Guna menghalau dinginnya udara yang berada di bawah 10 derajat celsius, Edi membentangkan terpal yang kedua sisinya diikatkan kepada kendaraan yang dia bawa. Di bawah terpal itulah mereka memasak, makan, dan tidur selama pelaksanaan Yadnya Kasada. ”Empat tahun terakhir saya selalu membawa sound system. Kebetulan semua perangkat itu milik sendiri. Bagi kami, Kasada adalah hari raya sehingga patut dirayakan,” kata Edi.
Tak pernah sepi
Bromo dan kawasan sekitarnya tak pernah sepi, selalu menarik pengunjung. Balai Besar TNBTS memperkirakan tak kurang dari 15.000 orang datang pada Yadnya Kasada tahun ini, sebagian di antaranya warga Tengger. Menurut Kepala Balai Besar TNBTS Ayu Dewi Utari, pengunjung kali ini sedikit berkurang dibandingkan dengan tahun lalu. Penyebabnya adalah dana untuk berlibur terserap untuk Lebaran dan pemilu.
”Selain kondisi alam yang menawan, TNBTS memiliki ritual budaya yang menarik, yakni Kasada, yang diwarnai dengan upacara melarung hasil alam ke kawah gunung saat dini hari. Prosesi seperti ini tidak ada di tempat lain,” ujarnya.
Dengan luas sekitar 50.276,2 hektar, TNBTS memiliki banyak hal. Selain bentang alam, taman nasional ini juga memiliki ekosistem yang spesifik, mulai dari lautan pasir, savana, hingga hutan hujan dengan keanekaragaman hayati nan melimpah. (Bahana Patria Gupta/Defri Werdiono)