Suatu hari, ia meminta tolong kepadaku. Ia mengeluarkan sebuah cek atas namaku senilai 10.000 riyal, tiket ke Kairo dan voucher menginap tiga hari di Hotel bintang lima Samir Amis. “Pergilah kamu ke Kairo, setelah tiba di hotel hubungi nomor ini dan ia akan mengajakmu ke perusahaan. Kamu cukup tanda tangan mewakili aku dan nanti pakaian-pakaian internasional dari Paris akan dikirim kepadaku. Apakah kamu bersedia?”
“Pasti, sayang. Demi kamu pasti akan kulakukan,” aku segera menerima permintaan itu meskipun harus mengambil cuti dari kantor.
Tiba di Kairo, aku segera menuju hotel Samir Amis. Seteah rehat sejenak, kuhubungi nomor itu. Aku kaget bukan kepalang, ternyata yang mengangkat telepon adalah wanita pujaan hatiku.
“Kamu kaget ya? Aku sengaja mengundangmu kemari untuk menjelaskan banyak hal. Datanglah ke kamar nomor 2.”
Sampai di kamar nomor 2. Ia telah menyambutku dengan pakaian menggoda. Mulanya kami hanya berbincang, hingga terjadilah perbuatan terkutuk itu. Aku berzina dengannya. Dan itu terulang beberapa kali selama kami di Kairo.
Setahun sudah aku menjalin hubungan dengannya. Hingga suatu hari, aku mengalami kecelakaan bersama saudaraku. Ia mengalami pendarahan hebat dan segera dimasukkan ke ruang operasi. Dokter memintaku yang kebetulan selamat dalam kecelakaan itu untuk donor darah.
Sesaat setelah melakukan pemeriksaan darahku, dokter datang dengan wajah lesu.
“Kenapa dengan saudara saya, Dok. Katakan, Dok”
“Engkau harus percaya dengan takdir Allah, Nak”
“Apakah saudara saya meninggal?”
“Tidak”
“Lalu kenapa?”
“Darahmu terkena virus HIV,” kata-kata itu terdengar bagaikan petir yang menyambar di siang hari. Saya
langsung pingsan.
Setelah sadar, tubuhku gemetar. Ya Allah… sejak kapan aku mengidap penyakit mematikan ini?