Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Kecelakaan di Tambang Sulut

Daftar Kasus Kecelakaan di Lokasi Tambang Liar di Sulawesi Utara, Terkini di Minut

Berikut daftar sejumlah kecelakaan di lokasi tambang emas di wilayah Provinsi Sulawesi Utara (Sulut). Terkini kejadian di Kabupaten Minahasa Utara.

Kolase/Tribun Manado
Daftar kasus kecelakaan di tambang emas di Sulut. Terkini terjadi Awal Desember 2024 di Minahasa Utara. 

TRIBUNMANADO.CO.ID - Provinsi Sulawesi Utara (Sulut) memiliki kekayaan alam yang melimpah. Salah satunya adalah banyak lokasi tambang emas. 

Namun hingga saat ini masih banyak tambang emas yang belum dikelola dengan modern. Banyak warga yang aktif mengelola secara tradisional. 

Lokasi tambang tersebar di Kabupaten Minahasa Selatan, Minahasa Tenggara, Minahasa Utara, Bolaang Mongondow, Bolaang Mongondow Timur dan beberapa wilayah lainnya di Sulut

Sama seperti jumlahnya yang banyak, kasus kecelakaan di tambang pun sudah banyak terjadi. 

Berikut sejumlah kasus kecelakaan di tambang emas di wilayah Sulawesi Utara. 

Baca juga: 3 Penambang Terjebak di Lubang Tambang Desa Tatelu Dimembe Minut, Basarnas Manado Kerahkan Tim

1. Longsor di Tambang Bakan, Bolmong

Terjadi pada 2019. Kejadian longsor di Tambang Bakan, Kabupaten Bolaang Mongondow (Bolmong), Sulawesi Utara (Sulut) jadi perhatian hingga ke pemerintah pusat. 

Tim Basarnas dari Kantor Pusat di Jakarta pun ikut turun bersama sejumlah pimpinan beberapa hari setelah kejadian. 

Selama 10 hari proses pencarian korban dilakukan hingga akhirnya pada Kamis 7 Maret 2019 pencarian secara resmi dihentikan. 

"Ini sudah hari ke-10 operasi SAR gabungan dilaksanakan. Kita sudah menuntaskan semua pekerjaan kita. Berdasarkan berbagai pertimbangan kita hentikan," ujar Direktur Operasi Basarnas Brigjen TNI Mar Budi Purnama saat itu. 

Alasan pencarian dihentikan kata Budi Purnama kondisi lokasi tidak memungkinkan lagi untuk proses evakuasi dan dapat membahayakan tim evakuasi. 

Budi menjelaskan longsoran mulai terjadi pada saat proses evakuasi terakhir yang dilakukan pada 6 Maret 2019 dengan jumlah 18 kantong jenazah yang berhasil dievakuasi.

Evakuasi saat itu dilaksanakan sejak pagi hari kemudian dilanjutkan sampai pada Pukul 19.00 Wita. Saat itu longsoran bebatuan mulai terlihat. "Reruntuhan bebatuan terjadi berulang-ulang. Sehingga kita sepakat hanya tiga jam saja bekerja sambil dinilai apakah akan berlanjut atau tidak. Namun karena longsoran bebatuan terus berjatuhan maka kita hentikan," ujar Budi. 

"Goa yang kita buka telah tertimbun oleh reruntuhan sampai pada Pukul 05.00 Wita. Saat itu kita memang sudah tidak bisa melanjutkan proses evakuasi," tambahnya.

Baca Berita Selengkapnya di : DISINI

Halaman
1234
Sumber: Tribun Manado
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved