lagi nama penjualnya," kata Kapolres Tomohon, AKBP Raswin Sirait.

Lanjut Sirait, penjual warga Tateli Kecamatan Mandolang mendapatkan buaya tersebut pada saat sedang mencari udang di Sungai Buntong Tateli.

"Saat ini buaya dievakuasi ke lokasi penangkaran buaya tempat buaya merry berada di Tasik oki Desa Kema Kecamatan Kauditan Kabupaten Minahasa Utara," jelasnya

Buaya Merry adalah buaya memakan Deasy Tuwo, di Desa Ranowangko, Kecamatan Tombariri, Kabupaten Minahasa pada pada Jumat (11/1/2019) silam.

Buaya Merry sudah meninggal dunia Minggu pekan lalu

Berita Terkini