Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Covid 19

Apa Itu Nimbus? Varian Baru Covid 19, Berikut Penjelasannya

Varian nimbus atau NB.1.8.1 dikaitkan dengan peningkatan kasus covid-19 di beberapa negara.

Editor: Alpen Martinus
Photo: Meta AI
COVID 19 - Gambar ilustrasi virus. Muncul varian baru covid 19 bernama onimbus 

TRIBUNMANADO.CO.ID - Mendengar kata Covid 19 banyak warga Indonesia sudah tak terlalu peduli lagi.

Sempat heboh pada 2020 dan menggoyahkan Indonesia, namun kini sudah Indonesia sudah pulih.

Banyak yang mengira bahwa Covid 19 sudah benar-benar hilang.

Baca juga: Nimbus, Varian Baru Covid-19 yang Picu Lonjakan Kasus di Asia: Lebih Menular dengan Gejala Tak Biasa

Namun nyatanya, Covid 19 terus bermutasi menjadi beberapa varian.

Satu di antaranya adalah varian nimbus.

Begini perkembangannya di dunia.

Varian nimbus atau NB.1.8.1 dikaitkan dengan peningkatan kasus covid-19 di beberapa negara.

Berikut 8 hal tentang varian itu yang dirangkum oleh Adjunct Professor Griffith University Prof Tjandra Yoga Aditama.

1. Meningkat Sejak April

Laporan Disease Outbreak News WHO terbaru menyebutkan, mulai pertengahan April 2025 maka sirkulasi varian LP.8.1 mulai berkurang dan varian baru NB.1.8.1 mulai meningkat, dan kini mendapat perhatian penting dunia dan diberi nama varian Nimbus.

2. Masuk Daftar WHO

Karena perkembangannya maka WHO lalu memasukkan varian Nimbus NB.1.8.1 sebagai “variant under monitoring (VUM)”.

Perlu diingat waktu Covid-19 sedang tinggi-tingginya maka WHO menetapkan tiga klasifikasi varian ini, yang paling berat adalah variants of concern (VOC) seperti Delta.

Lalu ada  variants of interest (VOI) dan variants under monitoring (VUM). 

Ketika itu situasi amat dinamis, yang VUM bisa berubah menjadi VOI dan yang VOI bisa berubah menjadi VOC, dan demikian juga sebaliknya.

3. Masih Berhubungan dengan Varian JN.1.

Secara genomik varian Nimbus ini berhubungan dengan XDV.1.5.1 dan kemudian dengan varian JN.1.

Bila dibandingkan dengan varian dominan lainnya yaitu  LP.8.1 maka varian Nimbus NB.1.8.1 punya berbagai mutasi “spike” pada T22N, F59S, G184S, A435S, V445H, dan T478I.

4. Lebih Mudah Menyebar

Mutasi “spike” pada posisi 445 menunjukkan peningkatan keterikatan (“enhance binding affinity”) terhadap reseptor hACE2.

Hal inilah yang menyebabkan varian ini jadi lebih mudah menular.

"Bukan tidak mungkin terkait dengan peningkatan kasus di beberapa negara sekarang ini," ungkap Prof Tjandra kepada wartawan Selasa (10/6/2025).

5.  Dampak Varian Nimbus

Dampak lain mutasi varian Nimbus pada posisi  435 juga mengakibatkan penurunan potensi netralisasi antibodi, sementara mutasi pada posisi 478 menunjukkan evasi antibodi pula.

6. Menyebar di 22 Negara

Sampai pada 18 Mei 2025, sudah ada 518 sekuen NB.1.8.1 dilaporkan oleh 22 negara ke GISAID from 22 countries, dan datanya menunjukkan 10,7 persen data global pada pekan epidemiologi (“epidemiological week – EW”) ke 17 tahun 2025 (21 sampai 27 April 2025).

Walaupun angka persentase ini nampaknya masih kecil tetapi ini jauh meningkat dari angka empat minggu sebelumnya (31 Maret sampai 6 April 2025) yang masih 2.5 persen.

7. Tingkatkan Jumlah Tes

Akan baik kalau Indonesia juga melakukan surveilan genomik yang lebih giat lagi, untuk melihat perkembangan varian Nimbus ini.

Salah satu rekomendasi yang perlu dipertimbangkan adalah dengan meningkatkan jumlah tes, misalnya diberlakukan kebijakan tes covid-19 untuk semua kasus “Severe Acute Respiratory Illness (SARI)”  yang di rawat di rumah sakit kita dan juga 5 persen kasus “Influenza-Like Illness (ILI)”.

Kemudian, semua hasil positif covid-19 pada kasus SARI lalu dikirimkan untuk pemeriksaan  “Whole Genome Sequencing” di laboratorium rujukan.

8. Ciri khas Nimbus

Laman World Healthy Netrwork menyampaikan empat hal tentang varian Nimbus ini.

Yaitu nampaknya memang lebih mudah menular daripada varian sebelumnya.

Lalu, gejalanya dapat berupa nyeri tenggorok yang berat yang disebut seperti di sayat silet (“razor-blade”), lemah, batuk ringan, demam serta nyeri otot.

Terkait, berat ringannya penyakit maka masih harus menunggu beberapa minggu ke depan untuk mendapatkan data yang lebih lengkap.

Serta, munculnya varian Nimbus di musim panas sekarang ini menunjukkan bahwa covid-19 memang bukan hanya terjadi di musim yang cuacanya sedang dingin.

Bagaimana dengan kondisi di Indonesia?

Peneliti Mikrobiologi Klinik UGM Prof. dr. Tri Wibawa, Ph.D., Sp.MK, mengatakan peningkatan kasus di sejumlah negara tidak dapat secara pasti akan diikuti peningkatan penularan di Indonesia.

Ia menyebut, tingkat kecepatan penyebaran virus di tanah air cukup rendah.

Adapun varian yang dominan di Indonesia saat ini berbeda dengan yang ada di negara tetangga.

Di Indonesia mendominasi yakni varian MB 1.1.

"MB 1.1. ini, varian yang belum masuk pada daftar Variants of Interest (VOIs)  maupun variants under monitoring (VUMs) yang dikeluarkan oleh  WHO," kata dia.

Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com

Sumber: Tribunnews
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved