Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Ekonomi di Sulut

Penjual Pakaian di Manado Mengeluh Omzet Turun 50 Persen, Ini Penyebabnya Menurut Akademisi Unima

Akademisi Unima Robert Winerungan memberikan penjelasan soal penurunan omzet hingga 50 persen yang dialami para penjual pakaian di Manado.

Dok. Pribadi
EKONOMI - Akademisi Unima Robert Winerungan memberikan penjelasan soal penurunan omzet hingga 50 persen yang dialami para penjual pakaian di Manado. Menurut Robert, penyebabnya karena sekarang orang-orang banyak yang belanja online. Hal itu menyebabkan perputaran uang tidak lagi terjadi di daerah, khususnya seperti yang terjadi di Sulut. 

TRIBUNMANADO.CO.ID - Penurunan omzet hingga 50 persen yang dialami para penjual pakaian di Mega Trade Center (MTC) Manado, Sulawesi Utara.

Hal ini menimbulkan kekhawatiran di tengah pertumbuhan ekonomi Sulawesi Utara yang mencapai 5,64 persen pada triwulan II 2025.

Menanggapi hal ini, akademisi dari Universitas Negeri Manado (Unima), Robert Winerungan, memberikan penjelasan terkait fenomena tersebut.

Saat dihubungi melalui WhatsApp pada Rabu (6/8/2025), Robert menyebut ada dua faktor utama yang menyebabkan lesunya penjualan di sektor ritel lokal, khususnya fashion.

Pertama, menurutnya, daya beli masyarakat belum benar-benar pulih pascapandemi. 

“Dulu orang membeli sesuatu dari tabungan, sekarang kebanyakan dari utang,” ujarnya. 

Ia menambahkan, saat ini masyarakat cenderung berutang untuk memenuhi kebutuhan konsumtif, bukan produktif. 

“Pinjaman online (pinjol) sekarang mudah diakses, cukup pakai KTP. Sementara perbankan masih selektif," jelasnya.

MTC - Suasana pusat perbelanjaan Mega Trade Center (MTC), Kawasan Megamas Manado, Sulawesi Utara, Rabu (6/8/2025).
MTC - Suasana pusat perbelanjaan Mega Trade Center (MTC), Kawasan Megamas Manado, Sulawesi Utara, Rabu (6/8/2025). (Tribun Manado/Fernando Lumowa)

Robert juga menyoroti bahwa kebiasaan membeli pakaian pun berubah. 

Jika dulu seseorang bisa membeli pakaian baru setiap bulan, kini bisa tiga hingga enam bulan baru membeli lagi.

Kedua, tren belanja online dinilai semakin memukul pedagang lokal. 

“Sekarang orang lebih memilih belanja online. Ini menyebabkan perputaran uang tidak lagi terjadi di daerah,” katanya. 

Alhasil, para pelaku usaha lokal semakin tertekan karena kehilangan pasar.

Ia mengingatkan pemerintah untuk tidak hanya melihat pertumbuhan ekonomi dari angka makro semata. 

“Pertumbuhan ekonomi jangan hanya dinikmati kalangan menengah ke atas."

Menurutnya, pemerintah harus memastikan pertumbuhan ini juga dirasakan masyarakat menengah ke bawah.

Robert menilai jika pertumbuhan ekonomi benar-benar sehat dan merata, maka seharusnya daya beli masyarakat di level bawah juga ikut meningkat.

Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Sulawesi Utara, Aidil Adha juga menjelaskan, ekonomi Sulawesi Utara pada triwulan II tumbuh 5,65 persen jika dibandingkan kuartal pertama 2025 (qtoq). 

"Ditopang oleh aktivitas ekonomi yang tetap kuat, ekonomi Sulawesi Utara semester I 2025 tumbuh 5,63 persen c-to-c dibanding periode sama tahun sebelumnya," kata Aidil kepada Tribunmanado.co.id, Selasa (5/8/2025). 

Aidil mengungkapkan, ekspor merupakan sumber oertumbjhan PDRB Sulawesi Utara tertinggi pada kuartal kedua tahun ini. 

Ekspor memberi andil 2,86 persen pada PDRB Sulawesi Utara triwulan II 2025.

"Ekspor didominasi komoditas golongan HS15, minyak nabati hewani, yakni produk turunan kelapa, olahan ikan, krustasea dan hasil laut lainnya," katanya. (Pet/Ndo)

-

Baca juga: Cerita Alberti Kanaka, UMKM di Malalayang Beach Walk Manado, Raup Omzet hingga Jutaan Rupiah

 
Sumber: Tribun Manado
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved