Breaking News
Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Hari Pahlawan

Daftar Tokoh Asal Sulawesi Utara yang Diusulkan Jadi Pahlawan Nasional, Sudah 11 yang Mendapat Gelar

Sosok Tokoh dari Sulawesi Utara yang diusulkan mendapat gelar pahlawan nasional.

Penulis: Tim Tribun Manado | Editor: Glendi Manengal
Kolase TribunManado
Daftar Tokoh Sulut yang Diusulkan Jadi Pahlawan Nasional berturut-turut dari kiri, Ch Taulu, Alexander Kawilaran, Hein Worang Daan Mogot 

TRIBUNMANADO.CO.ID - Sebelumnya diketahui hari ini 10 November 2024.

Merupakan hari pahlawan nasional.

Terkait hal tersebut di hari pahlawan nasional beberapa sosok tokoh sering mendapat gelar pahlawan nasional.

Lantas sudah berapa tokoh dari Sulawesi Utara yang mendapat gelar pahlawan nasional.

Berikut ini daftar pahlawan nasional asal Sulawesi Utara.

Beserta dengan tokoh yang diusulkan menjadi pahlawan nasional.

11 Nama Pahlawan Nasional asal Sulut: 

1. Dr Gerungan Saul Samuel Jacob (GSSJ) 'Sam' Ratulangi (SK 890 tahun 1961)

2. Arie F Lasut (SK 012/TK tahun 1961)

3. Maria Walanda Maramis (SK 012/TK tahun 1961)

4. Piere Tendean (SK Nomor III/koti/tahun 1965)

5. Robert Wolter Mongisidi (SK Nomor 88/TK tahun 1973)

6. Jahja Daniel Dharma (John Lie) (SK Nomor 085/TK/tahun 2009)

7. Lambertus Nicodemus Palar (SK Nomor 68/TK tahun 2013)

8. Bernard Wilhelm Lapian (SK Nomor 116/TK/tahun 2015)

9. AA Maramis (SK Nomor 120/TK/tahun 2019)

10. Arnold Mononutu (2020)

11. Bataha Santiago (2023) Keppres Nomor 115/TK/Tahun 2023

Tokoh lain yang masih diusulkan yakni:

1. Charlis Choesj Taulu

Charlis Choesj Taulu yang berpangkat Sersan KNIL kemudian diangkat menjadi Letnan Kolonel atau Overste dan BW Lapian seorang politisi dari kalangan sipil dan telah dianugerahi gelar Pahlawan Nasional.

Ch Ch Taulu adalah sosok pejuang sejati yang mengikuti pendidikan militer Belanda di Magelang selama 9 bulan dengan pangkat Sersan.  

Meski menerima pendidikan militer dari Belanda, tapi kecintaannya terhadap Tanah Air Indonesia tidak diragukan.

Chali --panggilan akrab Ch Ch Taulu-- lahir di Kawangkoan pada tanggal 28 Mei 1909.

Dia,  anak ke 2 dari pasangan Agustinus Rawis Taulu asal Kawangkoan dan Maria Waney asal Rumoong Tareran Minahasa Selatan.

Chali memiliki 13 bersaudara.

2. Alexander Evert Kawilarang

Alexander Evert Kawilarang adalah seorang tokoh militer dan pejuang kemerdekaan Indonesia.

Ia menjadi komandan militer pada masa revolusi kemerdekaan, dan memimpin sejumlah operasi penumpasan pemberontakan pada awal 1950-an.

Alex Kawilarang juga dikenal sebagai perintis Komando Pasukan Khusus atau Kopassus.

Namun, prestasi dan jasa-jasanya di dunia militer pernah tercoreng ketika ia bergabung dalam Perjuangan Rakyat Semesta (Permesta) pada 1958.

Alexander Evert Kawilarang lahir di Jakarta, pada 23 Februari 1920.

Ia merupakan putra dari pasangan Alexander Herman Hermanus Kawilarang dan Nelly Betsy Mogot, yang berasal dari Minahasa, Sulawesi Utara.

Ayahnya adalah seorang Mayor KNIL (Koninklijk Nederlands Indisch Leger) atau Tentara Kerajaan Hindia Belanda.

AE Kawilarang memulai sekolah formal di Europeesche Lagere School (Sekolah Dasar) di Semarang, Jawa Tengah, dan Cimahi, Jawa Barat, kemudian lanjut di Hogere Burger School (SMP-SMA) di Bandung, Jawa Barat.

Lahir dari lingkungan keluarga militer, AE Kawilarang mengikuti jejak ayahnya. Pendidikan militer pertamanya ditempuh di Corps Opleiding Reserve Officieren (CORO) atau Korps Pendidikan Perwira Cadangan KNIL.

Pada 1941, ia lanjut ke Akademi Militer Belanda (Koninklijk Militaire Academie) di Bandung. Di sanalah ia bertemu dengan AH Nasution dan TB Simatupang.

3. Hein Victor Worang

Hein Victor Worang adalah tokoh militer dan politik Indonesia. Ia turut berjuang semasa Pertempuran Surabaya 1945 sebagai Kepala Pasukan II dari PRI Sulawesi (PRISAI)/

Menduduki Makassar saat Peristiwa Andi Aziz sebagai Komandan Batalyon Worang Diarsipkan 2023-08-17 di Wayback Machine.

Menumpas RMS dalam Invasi Ambon sebagai Komandan Batalyon Worang.

