Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Penyakit Antraks di Gorontalo

Heboh di Gorontalo, Apakah Penyakit Antraks Bisa Menular Antarmanusia? Ini Penjelasannya

Surat edaran tersebut juga membuat dari pihak Kadis Pertanian Gorontalo menyayangkan tindakan yang dilakukan pemda Sulawesi Tengah.

Editor: Glendi Manengal
Tribunnews.com
Ilustrasi penyakit antraks. 

TRIBUNMANADO.CO.ID - Surat edaran terkait penyakit antraks buat heboh Gorontalo.

Dimana surat edaran tersebut berisi soal penyakit antraks yang sudah masuk di Sulawesi Tengah dan Gorontalo.

Hal tersebut berdasarkan surat edaran yang dikeluarkan oleh Gubernur Sulawesi Tengah.

Surat edaran tersebut berdampak meresahkan masyarakat.

Dikarenakan tidak ada kasus baru antraks di Gorontalo.

Surat edaran tersebut juga membuat dari pihak Kadis Pertanian Gorontalo menyayangkan tindakan yang dilakukan pemda Sulawesi Tengah.

Dikarenakan dapat merugikan pedagang di pasar Gorontalo.

Terkait hal tersebut berikut ini pernyataan dari Kepala Dinas Pertania Provinsi Gorontalo.

Kepala Dinas Pertanian Provinsi Gorontalo Muljady Mario angkat bicara perihal isu adanya penyakit antraks di Gorontalo, Rabu (17/7/2024).

Pihaknya kemudian membuat pres release yang memuat sejumlah poin tentang beredarnya isu tersebut.

Pertama pihaknya menyatakan bahwa tidak ada kasus antraks di Gorontalo

Sebelumnya, Surat Edaran (SE) Nomor 8 tahun 2024 yang dikeluarkan oleh Gubernur Sulawesi Tengah (Sulteng), telah berdampak meresahkan masyarakat Gorontalo.

SE tersebut dinilai merugikan provinsi Gorontalo yang selama ini menjadi pemasok sapi secara rutin ke wilayah Pulau Kalimantan antara lain balikpapan dan tarakan, bahkan juga ke wilayah Sulewesi Tengah maupun Sulawesi Utara. 

"Ini sangat meresahkan, dan merugikan pedagang kita di pasar," ujar Muljady. 

Bahkan pada tanggal 15 Juli 2024, Gorontalo baru mengirimkan ternak ke tarakan melalui tol laut dan kapal Camara Nusantara 5 sejumlah 216 ekor. 

Dinas Pertanian Gorontalo senantiasa melakukan pengawasan dan surveilans aktif maupun surveilans pasif. 

"Pengawasan tersebut senantiasa dilaksanakan di sentra-sentra peternakan sapi, pasar hewan, tempat-tempat pemotongan serta tempat-tempat penjualan daging," terangnnya. 

Di Provinsi Gorontalo sendiri memang sempat ada temuan penyakit antraks tahun 2020 di Kelurahan Daenaa, Kabupaten Gorontalo, namun pihaknya telah melakukan upaya dan langka antisipatif.

"Kalau melihat di data Kementerian, itu adalah bagian dari proteksi saja di mana dulu sempat ada kasus.

Tapi itu dulu, sekitar empat tahun lalu. Dan mengapa hanya di Gorontalo yang disoroti?, kalau dilihat kembali di Mamuju, Sulbar juga ada, dari Sulawesi Selatan juga ada, mengapa hanya Gorontalo?," ujarnya keheranan.

Ia pun menyayangkan SE itu dikeluarkan Pemda Sulteng tanpa berkoordinasi dengan pihaknya. 

"Sebagai provinsi yang bertetangga harusnya berkoordinasi dan melakukan verifikasi soal ada atau tidak adanya kasus antraks di Gorontalo," tutupnya.

Penjelasan soal Penyakit Antraks

Antraks merupakan penyakit zoonosis yang disebabkan oleh bakteri bernama Bacillus anthracis.

Zoonosis adalah tipe penyakit yang menular dari hewan ke manusia ataupun sebaliknya.

Bakteri antraks umumnya menular ke hewan herbivora seperti sapi, kambing, domba, dan kerbau.

Selain itu, antraks juga rentan menyerang hewan seperti kuda, babi, rusa, babi hutan, kelinci, marmut, mencit, dan burung unta.

Antraks tidak menyerang unggas, burung selain burung unta, serta hewan berdarah dingin seperti ikan, amfibi, dan reptil.

Penularan antraks ke manusia terjadi ketika ada kontak dengan hewan yang sudah terinfeksi. Kontak ini dapat berupa menghirup spora antraks, terkena bakteri dari hewan yang positif, maupun mengonsumsinya.

Lalu, bisakah antraks menular antarmanusia?

Penularan antraks antarmanusia

Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular (P2PM) Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Imran Pambudi mengungkapkan, antraks tidak menular antarmanusia.

"Karena penyakit ini zoonosis, tidak menular dari orang ke orang," kata Imran dalam konferensi pers daring, Kamis (6/7/2023).

Imran menambahkan, penderita antraks juga tidak perlu menerapkan karantina karena tidak bisa menulari orang lain.

Meski begitu, spora antraks dapat bertahan lama hingga bertahun-tahun.

"Bakteri penyebab antraks, apabila kontak dengan udara, akan membentuk spora sebagai pelindung. Bakteri di dalam spora ini akan sulit mati dan bisa bertahan sampai puluhan tahun di dalam tanah," jelasnya.

Imran menjelaskan, ada empat tipe antraks bagi manusia:

1. Antraks kulit

Antraks kulit merupakan antraks yang menularan bakteri masuk lewat lesi atau luka di kulit sehingga menimbulkan kulit melepuh.

"Tipe inilah yang paling banyak terjadi di Indonesia," ungkap Imran.

2. Antraks saluran pencernaan

Pada tipe ini, orang yang makan daging terkena antraks sehingga menimbulkan lepuh di usus yang menimbulkan pendarahan dan meninggal.

3. Antraks tipe paru-paru

Penularan antraks ini terjadi saat Spora antraks terhisap melalui saluran pernapasan dan mencapai dinding alveoli di paru-paru.

4. Antraks injeksi

Bakteri masuk lewat suntikan dan umumnya terjadi pada pengguna narkotika.

Cara penularan antraks

Imran menjelaskan, bakteri antraks menular ke manusia paling sering melalui konsumsi hewan ternak yang positif maupun lewat luka.

Awalnya, bakteri berubah menjadi spora dari dalam tanah. Kemudian, spora masuk ke hewan pemakan rumput di tanah yang mengandung antraks.

"Bakteri ini berubah jadi spora di tanah. Kemudian, spora ini masuk ke manusia lewat luka pada tubuh, makan, dan minuman," jelasnya.

Hewan yang mati karena antraks kemudian harus dikubur dalam tanah. Namun, bakteri dari dalam tubuh sapi yang positif antraks akan kembali ke tanah.

Hal ini membuat siklus penyakit antraks kembali terjadi lagi, bahkan bisa bertahan hingga 40 tahun lamanya.

Meski tidak makan daging yang terkontaminasi, Imran mengungkapkan bahwa tanah yang mengandung spora antraks tetap dapat masuk ke tubuh manusia melalui luka.

Oleh karena itu, ia menegaskan agar manusia tidak boleh asal mengonsumsi hewan yang mendadak mati karena bisa saja menderita antraks.

Imran juga mendorong agar masyarakat yang mengalami gejala berupa kulit melepuh serta pernah berkontak dengan sapi untuk segera menghubungi fasilitas kesehatan.

"Karena di fase awal, bisa kita tangani dengan baik," jelasnya.

(Sumber TribunGorontalo/Kompas)

Sumber: Tribun Manado
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved