Praktik Aborsi

Nyanda Ada Itu Aborsi...

Editor: Andrew_Pattymahu
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

ilustrasi


WAJAH dr Elisabeth Mandagi terlihat pucat saat sejumlah petugas Polda Sulut dipimpin  Dir Reskrim Umum Polda Sulut  Kombes Drs V Jefry Lasut  tiba-tiba merangsek masuk ruang praktik Klinik Bersalin Bunda Maria, Kamis (19/5) sore.

Ia tidak menyangka kedatangan pasien wanita terakhir, kemarin justru  membongkar dugaan dirinya melakukan  praktik aborsi di klinikmya. Saat sejumlah polisi meminta sejumlah dokumen di dalam tasnya, dr Elizabet menolak dan memeluk tasnya.

"Ya Tuhan, kita baru datang ini kenapa tiba-tiba semua mau diambil. Ini punya kita, kenapa mau diambil! Kita ini kerja melayani, kasiang. Kiapa seperti ini? Kita mau telepon anggota (polisi), kasihan ini kita baru pulang kita pe barang-barang  mo angkut semua," ujar Elisabeth sambil memeluk erat tasnya.

Saat petugas meminta kunci ruangan kantor, wanita itu juga menolak. denan aasann lupa meletakkannya. Kepada Tribun Manado,  dr Elisabeth membantah  melakukan praktik aborsi. "Mereka datang karena pendarahan dan harus ditolong, mereka ada tanda tangan surat perjanjian. Tidak benar kita melakukan malapraktik aborsi. Kasiang,  nyanda ada itu aborsi!" ujarnya sambil terus memeluk tas.

Saat dikonfirmasi mengenai banyaknya janin bayi yang dikubur di halaman belakang, Elisabeth juga membantah. Menurutnya yang dikubur di belakang halaman adalah plasenta-plasenta yang tidak dibawa oleh pasien. "Siapa? Nyanda ada itu! Aduh kasiang kita so lelah ini baru datang, tiba-tiba seperti ini. Demi Tuhan tidak ada itu, bohong itu!" ujarnya sambil berkaca-kaca.

Terkait adanya buku berisi surat perjanjian yang berisi keterangan pasien mengalami pendarahan dan harus diaborsi, Elisabeth menyatakan bahwa itu bukti bahwa pasien yang datang ke klinik memang mengalami pendarahan. "Kita periksa dulu noh, so berapa bulan umurnya, bagaimana kondisi pasien. Kita ini bekerja membantu nyawa orang lain, kiapa dituduh seperti ini? Aduh kasiang, tolong kita ini baru datang tiba-tiba jadi begini," ujarnya.

Di ruang depan, Lodewik J TH Egam,suami dr Elisaeth  terlihat duduk lemas. Egam yang  dokter ini hanya duduk diam saat puluhan polisi memeriksa sudut-sudut ruangan di klinik, sepertinya dia tak peduli.  

"Saya tahu, tapi itu aborsi yang dibenarkan secara medis. Pasien yang datang sudah berdarah-darah,  jika tidak ditolong  akan membahayakan si ibu. Sebelumnya mereka diperiksa dulu. Beberapa pasien rujukan dari dokter lain, karena sudah pendarahan," ujarnya.

Mengenai adanya dugaan puluhan janin bayi di halaman belakang klinik, tepat di depan kamar tidur pasangan dokter tersebut,  pria itu hanya menjawab singkat. "Janin apa? Saya tidak tahu!" ujarnya.(roh)

Berita Terkini