Cerita Marsya, Penjual Salak di Sitaro Sulawesi Utara, Jualan Demi Kebutuhan Sehari-hari

Manado, TRIBUNMANADO.CO.ID - Suasana Pasar 66 di Tagulandang, Kabupaten Sitaro, Sulawesi Utara, tampak hidup saat masyarakat memenuhi kios-kios dan lapak pedagang, Selasa (29/10/2024).

Aktivitas di Pasar 66 yang ramai ini tak akan terlihat setiap harinya.

Pasalnya, pasar ini hanya buka di tiga hari saja. Yakni Selasa, Kamis, dan Sabtu.

Marsya, seorang warga Desa Bawoleu, Kecamatan Tagulandang Utara, terlihat sibuk melayani pembeli di lapaknya.

Di usianya yang menginjak 28 tahun, Marsya telah menjual hasil kebun keluarganya di Pasar 66 selama beberapa tahun.

Hari Selasa ini, ia menjual buah salak, hasil perkebunan keluarganya. 

Masya menawarkan dua pilihan harga. Bagi yang ingin beli per karung harganya Rp 50 ribu, per ember Rp 20 ribu.

"Salak ini hasil kebun orang tua saya, dan sekarang saya yang meneruskan usaha mereka," ungkap Marsya kepada TribunManado.

Harga salak, menurut Marsya, saat ini mengalami kenaikan.

Salah satu penyebabnya adalah hasil panen yang berkurang akibat abu vulkanik dari erupsi Gunung Ruang, yang menyebabkan beberapa pohon salak mati.

“Makanya, harganya jadi sedikit lebih mahal,” tambahnya.

Meski kadang ramai, tak jarang pula ada hari-hari ketika pembeli sepi. 

“Saya tetap bersyukur, entah pembeli banyak atau sedikit, semua hasil ini untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari,” ujar Marsya.

Perjalanan dari Desa Bawoleu menuju Pasar 66 sendiri bukanlah tanpa tantangan.

Marsya harus menempuh waktu 30 menit hingga satu jam menggunakan transportasi umum.

"Harga trasportasi Rp 30 ribu pulang pergi," pungkasnya.

Ikuti Saluran WhatsApp Tribun Manado dan Google News Tribun Manado untuk pembaharuan lebih lanjut tentang berita populer lainnya.

Bergabung dengan WA Tribun Manado di sini >>>

Simak Berita di Google News Tribun Manado di sini >>>

Baca Berita Update TribunManado.co.id di sini >>>