Laporan Wartawan Tribun Manado Alpen Martinus
TRIBUNMANADO.CO.ID, AMURANG - Cuaca panas menyengat, tak menyurutkan ratusan masa dari berbagai daerah di Minahasa Selatan berdemo di Kantor Bupati Minahasa Selatan, Kamis (20/9/2012).
Rombongan masa yang tiba di depan kantor bupati menggunakan kendaraan bus, dan beberapa mobil pribadi, diadang oleh satuan polisi pamong praja (Pol PP) dan beberapa anggota Sabhara Polres Minsel.
Sebelum melakukan aksi damai, pedemo sempat makan, supaya kuat dalam melakukan aksi. Seusai makan, mereka mulai melakukan aksi.
Saat aksi berlangsung, mereka membawa gambar bupati dan Sekda Minsel, yang sudah dipermak sedemikian rupa. Gambar wajah bupati dipakaikan taring dan mata merah, juga gambar Sekda Max Kairupan.
Masih di pintu gerbang kantor bupati, mereka diterima oleh Asisten I Danny Rindengan, bersama Kepala Kesbangpol Alex Slat, didampingi oleh Kasat Pol PP Nofriet Ransulangi. Sementara pintu gerbang di palang oleh barisan Satpol PP dan Polres.
Meski sudah diterima, namun para pedemo menginginkan agar mereka diperkenankan masuk ke wilayah kantor bupati untuk berdemo."Izinkan kami masuk, ini rumah kami, jangan dihalangi," kata Arie Paslah satu di antara koordinator demo yang turut didukung oleh pedemo lain.
Namun keinginan mereka tidak mendapat restu dari Pemkab."Di luar atau di dalam, sama saja, ini juga wilayah kantor bupati, dan kita sama-sama berpanasan," ujar Danny Rindengan Asisten I.
Sempat terjadi adu mulut antara pedemo dan pihak Pemkab, namun tak juga mendapat izin. Akhirnya pada pedemo yang penasaran, memilih memaksa masuk, dengan melompat pagar tepat di papan nama kantor bupati.
Akhirnya, beberapa petugas mengejar, pedemo yang sudah menyeruak masuk kawasan kantor bupati. Akhirnya mobil yang digunakan untuk berdemo, juga beberapa pedemo yang masih di pintu gerbang diizinkan masuk.
Tiba di waleta, sebagian pedemo yang hendak menyeruak masuk ke ruangan Sekda, dihalangi oleh petugas, dan digiring ke waleta, nah di waleta tersebut mereka mulai melakukan orasi.
Dalam tuntututannya, pedemo meminta agar, fungsi wakil bupati dikembalikan seperti sediakala."Bupati harus berikan hak wakil bupati, dan kami ingin bupati dan wakil bupati berdamai, karena mereka kami yang pilih, " jelas Arie Paslah.
Dijelaskannya, tidak difungsikannya wakil bupati, merupakan bentuk pelecehan."Itu pelecehan terhadap wakil bupati," ucap dia.
Selain itu, pedemo juga menyinggung tentang ijazah palsu bupati, termasuk kepergian bupati ke luar negeri."Seharusnya saat ke luar negeri wakil bupati yang laksanakan tugas pemerintahan, bukan Sekda," jelas Treiny Rungkat, pedemo lainnya.
Aspirasi tersebut, diterima dan dijawab oleh Asisten I Danny Rindengan. "Kepergian bupati ke Amerika, karena ditugaskan oleh Mendagri, karena dianggap terbaik, saat tes di kemendagri, dan selama kepergian Bupati, bukan berarti meninggalkan tugas atau menyerahkan tugas kepada Sekda, tetap bupati, tapi tetap dikoordinasikan," jelasnya.
Setelah mendengar jawaban tersebut, pedemo meminta untuk wakil bupati datang, sambil menunggu wakil bupati datang, mereka beristirahat.
Setelah menunggu sekian lama, wakil bupati tidak muncul, akhirnya pedemo mulai gerah, beberapa aksipun terjadi, di antaranya usaha untuk blokir kantor Sekda, dan perobekan spanduk bupati di waleta.
Usaha tersebut, mendapat perlawanan dari petugas, akhirnya pedemo terkumpul semua, dan kembali dengan kekecewaan.
Demo Minsel, Polisi Tembakkan Gas Airmata
Penulis: Alpen_Martinus
Editor:
AA
Text Sizes
Medium
Large
Larger