Worang kemudian menjadi Komandan Resimen Infanteri (RI)- 24 di Manado setelah itu menjadi Komandan Resimen Infanteri (RI)-6 di Lampung.

Menjabat sebagai Pamen SPRI kemudian sebagai Kaspri KASAD Jenderal A.H. Nasution, merangkap sebagai Komandan Korps Markas Staf Angkatan Bersenjata Departemen Pertahanan Keamanan (DanKORMA HANKAM) dengan pangkat Brigadir Jenderal TNI AD (1965-1967).

Hingga jabatan sipil menjadi Gubernur Sulawesi Utara periode 1967-1978.

Kemudian naik pangkat Mayor Jenderal TNI AD pada tahun 1971 dan pensiun dari dinas militer tahun 1976.

Hein Victor Worang juga menjadi Anggota MPR-RI tahun 1970-1976.

Setelah lepas jabatan Gubernur Sulawesi Utara, kemudian menjabat sebagai Inspektur Jenderal Pembangunan (Irjenbang) Sekretariat Negara di Bina Graha, Jakarta dibawah pimpinan Presiden Republik Indonesia Soeharto.

4. Daan Moggot

Elias Daniel Mogot atan Daan Mogot mungkin lebih banyak dikenal sebagai nama jalan sepanjang 27,5 km dari Grogol, Jakarta Barat hingga Sukarasa, Tangerang.

Mungkin belum banyak yang tahu bahwa Daan Mogot adalah pahlawan asal Manado yang gugur di usia sangat muda, 18 tahun.

Daan Mogot gugur dalam Pertempuran Lengkong 25 Januari 1946 bersama dua paman Prabowo Subianto yakni Subianto Djojohadikusumo (21 tahun) dan Sujono Djojohadikusumo (16).

Daan Mogot memiliki nama asli Elias Daniel Mogot. Dia lahir di Manado, Sulawesi Utara pada 28 Desember 1928.

Daan Mogot merupakan anak kelima dari tujuh bersaudara pasangan Nicolaas Mogot dan Emilia Inkiriwang. 

 

Dikutip dari jurnal Mayor Daan Mogot (1928-1946) Peran dan Perjuangannya, Daan Mogot bisa bersekolah di ELS (Europeesche Lagere School), sekolah untuk anak-anak Belanda atau Eropa karena ayahnya Hakim Besar Ratahan. 

Selepas lulus dari ELS, dia melanjutkan ke MULO (Meer Uitgebreid Lager Onderwijs) sekolah setingkat SMP. 

Saat usianya 14 tahun, Daan Mogot terpilih masuk Seinen Dojo, pelatihan militer pada masa pendudukan Jepang. Itulah awal mula Daan Mogot terjun ke dunia militer. 

Karena dinilai cerdas, Daan Mogot lalu terpilih menjadi anggota PETA (Pembela Tanah Air) adalah satuan militer yang dibentuk Jepang di Indonesia pada masa pendudukan Jepang.

Daan Mogot adalah anggota PETA angkatan I tahun 1943 saat usianya baru 14 tahun, walaupun sebenarnya ia tak memenuhi syarat karena usianya belum genap 18 tahun. 

Saat itu, kebanyakan orang-orang PETA adalah orang-orang Jawa, sehingga orang Manado seperti Daan Mogot termasuk langka. 

Setelah pelatihan PETA di Bogor, Daan Mogot diangkat sebagai Shodancho, jabatan setingkat komandan peleton dan ditempatkan di Bali. 

Selain itu, karena prestasinya ia diangkat sebagai instruktur pelatih PETA di Bali bersama Zulkifili Lubis, Kemal Idris, dan sejumlah perwira PETA lainnya. 

Diusulkan Sejarawan Sulut

Sebelumnya untuk daerah sekecil Sulut dengan jumlah penduduk hanya satu persen nasional, Sulut tergolong rutin menyetor pahlawan nasional.

Di luar nama nama itu, masih ada juga banyak nama.

Sejarawan Sulut Ivan Kaunang yang juga tim pengkaji pahlawan nasional dari Sulawesi Utara menuturkan, sejumlah nama tokoh pejuang asal Sulut sudah diusulkan sebagai pahlawan nasional.

"Ada Ch Taulu, kemudian A E Kawilarang lalu H V Worang dan Daan Mogot," kata dia Rabu (8/11/2023).

Sebut dia, para tokoh ini punya rekam jejak perjuangan yang heroik. Ia mencontohkan Daan Mogot. 

Mati dalam usia masih 18 tahun saat hendak melucuti senjata tentara Jepang.

Kemudian Kawilarang yang berjasa dalam menumpas pemberontakan serta membentuk postur pasukan TNI di masa awalnya, yang salah satunya membentuk pasukan yang jadi cikal bakal Kopassus.

Ivan mengusulkan kepada pemerintah Sulut untuk memberi gelar pahlawan daerah kepada sejumlah tokoh pejuang di Sulut. 

"Banyak pejuang di Sulut yang layak dapat gelar pahlawan, mereka dapat dijadikan pahlawan daerah, contohnya tokoh yang terlibat dalam peristiwa merah putih," katanya.

Pihaknya berupaya memenuhi segala persyaratan, mulai naskah akademis, seminar dan persetujuan pemerintah.

"Dari sini pun harus dibawa ke pusat, disana ada tim pengkaji sendiri yang terdiri dari sejarawan dan lainnya," kata dia.

(TribunManado.co.id)

Sumber: Tribun Manado
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved