Dia menilai, hal itu membuat sebagian masyarakat menjadi tidak simpati terhadap Prabowo-Sandiaga. "Bisa jadi banyak masyarakat akhirnya menjadi tidak simpati. Apalagi hoaks tersebut dilihat seakan sengaja dibuat untuk menjadi komoditi politik yang seolah-olah kubu Prabowo dizolimi," jelasnya.
Atas kejadian ini, pasangan Prabowo-Sandiga disarankan untuk lebih berhati-hati dalam mengeluarkan pernyataan, terutama yang berdampak pada publik. "Khawatir pemilih menjadi hilang simpati," pintanya.
Sebelumnya masyarakat dihebohkan dengan kabar penganiayaan yang dialami oleh Ratna Sarumpaet. Perempuan 70 tahun itu diketahui merupakan aktivis sekaligus jurkamnas pasangan Prabowo-Sandiaga.
Melalui rekan-rekan tim pendukung Prabowo-Sandiaga, Ratna Sarumpaet disebutkan dianiaya oleh tiga orang tak dikenal hingga lebam-lebam. Disebutkan pengeroyokan terjadi di sekitar Bandara Husein Sastranegara, Bandung, Jawa Barat, pada Jumat malam, 21 September 2018.
Namun, hasil penyelidikan kepolisian menunjukan jika Ratna Sarumpaet berada di di Rumah Sakit Khusus Bedah Bina Estetika, Menteng, Jakarta Pusat, pada sore hingga malam hari Jumat itu.
Pasca-kepolisian mengumumkan hasil penyelidikan itu, akhirnya Ratna Sarumpaet mengakui dirinya tidak mengalami penganiayaan. Dia mengaku melakukan pembohongan dengan menyebut dirinya mengalami penganiayaan sehingga wajahnya penuh dengan lebam.
Dia juga membenarkan dirinya berada di RS Bina Estetika Menteng Jakarta pada hari itu dalam rangka operasi sedot lemak di pipi. Dia juga mengakui lebam-lebam di wajahnya terjadi setelah operasi tersebut. “Saya meminta maaf kepada semuanya, termasuk kepada lawan-lawan yang biasa saya kritik yang kini berbalik kepada saya, sekarang saya harus mengakui sebagai pencipta hoaks terbaik,” ujar Ratna. (tribun network/fah/coz)