Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Mengapa Google - Microsoft Berlomba Dapatkan Energi Nuklir?

Kesepakatan Microsoft untuk mendapatkan energi dari pembangkit listrik tenaga nuklir yang pernah ditutup menyoroti ketergantungan raksasa teknologi.

Editor: Arison Tombeg
Kolase TM/YNet
KETERGANTUNGAN - Kantor Google dan Microsoft. Kesepakatan Microsoft untuk mendapatkan energi dari pembangkit listrik tenaga nuklir yang pernah ditutup menyoroti ketergantungan raksasa teknologi. 

TRIBUNMANADO.CO.ID - Kesepakatan Microsoft untuk mendapatkan energi dari pembangkit listrik tenaga nuklir yang pernah ditutup menyoroti ketergantungan raksasa teknologi yang semakin besar pada tenaga nuklir untuk memenuhi permintaan energi yang didorong oleh AI.

Seiring dengan melonjaknya konsumsi global, Google, Amazon, dan pemerintah dunia meningkatkan investasi nuklir.

Laporan terkini mengungkapkan bahwa Microsoft telah menandatangani kesepakatan besar untuk mendapatkan energi dari pembangkit listrik tenaga nuklir yang sebelumnya ditutup setelah kecelakaan nuklir tahun 1979—yang paling signifikan dalam sejarah AS. 

Langkah ini menimbulkan pertanyaan kritis tentang peran energi nuklir dalam industri teknologi dan masa depan konsumsi listrik global.

Karena permintaan energi perusahaan teknologi tumbuh secara eksponensial, kebutuhan akan sumber daya yang stabil menjadi lebih mendesak dari sebelumnya. Pusat data raksasa seperti Microsoft, Google, dan Amazon mengonsumsi listrik dalam jumlah besar untuk menjalankan server, menyimpan data, dan menjalankan komputasi yang rumit. 

Dikutip YNet, menurut Badan Energi Internasional (IEA), konsumsi daya pusat data global diperkirakan akan berlipat ganda pada tahun 2030. Bahkan, satu pusat data AI dapat mengonsumsi lebih banyak listrik daripada seluruh kota.

Microsoft tidak sendirian dalam tren ini. Google, misalnya, telah menandatangani perjanjian dengan Kairos Power untuk mengamankan energi nuklir mulai tahun 2030, sementara Amazon bekerja sama dengan Energy Northwest untuk mengembangkan fasilitas energi nuklir guna mendukung infrastruktur berbasis AI miliknya. Investasi ini menunjukkan bahwa tenaga nuklir muncul sebagai solusi pilihan untuk memastikan pasokan listrik yang andal, bersih, dan stabil.

Minat yang meningkat terhadap energi nuklir tidak terbatas pada perusahaan teknologi besar. Jumlah perusahaan rintisan di bidang ini telah melonjak, dengan miliaran dolar mengalir ke dana yang mempromosikan inovasi nuklir

AS, Tiongkok dan Prancis memimpin gelombang investasi ini, karena pemerintah mereka mengalokasikan sumber daya yang signifikan untuk pengembangan nuklir sebagai bagian dari perjuangan global melawan perubahan iklim.

Di AS, Presiden Donald Trump yang baru dilantik telah menyuarakan dukungan kuat terhadap energi nuklir, dengan pemerintahannya memperjuangkan "kebangkitan" industri tersebut. Selain mengatasi krisis energi, AS memiliki kepentingan strategis dalam mendominasi pasar nuklir global—terutama karena Tiongkok memposisikan dirinya sebagai pesaing tangguh di bidang tersebut.

Roy Reuveni, Pendiri dan CEO Woodstock Power, penyedia solusi energi berbasis di AS untuk pusat data.

"Permintaan listrik stabil 24/7 telah mencapai tingkat yang belum pernah terjadi sebelumnya. Perusahaan seperti Oracle dan Microsoft telah diberikan persetujuan untuk mengembangkan reaktor nuklir kecil (50–100 megawatt) untuk memastikan pasokan listrik yang andal dan bersih," katanya dikutip Al Jazeera.

Itamar Sarussi, mantan kepala operasi Energix di AS. "Sejak revolusi AI, kita telah menyaksikan perubahan mendasar dalam cara perusahaan teknologi mendapatkan listrik. Meskipun tujuan keberlanjutan dulunya merupakan pendorong utama, kini fokusnya adalah mengamankan daya listrik yang langsung dan tanpa gangguan. Waktu tunggu yang lama untuk sambungan jaringan dan tantangan untuk hanya mengandalkan energi terbarukan mendorong industri ke arah solusi baru, termasuk reaktor nuklir modular kecil (SMR)." (Tribun)

Sumber: Tribun Manado
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved