Di sepanjang perjalanan dari Malang hingga ke Blitar, begitu banyak rakyat yang berbondong-bondong menyambut rombongan pengantar jenazah Bung Karno.
Suatu kejadian aneh terjadi di dalam perjalanan menuju Blitar, yaitu truk-truk pasukan AD yang mengawal para pejabat Orde Baru mendadak mogok semua di tengah perjalanan.
Akibatnya, rombongan harus melakukan perjalanan sampai Blitar tanpa pengawalan tentara satu pun.
Setibanya di tempat pemakaman Bung Karno, terlihat lautan manusia yang sudah menantikan jenazah Bung Karno.
Bertemu dengan jutaan massa pengagum Bung Karno yang berkabung sempat membuat nyali beberapa pejabat Orde Baru ciut karena tidak ada pasukan pengawal yang menjaga mereka.
Ketika jenazah Bung Karno dimasukkan ke dalam liang lahat, sekonyong-konyong suasana menjadi sunyi senyap.
Lautan manusia yang begitu padatnya memenuhi lokasi, semuanya terdiam, hening. Dalam keheningan, yang terdengar hanyalah isak tangis dari pihak keluarga Bung Karno.
Rakyat dan para pelayat lainnya semua terdiam saat melepas kepergian Sang Proklamator.
(Sumber Buku Bapak Angkatan Udara Suryadi Suryadarma Penerbit Buku Kompas 2017)
Artikel ini sudah ditayangkan Intisari_Online dengan judul: 48 Tahun Wafatnya Bung Karno: Akhir Tragis Hidup Sang Proklamator