Sosok Profil
Robby Mongisidi Kisahkan Pengalaman Unik Bersama Sang Kakak Robert Wolter Mongisidi
Robby Mongisidi saudara kandung Bote bercerita tentang sedikit kisah masa kecil dan remaja Robert Mongisidi.
Penulis: Arthur_Rompis | Editor: Dewangga Ardhiananta
"Kalau memang keputusannya ini program kebijaksanaan nasional, nanti demikian (harus dipindahkan) tentu kami mendukung dan hormati," kata Robby di Manado, Selasa (29/8/2025).
Robby bercerita, sejatinya dulu keluarga punya keinginan jasad Bote, panggilan kesayangan Robert, dipulangkan ke Manado.
Namun keinginan itu urung diwujudkan karena satu alasan.
Semua berawal pada peristiwa dipindahkannya makam dari Pemakaman Kristen Pampang Makassar ke Taman Makam Pahlawan Panaikkang, Makassar, 10 November 1950.
Saat itu, ayah Bote, Petrus serta beberapa anggota keluarga, termasuk Robby yang baru berusia 13 tahun, berangkat ke Makassar.
Semuanya berjumlah 14 orang berangkat ke Makassar.
Mereka diundang khusus untuk upacara pemindahan makam yang digelar tepat di Hari Pahlawan.
Selain makam Bote, turut dipindahkan makam dari dua Pahlawan Nasional lainnya, pejuang perempuan Emmy Saelan dan Kapten Usman Jafar.
Pada momen itu, Petrus mengemukakan permintaan jika boleh makam Bote dipindahkan ke Manado.
Menjawab permintaan itu, Kepala Dinas Pemeliharaan Pemakaman Tentara Komando Teritorium VII Wirabuana, Lettu Toisutta mengatakan, akan dibahas dalam pertemuan pada 15 November.
Lima hari setelah upacara pemindahan makam.
Lettu Toisutta tidak lain adalah ayah dari mantan KSAD (2009-2011), mendiang Jenderal TNI George Toisutta.
Digelarlah pertemuan dimaksud di Markas Teritorium VII Wirabuana, Makassar pada 15 November 1959.
Robert Wolter Mongisidi dikenal luas di Sulsel. Tidak hanya di Makassar tapi hingga ke pedalaman.
Salah satu bukti lainnya, ketika proses pemakaman sehari setelah dieksekusi Belanda, puluhan ribu orang mengantar jenazahnya ke Pemakaman Kristen Pampang Makassar, 6 September 1950.
"Karena forum, tokoh-tokoh masyarakat Makassar menolah, ya ayah saya tidak ngotot," katanya.
Profil Robby Mongisidi
Lahir : Malalayang Manado 25 September 1937
Pekerjaan : Purnawirawan TNI
Pangkat Terakhir : Letnan Kolonel (Letkol)
Riwayat Tugas : Makasar, Majene, Bone, Pakato, Bitung, Tomohon.
Hubungan Dengan Wolter Mongisidi : Saudara Kandung.
Alamat: Jalan Pramuka, Kelurahan Sario Kota Baru, Kecamatan Sario, kota Manado, Provinsi Sulawesi Utara.
Profil Wolter Mongisidi
Robert Wolter Mongisidi di adalah seorang pejuang kemerdekaan Indonesia sekaligus pahlawan nasional Indonesia.
Ia lahir di Malalayang, Manado, Sulawesi Utara, 14 Februari 1925 dan meninggal di Pacinang, Makassar, Sulawesi Selatan, 5 September 1949 pada umur 24 tahun.
1. Biografi
Robert merupakan anak dari Petrus Mongisidi dan Lina Suawa.
Dia memulai pendidikannya pada 1931 di sekolah dasar (bahasa Belanda: Hollands Inlandsche School atau (HIS), yang diikuti sekolah menengah (bahasa Belanda: Meer Uitgebreid Lager Onderwijs atau MULO) di Frater Don Bosco di Manado.
Kala itu, ia dididik sebagai guru Bahasa Jepang pada sebuah sekolah di Tomohon.
Setelah studinya, dia mengajar Bahasa Jepang di Liwutung, di Minahasa, dan di Luwuk, Sulawesi Tengah, sebelum ke Makassar, Sulawesi Selatan.
Kemerdekaan Indonesia diproklamasikan saat ia berada di Makassar.
Namun, Belanda berusaha untuk mendapatkan kembali kendali atas Indonesia setelah berakhirnya Perang Dunia II.
Mereka kembali melalui NICA (Netherlands Indies Civil Administration/Administrasi Sipil Hindia Belanda).
Ia juga terlibat dalam perjuangan melawan NICA di Makassar.
Pada tanggal 17 Juli 1946, Mongisidi dengan Ranggong Daeng Romo dan lainnya membentuk Laskar Pemberontak Rakyat Indonesia Sulawesi (LAPRIS), yang selanjutnya melecehkan dan menyarang posisi Belanda.
Dia ditangkap oleh Belanda pada 28 Februari 1947, tetapi berhasil kabur pada 27 Oktober 1947.
Belanda menangkapnya kembali dan kali ini Belanda menjatuhkan hukuman mati kepadanya.
Mongisidi dieksekusi oleh tim penembak pada 5 September 1949.
Jasadnya dipindahkan ke Taman Makam Pahlawan Makassar pada 10 November 1950.
2. Penghargaan
Robert Wolter Mongisidi dianugerahi sebagai Pahlawan Nasional oleh Pemerintah Indonesia pada 6 November, 1973.
Dia juga mendapatkan penghargaan tertinggi Negara Indonesia, Bintang Mahaputra (Adipradana), pada 10 November 1973.
Ayahnya, Petrus, yang berusia 80 tahun pada saat itu, menerima penghargaan tersebut.
Bandara Wolter Mongisidi di Kendari, Sulawesi Tenggara dinamakan sebagai penghargaan kepada Mongisidi, seperti kapal Angkatan Darat Indonesia, KRI Wolter Mongisidi dan Yonif 720/Wolter Mongisidi.
3. Biodata
Nama lengkap: Robert Wolter Mongisidi
Tempat, tanggal lahir: Manado, Sulawesi Utara, 14 Februari 1925
Meninggal: Manado, Sulawesi Utara, 14 Februari 1925
(TribunManado.co.id/Art)
Baca Berita Tribun Manado di Google News
WhatsApp TribunManado.co.id : KLIK
sosok
profil
Robby Monginsidi
Robert Wolter Monginsidi
Wolter Monginsidi
Pahlawan
Manado
Sulawesi Utara
Sulut
Makassar
Sulawesi Selatan
Sosok Suryadharma Ali, Mantan Menteri Agama Meninggal, Dikenang Banyak Lahirkan Kader Muda PPP |
![]() |
---|
Sosok Yoory Corneles Pinontoan yang Kembali Diperiksa Terkait Korupsi Lahan Rorotan |
![]() |
---|
Sosok Tiwi Mokoginta, ASN yang Jatuh Cinta Keindahan Bawah Laut Bolsel Sulawesi Utara |
![]() |
---|
Ramoy Markus Luntungan Terpilih Jadi Ketua Asosiasi Petani Kelapa Sulawesi Utara |
![]() |
---|
Sosok Brigjen Pol Awi Setiyono Wakapolda Sulut yang Baru, Berpengalaman di Bidang Kehumasan |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.