Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Kasus Covid 19

Nimbus, Varian Baru Covid-19 yang Picu Lonjakan Kasus di Asia: Lebih Menular dengan Gejala Tak Biasa

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) secara resmi memasukkan Nimbus ke dalam kategori “varian yang sedang dipantau” (variant under monitoring).

Tribun Manado/Gryfid Talumedun
KASUS COVID - Nimbus, Varian Baru Covid-19 yang Picu Lonjakan Kasus di Asia: Lebih Menular dengan Gejala Tak Biasa 

TRIBUNMANADO.CO.ID - Dunia medis kembali disibukkan dengan kemunculan varian baru Covid-19 yang diberi nama NB.1.8.1, atau lebih dikenal dengan julukan “Nimbus”. 

Varian ini merupakan turunan dari Omicron dan pertama kali terdeteksi pada Januari 2025.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) secara resmi memasukkan Nimbus ke dalam kategori “varian yang sedang dipantau” (variant under monitoring).

Baca juga: Indonesia Jadi Negara Terdampak Covid 19, Data WHO Menunjukkan Angka Kasus Meningkat Secara Global

Penetapan ini dilakukan karena varian tersebut menunjukkan potensi perubahan perilaku virus, baik dalam hal penularan maupun dampaknya terhadap kekebalan.

Perkembangannya cukup mencolok. Pada akhir April 2025, varian Nimbus telah menyumbang lebih dari 10 persen dari total sekuens Covid-19 secara global melonjak drastis dibandingkan 2,5 persen pada bulan sebelumnya.

Meski belum ditetapkan sebagai varian yang mengkhawatirkan (variant of concern), peningkatan prevalensi Nimbus membuat para ahli waspada terhadap kemungkinan lonjakan kasus, terutama di negara-negara dengan cakupan vaksinasi yang belum merata atau kekebalan kelompok yang mulai menurun.

Pemerintah dan lembaga kesehatan di berbagai negara kini terus memantau perkembangan varian ini, sembari mendorong masyarakat untuk tetap menjaga protokol kesehatan dan memperbarui vaksinasi jika diperlukan.

Mengapa Nimbus Dianggap Lebih Infeksius?

Dr. Lara Herrero, ahli virologi dari Universitas Griffith, menjelaskan bahwa Nimbus memiliki afinitas pengikatan tertinggi terhadap reseptor ACE2 manusia.

Artinya, varian ini dapat menginfeksi sel manusia lebih efisien dibandingkan varian-varian sebelumnya.

Hal ini membuat penyebarannya menjadi lebih cepat, meskipun belum ada indikasi bahwa gejalanya lebih berat.

Dr. Chun Tang dari Pall Mall Medical di Inggris menambahkan bahwa mutasi pada protein lonjakan (spike protein) pada varian Nimbus memungkinkan virus ini lebih mudah menyebar atau bahkan menghindari sebagian sistem kekebalan tubuh.

"Namun, sejauh ini belum ada bukti bahwa Nimbus menyebabkan gejala yang lebih parah dibandingkan varian lain," ujarnya.

Menurut Dr. Naveed Asif dari The London General Practice, varian Nimbus telah terdeteksi di setidaknya 22 negara, termasuk India, Thailand, dan China.

Meski demikian, WHO masih menilai risiko global dari varian ini sebagai rendah. Hal ini karena vaksin yang ada saat ini tetap efektif dalam mencegah gejala berat maupun kematian akibat infeksi varian baru ini.

Apa Saja Gejala Umum Varian Nimbus?

Gejala varian NB.1.8.1 atau Nimbus pada dasarnya mirip dengan varian Covid-19 lainnya. Namun, beberapa laporan menunjukkan pola gejala yang sedikit berbeda atau lebih dominan. Gejala yang umum dilaporkan antara lain:

  • Sakit tenggorokan yang cukup parah
  • Kelelahan berlebihan
  • Batuk ringan
  • Demam
  • Nyeri otot
  • Hidung tersumbat
  • Mual dan diare (pada beberapa kasus).

Apakah Indonesia Perlu Waspada?

Halaman
12
Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved