Anggota kelompok ini datang dari berbagai daerah seperti Minahasa, Bolmong, Bitung dan daerah lainnya.
Opo mengaku menerima siapa saja yang mau bergabung dengan kelompok mereka.
Opo mengaku adalah korban kapal pamboat yang hilang, lalu akhirnya berhasil diselamatkan.
Ia memutuskan tak lagi melaut, dan hidup bergelandangan di Manado.
Beberapa dari anggota kelompok laki-laki mengaku menjadi tukang parkir untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Biasanya jadi tukang di Pasar 45. Mereka sering berkumpul berkelompok di Tugu Lilin.
Sementara dari penelusuran tribunmanado.co.id, pada malam hari para anggota kelompok perempuan menjadi PSK, seperti Indi.
Uang yang didapat untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Dalam kelompok ini rata-rata saling berpasangan.
Kapolres Manado Kombes Pol FX Surya Kumara menegaskan, pihaknya siap menindaklanjuti jika ada masalah hukum yang dilakukan oleh para pekerja seks komersial (PSK) yang biasanya nongkrong di Taman Kesatuan Bangsa (TKB).
Penegasan itu diungkapkannya ketika dihubungi tribunmanado.co.id, Selasa (1/5/2018) malam.
"Kalau ada permasalahan hukum pasti kami tangani, cuma sampai sekarang belum ada yang mengadu tentang keberadaan mereka," kata dia.
Perwira tiga bunga ini menambahkan, pihaknya juga sering berkoordinasi dengan Dinas Sosial terkait permasalahan ini.
"Mereka ini kan kebanyakan orang-orang yang tidak punya pekerjaan. Nah, itu tugas pemerintah untuk memberi mereka pekerjaan. Kami hanya menangani masalah hukumnya," kata dia. (Tribun Manado)
Baca: Ngaku Gaji 20 Juta dan Sebut Kriss Hatta Hanya 3 Juta, Begini Balasan yang Didapat Billy Syahputra
Baca: WOW! Saking Populer dan Tampan, Sperma Pemain Bola Asing ini Ditawar Wanita Indonesia
Baca: GEGER! Jalani Sesi Pemotretan, Artis Cantik ini Tiba-tiba Digigit Ular