TRIBUNMANADO.CO.ID - Seorang wanita diserang buaya peliharaan di Desa Ranowangko, Kecamatan Tombariri, Kabupaten Minahasa, Jumat (11/1/2019).
Korban adalah Deasy Tuwo (44) Warga Desa Ranowangko, jaga 7 merupakan karyawan perusahaan mutiara yang hendak memberi makan buaya.
Namun, korban terpelesan dan jatuh hingga diserang buaya yang berukuran sekitar 5 meter
Kapolres Tomohon, AKBP Raswin Sirait mengatakan, pihaknya masih menyelidiki kejadian tersebut.
"Kita masih lidik dan mengetahui apakah buaya tersebut memiliki surat ijin atau tidak," kata Sirait.
Ia menambahkan, jika tidak adanya surat ijin, pemilik buaya ini akan ditahan.
Baca: BREAKING NEWS: Buaya Peliharaan Serang Manusia di Tanawangko: Identitas Korban dan Pernyataan Polisi
Baca: VIDEO Buaya ini Tak Muncul saat Dipanggil Pawang, Tapi Ada yang Muncul Diberi Kerupuk
Beberapa bulan terakhir berita tentang buaya menyerang manusia terjadi di sejumlah daerah di tanah air.
Namun, di Desa Buyat, Kabupaten Bolaang Mongondow Timur (Boltim) terdapat danau yang penuh buaya tapi nyaris tak pernah menyerang manusia.
Padahal danau kecil tersebut menjadi tempat puluhan warga setempat melakukan aktivitas menangkap ikan setiap hari.
Konon buaya di danau tersebut memiliki hubungan dengan manusia.
Baca: 12 Nelayan Hanyut pada 2018: Ada 80 Hari Torambang-ambing di Laut, Tewas hingga Hilang Selamanya
Baca: Viral Video Detik-detik Tim SAR Selamatkan 2 Nelayan Hanyut saat Gelombang Tinggi di Sangihe
Berikut ini hasil reportase wartawan tribunmanado.co.id pada 24 Maret 2015 silam:
Danau Buyat berada tak jauh dari Desa Buyat Kabupaten Bolaang Mongondow Timur.
Danau seluas sekitar 50 haktare ini hanya beberapa meter dari jalan nasional lingkar selatan Sulawesi.
Danau ini menjadi tempat nelayan mencari ikan. Kawasan danau masih tampak alami, pepohonan dan mangrove tumbuh dengan subur.
Selasa (24/3/2015) Siang kemarin hanya beberapa tambak di tengah danau. Sampan-sampan nelayan berjejer di pesisir danau.
Walau air danau tampak keruh, tapi tak tampak gelombang dan gerakan didalam air. Namun siapa sangka danau yang tenang tersebut menjadi tempat tinggal puluhan buaya.
Buaya-buaya tersebut menyimpang cerita yang turun temurun diwariskan kepada anak cucu warga Buyat.
Ada janji antara Manusia dan Buaya di danau itu untuk tak saling menganggu.
Sesepuh Desa Buyat, Tawakal Paputungan (84) ditemui di rumahnya menceritakan kisah seekor buaya yang memiliki hubungan dengan manusia.
"Ada salah satu buaya yang kembarannya dengan manusia. Ini sudah diceritakan turun temurun. Kejadiannya sudah ratusan tahun antara 1700 hingga 1800," kata pria sepuh tersebut.
Sejak kecil dirinya sudah diceritakkan kisah tentang buaya dan kembaran manusia, Tegela Tompunu.
Peristiwa yang sudah lama terjadi sejak nenek moyangnya namun hingga kini masih menjadi cerita wajib bagi anak cucu.
"Setelah dipelihara, makin lama makin besar. Sehingga ternyata dotu (nenek moyang) saat itu melepaskan dia (Buaya) ke danau dengan perjanjian. Jangan menganggu anak cucu manusia yang mencari ikan disini. Kalau mencelakai, maka buaya akan dimusnakan," bebernya.
Janji itulah yang dipegang hingga saat ini antara manusia dan buaya. Percaya atau tidak hingga saat ini Buaya tak menganggu para warga yang mencari ikan di danau tersebut.
"Padahal disitu sudah banyak buaya, tapi mereka tak menganggu nelayan. Bahkan beberapa kejadian mereka justru menolong manusia. Pernah ada anak-anak yang tenggelam di situ, justru ditolong buaya. Begitupun nelayan tak pernah diganggu buaya," bebernya.
Katanya, sepanjang umurnya baru sekali buaya di danau itu menyerang manusia karena diganggu.
Peristiwa tersebut terjadi beberapa bulan silam. Saat seorang warga mencari ikan did anau namun menganggu buaya yang berada di dekat jaringnya.
"Dia mungkin tak tahu karena bukan asli orang sini, maka buaya menyerangnya. Tapi tak apa-apa. Padahal dengan menegurnya saja, buaya bisa langsung pergi," jelasnya.
Orang mungkin akan menganggap cerita buaya kembaran manusia itu hanya dongeng.
Namun baginya punya cerita tersendiri ketika puluhan tahun lalu menjadikan danau tersebut sebagai tempat menangkap ikan.
"Buaya-buaya di dalam danau berjari lima seperti manusia berbeda dengan buaya umumnya yang hanya berjari empat. Beberapa bulan lalu ada buaya yang sempat keluar mengikuti sungai. Ditangkap lalu dikembalikan ke danau, jarinya ada lima," bebernya.
Dia tak mengatahui persis nama buaya yang memiliki kembaran manusia tersebut.
Namun terdapat beberapa buaya yang sudah dinamai warga seperti Buaya puul, Buaya Selempang, Buaya Tembaga, Buaya Makabombong. Buaya itu tak pernah menyerang manusia walau sudah berukuran besar.
"Sudah banyak buaya di danau itu, sebab sering nelayan menjaring anak buaya ukuran kecil. Mungkin sudah cucu-cucunya, dulu hingga tahun 70-an. Warga masih melakukan tradisi memberi makan buaya disitu. Sekarang sudah tidak lagi. Sering ada yang menginjak mereka namun tidak diserangnya," jelasnya.
Sangadi Buyat Induk, Makmun Paputungan mengakui adanya kisah buaya keturunan manusia di Danau tersebut.
"Buaya di danau itu jari-jarinya ada lima, dan hingga saat ini tak bukti buaya makan manusia, padahal termasuk binatang buas," tuturnya pada 2015 silam
Katanya, Tahun 70-an ada yang menangkap buaya, tak lama kemudian orang tersebut meninggal dunia.
"Nelayan disitu sudah tahu, kalau ada buaya dekat jaring atau terjaring. Cukup bilang. Menjauh dari situ, anak cucumu mau mencari ikan. Buaya langsung pergi," tuturnya.
Dahulu para orangtua hanya dengan memukul tetengkoran bisa menghadirkan buaya untuk diberi makan.
"Danau itu bisa dijadikan penangkaran buaya dan jadi objek wisata karena tak pernah menyerang manusia selama tak menganggu mereka," ungkapnya
TONTON JUGA: