Manado Sulawesi Utara
Kisah Fajar, Penjahit di Calaca Kota Manado, Merajut Hidup di Balik Jarum dan Benang selama 30 Tahun
Suasana sederhana tampak di sebuah rumah usaha jahit yang berdiri di Jalan D.I Panjaitan, Calaca, Wenang, Kota Manado
Penulis: Petrick Imanuel Sasauw | Editor: Erlina Langi
MANADO, TRIBUNMANADO.COM – Suasana sederhana tampak di sebuah rumah usaha jahit yang berdiri di Jalan D.I Panjaitan, Calaca, Wenang, Kota Manado, Sulawesi Utara (Sulut) tepat di belakang Klenteng Ban Hing Kiong.
Kamis (28/8/2025) sekira pukul 2 siang, Tribun Manado berkunjung ke tempat tersebut.
Begitu masuk, kondisi di dalam tampak sibuk. Ada beberapa orang yang bekerja.
Disana, ada seorang pria paruh baya terlihat sibuk mengukur kain untuk dijahit.
Dialah Fajar (55), seorang penjahit asal Gorontalo yang merantau sejak tahun 90-an di Manado yang juga merupakan pemilik dari tempat tersebut.
Ia ramah dan murah senyum yang tulus, ia menyapa dengan hangat.
“Dulu saya hanya pekerja di sini. Tapi setelah bos pindah, saya lanjutkan sendiri,” ujarnya sambil mengukur kain di atas meja.
Fajar bercerita, dia bukanlah lulusan sekolah mode atau kursus tukang jahit.
Ia justru menyelesaikan studi Diploma Perbankan di salah satu perguruan tinggi di Teling.
Namun, nasib berkata lain.
“Waktu lulus, krisis moneter melanda. Bank-bank sudah tidak buka lowongan.
Karena ada teman yang ajak belajar menjahit, saya ikut. Awalnya hanya untuk bertahan hidup, karena waktu itu merantau,” kisahnya.
Karena keadaan, ayah dua anak itu berlatih tanpa kenal lelah. Hanya beberapa bulan saja, dia sudah mahir menjahit dengan baik.
Sejak 1998 tempat jahit itu sudah berdiri.
"Saya dulu disini hanya karyawan," kata dia sambil melihat kain yang tengah ia ukur.

Setelah bos yang juga merupakan temanya itu pindah, ia memberanikan diri untuk melanjutkan usaha tersebut.
Awalnya hanya dua mesin dan dua orang pekerja.
Kini, ia sudah mempekerjakan enam orang, rata-rata berasal dari satu kampungnya.
“Jam kerja dari jam 8 pagi sampai 5 sore. Hari Minggu tutup,” ucapnya sambil melayani pengunjung yang datang.
Pelanggan terbanyak berasal dari kalangan pegawai kantor dan jemaat gereja.
Kemeja biasa dan pakaian dinas menjadi pesanan rutin.
Fajar bercerita, pandemi Covid-19 menjadi titik terendah usahanya.
Hampir sebulan, usaha jahit sepi pemesan. Namun, Fajar tak menyerah.
“Saya putar otak. Akhirnya kami buat masker dari kain. Waktu itu sangat dicari karena memang kebutuhan, itu yang bikin bisa bertahan."
"Waktu itu memang sangat sulit, sebulan kadang hanya satu orang yang datang buat jahit," lanjutnya bercerita.
Meski begitu, ia bersyukur bisa melewati semuanya. Kini, hasil kerja kerasnya mulai terlihat.
Dari usaha jahit, ia sudah mampu memenuhi kebutuhan hidup serta membiayai pendidikan anak-anaknya.
Anak pertamanya telah lulus S1 di Unsrat, sementara anak kedua masih menimba pendidikan.
Bagi Fajar, kunci keberhasilan usaha jasa adalah Prinsip.
Yaitu profesionalisme dan menjaga kepercayaan pelanggan.
“Kalau hasilnya bagus, tepat waktu, pasti mereka datang lagi,” katanya.
Ia juga menolak anggapan bahwa tukang jahit dipandang sebelah mata. Menurutnya, jasa penjahit bisa menopang hidup.
Bukan hanya untuk diri sendiri, tapi juga bisa memberi kerja bagi orang lain.
Kepada anak muda, Fajar berpesan agar memiliki prinsip dan tidak mudah menyerah.
“Hidup itu tidak berhenti di satu titik. Harus punya cita-cita, harus hemat. Kalau ada prinsip, pasti bisa maju,” ujarnya menutup pembicaraan. (Pet)
Sekilas tentang Calaca, Wenang
Kelurahan Calaca berada di Kecamatan Wenang Kota Manado, Sulawesi Utara (Sulut).
Lokasinya yang berada di pusat kota, membuat perputaran ekonomi di area ini cukup pesat.
Lokasinya berjarak sekitar 15 hingga 18 kilometer dari Bandara Sam Ratulangi di Manado.
Waktu tempuh ke Calaca dari bandara biasanya memakan waktu antara 30 hingga 45 menit, tergantung pada kondisi lalu lintas di area Kota Manado.
Wilayah ini begitu strategis.
Dimana banyak pertokoan.
Ikuti Saluran WhatsApp Tribun Manado dan Google News Tribun Manado untuk pembaharuan lebih lanjut tentang berita populer lainnya.
Panti Werdha Senja Cerah Mapanget Manado Tampung 50 Lansia, Ada yang Ditelantarkan Keluarga |
![]() |
---|
Ada yang Tak Didatangi Keluarga, Komandan TNI AL Hibur Siswa Dikmata Saat Pelantikan di Manado |
![]() |
---|
Kisah Gen Z Jualan Kopi Keliling di Kota Manado, Sebut Gengsi Bikin Tak Bisa Makan |
![]() |
---|
Belajar bersama Mahasiswa Faperta Unsrat Manado Sentuh Anak-Anak yang Belum Merasakan Bangku Sekolah |
![]() |
---|
Warga Bitung Rela Jual Motor Demi Bisa Kerja di Kamboja, Janji Beli Mobil Kalau Sudah Gajian |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.