Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

THR Ojek Online

Driver Ojol Terkejut THR Masuk Hanya Rp50 Ribu, Tak Sesuai Ekspektasi

Sesuai janji Presiden Prabowo Subianto, para mitra ojek online atau driver ojol telah mendapatkan tunjangan hari raya (THR).

Editor: Alpen Martinus
SURYA/AHMAD ZAIMUL HAQ
THR: Ilustrasi Driver Ojek Online. Banyak yang kecewa lantaran bonus tak sesuai prediksi 

TRIBUNMANADO.CO.ID- Harapan driver ojek online mendapatkan tunjangan hari raya yang besar berujung kekecewaan.

Pasalnya banyak yang mendapatkan hanya Rp50 ribu saja.

Jauh dari perkiraan mereka. Apalagi lebaran tinggal beberapa hari lagi.

Baca juga: Besaran THR untuk Kurir dan Ojek Online, Beda Berdasarkan Kinerja dan Produktifitas

Kebutuhan mereka untuk lebaran sangat banyak, sehingga kekecewaan tentu sangat dirasakan.

Meski kecewa, namun mereka harus menerima kenyataan tersebut.

Padahal pemerintah menjanjikan kesejahteraan untuk driver ojek online.

Sesuai janji Presiden Prabowo Subianto, para mitra ojek online atau driver ojol telah mendapatkan tunjangan hari raya (THR).

Namun bukannya senang dan bersyukur, beberapa driver ojol justru mengaku kecewa.

Pasalnya, jumlah THR ojol yang didapatkan jauh dari ekspektasi.

Salah satunya terjadi pada Ade, driver ojol di Kabupaten Lebak, Banten yang terlanjur manjanjikan baju baru untuk istri dan anaknya.

Dilansir dari Kompas.com, Ade terkejut ketika menerima notifikasi dari aplikasi Gojek yang menginformasikan besaran bonusnya.

"Dapatnya hari Minggu, kaget, lemes, jumlahnya Rp50.000, jauh dari ekspektasi saya," ujar Ade saat ditemui di Alun-alun Rangkasbitung, Selasa (25/3/2025), dikutip dari Kompas.com.

Ade semakin kecewa karena sebelumnya sudah berjanji kepada istri dan anaknya untuk membeli baju Lebaran menggunakan bonus tersebut.

Ia pun merasa skema perhitungan bonus tidak sesuai dengan informasi yang beredar, di mana seharusnya BHR mencapai 20 persen dari pendapatan bulanan.

"Ternyata tidak sesuai. Kalau benar 20 persen, secara hitung-hitungan saya bisa dapat sekitar Rp 1.000.000," katanya.

Ade mempertanyakan cara aplikator menentukan besaran bonus, mengingat ia sudah memenuhi berbagai persyaratan, termasuk jam kerja yang tinggi.

"Syarat minimal jam online 200 jam per bulan, saya bahkan lebih. Online 25 hari per bulan, tiap hari narik terus, gak pernah libur," tambahnya.

Sebagai pengemudi ojol sejak 2019, Ade mengandalkan penghasilannya sepenuhnya dari profesi ini.

"Sekarang saya kecewa, tapi mau gimana lagi, tetap harus jalan. Mau cari kerja lain lagi dengan umur sekarang udah gak mungkin," tuturnya.

Kekecewaan serupa juga dirasakan Doni (42), pengemudi ojol lainnya.

Ia merasa aplikator seolah memberi harapan palsu kepada para mitra.

"Kemarin bilangnya manis, untuk kesejahteraan mitra, buktinya sekarang BHR yang diterima buat servis motor saja gak cukup," ujarnya.

Doni menerima bonus Rp100.000, jumlah yang menurutnya tidak adil karena sama dengan pengemudi yang baru bergabung dan hanya menjadikan ojol sebagai pekerjaan sampingan.

"Ada yang baru-baru narik dapat Rp100.000 juga, saya dari 2018 narik dapatnya sama," tambahnya.

Para pengemudi berharap pihak aplikator mengevaluasi skema pembagian BHR agar lebih transparan dan sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan.

Dalam notifikasi kepada mitra, disebutkan bahwa besaran BHR berkisar antara Rp 50.000 hingga Rp900.000, bergantung pada beberapa faktor seperti jumlah hari aktif, jam online minimal 200 jam, tingkat penerimaan order minimal 90 persen, serta penyelesaian trip minimal 90 persen selama periode Maret 2024 hingga Februari 2025.

Keluhan serupa juga datang dari mitra pengemudi Grab di Kota Pematangsiantar, Sumatera Utara.

Nazamuddin (32), seorang pengemudi Grab-Bike, mengaku terkejut ketika menerima bonus hanya Rp 50.000.

"Hari Sabtu kemarin masuk cuma lima puluh ribu dan nggak nyangka bonus cuma segitu. Rasanya nggak pantas untuk mitra teladan," katanya saat ditemui di Jalan WR Supratman, Senin (24/3/2025).

Nazamuddin yang menerima 10 hingga 15 orderan per hari merasa bonus tersebut tidak mencerminkan kerja kerasnya.

Bahkan, rekannya yang mendapat lebih banyak orderan hanya memperoleh BHR sekitar Rp 200.000.

Ia juga membandingkan bonus yang diterima dari aplikator lain yang menurutnya lebih layak.

"Yang kerja sampai mati yang bisa menerima bonus banyak. Kalau aplikator lain memang lebih paten. Nggak narik aja dikasih lima puluh ribu," ucapnya.

Senada dengan itu, David Lingga (38), pengemudi Grab sejak 2018, juga merasa kecewa dengan besaran bonus yang diterimanya.

Ia memahami Grab menerapkan kriteria tertentu dalam menentukan BHR, di mana mitra dengan slot orderan lebih banyak dan tarif lebih murah cenderung mendapatkan bonus lebih besar.

Meski demikian, banyak pengemudi berharap ada perbaikan dalam sistem pembagian bonus agar lebih transparan dan sesuai dengan usaha yang telah mereka keluarkan. (*)

Artikel ini telah tayang di TribunNewsmaker.com

Sumber: TribunNewsmaker
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved