Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Pengucapan Sykur Minahasa

Sejarah Singkat Pengucapan Syukur di Minahasa Sulawesi Utara, Berawal dari Foso Rumege Um Banua

Pengucapan syukur merupakan tradisi turun temurun etnis Minahasa. Tradisi ini merupakan ungkapan syukur dari setiap hasil panen yang melimpah.

Penulis: Tim Tribun Manado | Editor: Rizali Posumah
Kolase/TribunManado
Pengucapan Syukur di Minahasa, Provinsi Sulawesi Utara, berawal dari tradisi Foso Rumege Um Banua, yaitu bentuk rasa syukur kepaada Opo Empung atau Sang Maha Kuasa dalam kepercayaan masyarakat Minahasa zaman dulu. 

Manado, TRIBUNMANADO.CO.ID - Masyarakat Minahasa, Provinsi Sulawesi Utara menggelar Pengucapan Syukur pada hari Minggu 21 Juli 2024. 

Pengucapan syukur adalah tradisi turun temurun etnis Minahasa

Tradisi ini merupakan ungkapan syukur dari setiap hasil panen.

Momen ini dirayakan setahun sekali. 

Tradisi pengucapan syukur identik dengan berkunjung atau lebih umumnya dikenal dengan istilah silaturahmi yang dalam bahasa Manado adalah pasiar.

Tradisi ini dilakukan ke rumah sanak saudara, sahabat, hingga rekan kerja.

Tradisi ini berawal dari mata pencaharian masyarakat Minahasa pada masa lalu yakni petani.

Sehabis panen dilakukan tradisi foso rumege um banua (pengucapan syukur) kepada Opo Empung Wailan Wangko atau kepada Tuhan yang kuasa.

Setelah masuknya pengaruh agama Kristen pada masyarakat Minahasa, maka ritual-ritual khas kepercayana leluhur sudah tidak lagi dilakukan oleh kebanyakan orang.

Namun nilai-nilai ungkapan syukur kepada Tuhan atas hari panen masih melekat, sehingga warga desa akan membawa makanan atau hasil pertanian mereka ke geraja, lalu masyarakat akan duduk dan makan bersama.

Warga menyajikan nasi dengan berbagai lauk pauk istimewa seperti daging babi, ayam, dan lainnya.

Bahkan makanan ekstrim seperti ular, kelelawar, babi hutan, tikus, anjing dan daging ekstrim lainnya juga disediakan.

Selain itu, mereka juga membuat dodol dan nasi jaha, yang kini menjadi ikon saat Pengucapan Syukur.

Jamuan makan selain sebagai bentuk rasa syukur kepada Tuhan, juga disediakan sebagai bentuk kebersamaan antar anggota satu dengan yang lainnya.

Dalam jamuan makan ini, para anggota akan saling melayani, bercengkrama dan berbagi cerita.

Halaman
12
Sumber: Tribun Manado
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved