Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Liputan UMKM

Laris Manis di Tepi Jalan: Gorengan Ibu Hartarti Jadi Favorit Sore Warga Minahasa Utara

Lapak milik Ibu Hartarti (42), yang setiap hari mangkal di perumahan Bumi Kawangkoan Baru. Sejak pukul 15.00 WITA, wajan besarnya sudah mulai mengepul

|
Penulis: Gryfid Talumedun | Editor: Gryfid Talumedun
Tribun Manado/Gryfid Talumedun
GORENGAN - Lapak milik Ibu Hartarti (42), yang setiap hari mangkal di perumahan Bumi Kawangkoan Baru, Desa Kawangkoan Baru, Kecamatan Kalawat, Minahasa Utara. Laris Manis di Tepi Jalan: Gorengan Ibu Hartarti Jadi Favorit Sore Warga Minahasa Utara 

TRIBUNMANADO.CO.ID - Gorengan menjadi menu wajib bagi semua kalangan.

Siapa sangka, di balik wajan panas dan kepulan asap di sudut-sudut jalan di Kota Manado hingga Minahasa Utara, tersimpan cita rasa sederhana yang mampu membangkitkan selera.

Meski terkesan makanan "seadanya", camilan satu ini justru tak pernah kehilangan penggemar.

Hampir di setiap sudut kota, selalu ada lapak pedagang gorengan yang ramai diserbu pembeli, terutama saat sore menjelang.

Salah satunya adalah lapak milik Ibu Hartarti (42), yang setiap hari mangkal di perumahan Bumi Kawangkoan Baru, Desa Kawangkoan Baru, Kecamatan Kalawat, Minahasa Utara.

GORENGAN - Potret lapak milik ibu Hartarti (42), yang setiap hari mangkal di perumahan Bumi Kawangkoan Baru.
GORENGAN - Potret lapak milik ibu Hartarti (42), yang setiap hari mangkal di perumahan Bumi Kawangkoan Baru. (Tribun Manado/Gryfid Talumedun)

Sejak pukul 15.00 WITA, wajan besarnya sudah mulai mengepul.

Di atas meja kayu sederhana, aneka gorengan tertata: bakwan, tahu isi, tempe goreng, pisang goroho, hingga ubi goreng keju.

Ia juga menjual segala jenis minuman sasetan.

“Gorengan ini sudah kayak teman setia sore hari orang Manado pada umumnya. Mau hujan atau panas, selalu ada yang cari,” tuturnya sambil membalik bakwan dalam wajan.

Ia mengaku, dalam sehari bisa menghabiskan lebih dari 10 kg adonan dan bahan baku.

Salah satu favorit pelanggan adalah bakwan jagung khas Manado yang gurih dan renyah, dicampur daun bawang dan sedikit cabai untuk rasa pedas ringan.

Kunci larisnya, katanya, bukan cuma di rasa, tapi juga konsistensi.

GORENGAN - lapak milik Hartarti (42), yang setiap hari mangkal di perumahan Bumi Kawangkoan Baru.
GORENGAN - lapak milik Hartarti (42), yang setiap hari mangkal di perumahan Bumi Kawangkoan Baru. (Tribun Manado/Gryfid Talumedun)

Ia selalu mengganti minyak setelah dua kali menggoreng dan menggunakan bahan segar.

“Kalau minyak kotor atau bahan asal-asalan, pelanggan bisa pindah ke tempat lain. Jadi harus jaga kualitas,” ujarnya.

Selain Dirinya, banyak pedagang gorengan lain yang menjadi bagian dari denyut kehidupan kuliner jalanan di Minahasa Utara.

Makanan ini murah meriah, mudah diakses, dan selalu punya tempat di hati masyarakat dari pelajar hingga pegawai kantoran.

Gorengan bukan sekadar camilan.

Ia adalah bagian dari budaya kuliner lokal yang merakyat, hangat, dan akrab.

Tak heran, di tengah gempuran makanan kekinian, gorengan tetap bertahan sebagai pilihan favorit yang tak lekang oleh waktu.

-

Ikuti Saluran WhatsApp Tribun Manado dan Google News Tribun Manado untuk pembaharuan lebih lanjut tentang berita populer lainnya.

Baca berita lainnya di: Google News

WhatsApp Tribun Manado: Klik di Sini

Sumber: Tribun Manado
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved