Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

GMIM

Daftar Ketua Sinode GMIM: Dari Awal Bersinode hingga Era Modern

Sejak bersinode secara resmi pada tahun 1934, GMIM telah dipimpin oleh deretan tokoh penting. Ds. Erns Anton Adriaan de Vreede hingga Pdt Hein Arina.

Penulis: Tim Tribun Manado | Editor: Gryfid Talumedun
Kolase Tribun Manado/GMIM
SEJARAH GMIM - Sejak bersinode secara resmi pada tahun 1934, GMIM telah dipimpin oleh deretan tokoh penting yang tak hanya berperan sebagai pemimpin rohani, tetapi juga agen perubahan di bidang sosial, pendidikan, dan budaya. Daftar Ketua Sinode GMIM: Dari Awal Bersinode hingga Era Modern 

TRIBUNMANADO.CO.ID - Gereja Masehi Injili di Minahasa (GMIM) merupakan organisasi keagamaan paling berpengaruh di Sulawesi Utara.

Sejak bersinode secara resmi pada tahun 1934, GMIM telah dipimpin oleh deretan tokoh penting yang tak hanya berperan sebagai pemimpin rohani, tetapi juga agen perubahan di bidang sosial, pendidikan, dan budaya.

Kepemimpinan para Ketua Sinode GMIM menjadi motor penggerak dalam membentuk karakter masyarakat Minahasa, sekaligus mendorong gereja ini tumbuh menjadi salah satu denominasi Protestan terbesar dan paling berpengaruh di Indonesia.

Baca juga: Jejak Dua Misionaris: Riedel dan Schwarz dalam Misi Injil dan Pendidikan di Minahasa

Ketua Sinode pertama GMIM adalah Ds. Ernst Anton Adriaan de Vreede (1934–1935), seorang misionaris Belanda yang menjadi figur transisi dari kepemimpinan kolonial menuju gereja yang lebih mandiri.

Ia digantikan oleh Ds. Carl Diederich Buenk dan kemudian Ds. Henri Herman van Herwerden, yang memperkuat struktur organisasi sinode dalam masa-masa awal gereja bersinode.

Pada awal 1940-an, ketika dunia diguncang Perang Dunia II, Ds. Gerrit Paul Hendrik Locher menjabat sebagai Ketua Sinode.

Namun kepemimpinannya segera diikuti oleh sosok monumental: Ds. Albertus Zacharias Runturambi Wenas, Ketua Sinode pertama dari kalangan pribumi.

Ia menjabat selama dua periode panjang (1942–1951 dan 1955–1967), menandai era kemandirian GMIM dan penguatan jati diri gereja lokal.

Pasca kemerdekaan, kepemimpinan GMIM mulai beralih ke tangan-tangan pemimpin lokal dengan latar belakang pendidikan teologi yang kuat.

Tokoh seperti Pdt. Rhein Markus Luntungan (1967–1979) dan Pdt. Prof. Dr. Wilhelmus Absalom Roeroe (1979–1990, 1995–2000) dikenal luas dalam upaya memperkuat pendidikan, penginjilan, dan pembinaan jemaat secara sistematis.

Memasuki era modern, GMIM terus menyesuaikan diri dengan tantangan zaman.

Baca juga: Sejarah Pekabaran Injil dan Pendidikan Kristen di Tanah Minahasa hingga Berdirinya GMIM

Pdt. Kelly Herman Rondo, M.Th, Pdt. Dr. Arnold Frederik Parengkuan, dan Pdt. Dr. Albert O. Supit, STM membawa nuansa pelayanan yang lebih luas dan responsif terhadap isu sosial serta perkembangan digitalisasi pelayanan.

Selanjutnya , GMIM dipimpin oleh figur-figur muda dan berpengaruh seperti Pdt. Dr. Henny William Booth Sumakul, Th.M (2014–2018) dan Pdt. Dr. Hein Arina, Th.D, yang saat ini menjabat sejak 2018 dan terpilih kembali untuk periode kedua hingga 2027.

Di bawah kepemimpinan Hein Arina, GMIM terus memperkuat posisi sebagai gereja yang aktif dalam pelayanan sosial, pendidikan, hingga lingkungan hidup.

Berikut nama nama-nama Ketua Sinode GMIM sejak berdiri 1934 hingga 2020 dan susunan Badan Pekerja Majelis Sinode atau BPMS GMIM saat ini. 

Daftar Ketua Sinode GMIM dari Masa ke masa

Halaman
123
Sumber: Tribun Manado
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved