Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Umar Patek

Kisah Umar Patek, Dulu Perakit Bom Kini Jadi Peracik Kopi Andal, Sukses Berbisnis setelah Bebas

Kisah Umar Patek. Dulu Perakit Bom Kini Jadi Peracik Kopi Andal. Sukses Berbisnis setelah Bebas.

Editor: Frandi Piring
Foto: tribunnews-herudin/surya.co.id-nur ika anisa (kolase)
UMAR PATEK - Kolase foto kiri dan kanan, potret mantan napi terorisme, Umar Patek bersama istrinya, Ruqayyah saat menjalani reka ulang di sebuah rumah kontrakan Jalan Setia, Kampung Melayu, Jakarta Timur, Rabu (2/11/2011) silam dan Umar Patek (tengah) mengenalkan ‘Ramu Kopi 1966’ yang menjadi lini bisnisnya bersama Hedon Estate dalam peluncuran yang digelar pada Selasa (3/5/2025). Simak "Kisah Umar Patek, Dulu Perakit Bom Kini Jadi Peracik Kopi Andal, Sukses Berbisnis setelah Bebas". 

TRIBUNMANADO.CO.ID - Kisah Umar Patek, dulu dikenal sebagai perakit bom, kini jadi peracik kopi.

“Dulu aku dikenal karena hal yang menyakitkan dunia, tapi kini aku memilih jalan lain. Meramu rasa, menyeduh damai,” ungkap Umar Patek, eks napi teroris mengawali cerita kehidupannya yang kini merintis usaha “Ramu Kopi 1966”, dikutip dari Surya.co.id.

Tak hanya sekadar kopi, namun perubahan Umar Patek memilih hidup baru.

Setelah bebas pada 7 Desember 2022 lalu, Umar Patek kembali ke tengah masyarakat.

Pria bernama asli Hisyam bin Alizein ini menyadari stigma 'mantan narapida terorisme' masih melekat pada dirinya.

Hal itu juga membuatnya sulit diterima di masyarakat dan pastinya kesusahan mencari pekerjaan.

Umar Patek pun melanjutkan cerita titik awal perjalanan barunya. 

Ia bertemu seorang dokter sekaligus pengusaha di Surabaya, drg David Andreasmito, dua bulan setelah dia bebas dari Lapas Porong, Sidoarjo, Jawa Timur.

“Saya bertemu dengan dokter David, pertanyaan yang masih ingat pertama kali, kerja apa sekarang? saya bilang saya tidak punya kerja. Keahlian apa yang kamu miliki? saya bilang saya tidak punya keahlian. Sampai akhirnya beliau datang ke rumah saya, saya suguhi kopi dan beliau merasa suka,” ujarnya di Hedon Estate pada Selasa (3/6/2025).

Umar Patek menyebut, ia sempat menolak saat mendapat tawaran meramu dan menjual kopi di kafe milik drg David.

Penolakan itu tak lepas dari kekhawatiran akan stigma yang melekat dalam dirinya.

“Saya waktu itu terus menolak, saya berpikir waktu itu efeknya bisa ke bisnisnya dokter David. Dengan menerima saya, saya sempat khawatir risiko karena saya yang statusnya sebagai mantan teroris. Namun kemudian, saya mencoba dan bersepakat,” ungkap dia.

Setelah menerima tawaran tersebut, ‘Kopi Ramu 1966 by Umar Patek’ menjadi lini bisnis yang dihadirkan di Hedon Estate Kitchen & Lounge yang berada di Surabaya maupun Banyuwangi. 

Nama brand "Ramu" ini tak lain adalah kebalikan dari namanya, Umar.

“Saya sudah tobat, sudah tidak mau meramu bom. Saya meramu kopi. Saya tidak mau lagi meramu yang lain, sudah,” terang Umar Patek.

Mengadu nasib dengan mencari pekerjaan hingga akhirnya menemukan ramuan kopi, Umar mengaku hanya ingin menjalani hidup lebih baik.

Ia berharap produksi kopinya itu dapat diterima banyak kalangan masyarakat.

Dalam peluncuran kopi ini juga dihadiri oleh mantan Kepala Densus 88 Antiteror Polri Komjen Marthinus Hukom yang dulu memburu Umar Patek. Marthinus kini menjabat sebagai Kepala Badan Narkotika Nasional (BNN).

Dalam acara launching Kopi Ramu 1966 by Umar Patek, keduanya saling bersalaman, berpelukan, tebar senyum. Umar pun tak segan melontarkan candaan.

“Mudah-mudahan di kantor BNN mulai dari pusat sampai BNN Kabupaten, bisa berlangganan kopi saya. Untuk BNN Kabupaten taruhlah lima kilogram, tiga kilogram tidak apa-apa,” celetuk Umar Patek disambut tepuk riuh.

Komjen Marthinus menyebut bahwa, pertemuan kali ini menunjukan sisi lain dari seorang Umar Patek.

Dulu 'lawan' saat nama Umar Patek tercantum pada list pelaku bom Bali 1 Tahun 2002. 

Umar Patek dikenal gahar karena menjadi anggota militan kelompok teroris Asia Tenggara dan ahli senjata, serta otak taktik gerilya kelompoknya.

Kala itu, ungkap Komjen Marthinus, Umar Patek menjadi yang paling diburu aparat keamanan di banyak negara.

“Dia dikejar oleh seluruh dunia. 2002 sampai 2011 jadi Umar Patek ditangkap di Kota Abbottabad, Pakistan. Selama pelarian dia, kepalanya dibanderol sebesar 10 miliar. Lebih membuat kita terkagum dengan orang ini, dikabarkan mati berkali-kali, diserang pasukan angkatan Filipina, eh muncul lagi. Saat itu, kami mendapatkan berita bahwa dia terkepung tapi dia bisa keluar dari kepungan itu. Inilah Umar Patek, yang kita kenal hari ini,” ungkapnya.

Kata Komjen Marthinus lagi, hubungannya dengan Umar Patek dinilai sebagai suatu contoh yang dulunya musuh, kemudian saling menyadari posisi masing-masing, dan kini menjaga hubungan dengan Tuhan serta hubungan dengan manusia tanpa batas.

Komjen Marthinus juga berharap Kopi Ramu 1966 by Umar Patek bisa menjadi pendorong dan pengembangan UMKM di Jawa Timur.

“Di dalam penjara beliau melaksanakan perenungan. Dari seorang perakit bom, menjadi seorang peramu kopi. Yang dulunya berjuang membawa senjata, tapi hari ini ikut berjuang menegakan kemanusiaan, cinta kasih, tanpa batas, melampaui tembok imaginer keyakinan, menjadi satu kesatuan umat manusia, satu kesatuan Indonesia,” ujarnya.

Pertemuan Umar Patek dan drg David Andreasmito hingga Lahirnya "Kopi Ramu 1966"

Naluri pebisnis yang kuat dari drg David Andreasmito pemilik Hedon Estate dalam melakukan pendekatan terhadap Umar Patek membuahkan hasil.

drg David mengaku pernah menawarkan bantuan finansial kepada Umar Patek, namun ditolak. 

Sang eks napi itu memilih ingin mendapatkan pekerjaan.

Seiring kedekatannya, drg David bersama sang adik lantas bertamu ke rumah Umar Patek, ia disuguhi secangkir kopi.

“Saya kaget lho kok enak, saya tidak berlebihan memang enak, Dia bilang ini kopi rempah buatan saya dan istri. Loh kok enak, memang enak. Saya berbicara dengan adik saya, gimana kalau dia (Umar) jualan kopi rempah,” ungkap dokter David.

Pertemuan itu berlanjut dengan menghadirkan seorang peracik kopi bernama Yus di Bondowoso.

Umar Patek sempat berlatih menyangrai kopi beans dari Kota Tape tersebut.

Ia membuat racikan kopi robusta dan arabika, dan diakui luar biasa.

“Bahkan di Banyuwangi hasil racikan Umar Patek begitu di launching, dan orang pecinta kopi merasakan racikan dan mereka memborong habis kopinya,” ungkapnya.

Dari sanalah usaha "Kopi Ramu 1966" yang dirintis Umar Patek dimulai.

Umar Patek bertugas meramu kopi, dan saat itu dibantu oleh Yus terkait pemberian alat-alat mesin kopi serta pelatihan meraciknya. Sementara sektor manajemennya dipegang drg David.

“Akhirnya dimulai lah, begitu soft lauching banyak yang menghubungi saya dan siapkan 2000 pax satu bulan habis,” ungkap drg David.

drg David tak menampik banyak pertanyaan terkait kedekatannya dengan Umar Patek, apalagi soal berbisnis. Namun ia meyakini, kerja sama maupun pertemanan dengan sang mantan napi teroris berdasarkan cinta kasih.

“Saya punya feel yang bagus bahwa dia bisa jadi orang baik. Setiap orang tanya, saya jawab dia lebih dulu mencintai saya. Dia tahu saya non muslim tapi dia mau dekat saya, bukan karena uang. Karena dia merasa banyak bercanda, banyak tawa saat sama saya, dan itu membuat saya ikut bahagia. Saya tidak cari keberhasilan dengan Umar Patek, tapi saya punya niat baik kepada sesama,” terangnya.

drg David juga menekankan bahwa Umar Patek sudah minta maaf kepada masyarakat dan penyintas.

Oleh karenanya, ia berharap masyarakat memberi maaf kepada Umar supaya dapat melanjutkan hidupnya dengan baik.

Selain itu, saat Umar nantinya sukses, drg David berkeingininan mengajak para penyintas atau keluarga untuk bekerja sama dalam bisnis milik mantan terpidana kasus Bom Bali I tersebut.

“Berilah maaf kepada Umar Patek supaya dia bisa hidup dengan tenang, dan kalau bisnis ini berjalan dengan baik, saya ingin mengajak semua penyintas, yang pernah jadi korban Umar Patek, keluarganya, saya ingin mengajak kerja sama bisnisnya Umar Patek dengan mereka,” tuturnya.

-

Artikel ini telah tayang di Surya.co.id

Baca juga: Umar Patek, Narapidana Teroris Kasus Bom Bali I Bebas Bersyarat

Sumber: Surya
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved