HUT Polri
Sosok Berani, Jujur dan Sederhana Itu Bernama Hoegeng
Hoegeng dikenal karena kejujurannya yang luar biasa dan sikap anti-korupsi, menjadikannya sosok polisi teladan.
Penulis: Tim Tribun Manado | Editor: Gryfid Talumedun
TRIBUNMANADO.CO.ID - Mungkin Tribunners pernah mendengar Kalimat yang menyebut hanya ada tiga polisi jujur di Indonesia: polisi tidur, patung polisi, dan Hoegenh.
Kalimat itu diungkapkan oleh mantan Presiden Abdurrahman Wahid (Gus Dur) dalam acara "Dekonstruksi dan Revitalisasi Keindonesiaan" di Bentara Budaya Jakarta pada 31 Agustus 2006.
Ya memang perkataan itu dialamatkan kepada sosok yang bernama Hoegeng Iman Santoso.
Hoegeng dikenal karena kejujurannya yang luar biasa dan sikap anti-korupsi, menjadikannya sosok polisi teladan.
Baca juga: Kumpulan Ucapan Selamat HUT ke-78 Bhayangkara 1 Juli 2024, Berikut 50 Kata-kata Mutiara
Pada 14 Juli 2004, Indonesia kehilangan sosok polisi jujur dan sederhana, Jenderal Hoegeng Iman Santoso.
Mantan Kepala Kepolisian RI periode 1968-1971 itu mengembuskan napas terakhirnya pada usia 83 tahun akibat penyakit stroke.
Sebelum wafat, Hoegeng sempat dirawat di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo.
Dilansir Harian Kompas edisi 15 Juli 2004, kabar meninggalnya Hoegeng membuat banyak orang berduka.
Sejumlah petinggi Polri serta tokoh nasional melayat ke rumah duka di Pesona Khayangan, Depok, Jawa Barat.
Kala itu, banyak yang menyarankan agar Hoegeng dimakamkan di Taman Makam Pahlawan, sebab ia dianggap telah banyak berjasa bagi negara.
Namun pihak keluarga menolak. Hoegeng pernah berwasiat agar dimakamkan di TPU Giritama, Desa Tonjong, Kecamatan Bojonggede, Bogor, bersama dengan rakyat biasa.
"Bapak menghendaki lokasi pemakaman di tempat itu, bukan di Taman Makam Pahlawan Kalibata," kata Aditya Soesanto, putra kedua Hoegeng.
Polisi jangan antikritik
Hoegeng lahir di Pekalongan, Jawa Tengah, 14 Oktober 1921. Ayahnya, Soekardjo Kardjihatmodjo adalah ambtenaar, atau pegawai pemerintah Hindia Belanda.
Selepas lulus SMA, Hoegeng melanjutkan ke Recht Hoge School (Sekolah Tinggi Hukum) di Batavia.
Namun ia tidak merampungkan studinya karena Jepang menyerbu Hindia Belanda. Lantas, Ia kembali ke Pekalongan.
Setelah pulang ke Pekalongan ia mengikuti kursus polisi yang diselenggarakan Pemerintah Jepang.
Ketika Indonesia merdeka, kariernya sebagai polisi terus menanjak sampai diangkat menjadi Kapolri pada 1968.
Bagi Hoegeng, jabatan sebagai Kapolri adalah sesuatu yang harus dipertanggungjawabkan. Ia menginginkan institusi Polri bersih dan dicintai rakyat.
Polisi tidak boleh alergi terhadap kritik. Menurutnya keluhan masyarakat yang didasarkan pada fakta sangat diperlukan untuk melakukan perbaikan.
"Saya menginginkan polisi sungguh-sungguh menjadi pelindung masyarakat, hingga masyarakat mendapat kesan bahwa mereka dapat ditolong, sekurang-kurangnya dengan nasihat," ujar Hoegeng, dilansir Harian Kompas edisi 21 Januari 1971.
Selama menjabat Kapolri, ia dengan berani mengungkap beberapa kasus besar, seperti penyelundupan sejumlah mobil mewah dan penembakan mahasiswa Institut Teknologi Bandung (ITB) oleh taruna Akabri.
Hoegeng juga berhasil mengungkap kasus pemerkosaan pedagang telur di Yogyakarta yang kemudian populer dengan nama kasus Sum Kuning.
Sikap jujur dan sederhana
Selama hidupnya, Hoegeng selalu menanamkan sikap jujur. Jabatan Kapolri di Era Orde Baru sama sekali tidak melunturkan prinsipnya.
Ia enggan menerima barang atau sesuatu yang bukan haknya.
Dalam Buku Hoegeng Oase Menyejukkan di Tengah Perilaku Koruptif Para Pemimpin Bangsa (2009)terbitan Mizan, Aditya Soesanto menceritakan, sang ayah hanya menggunakan gaji dari kepolisian untuk menghidupi keluarga.
Hoegeng tidak mau menerima sesuatu yang bukan berasal dari gajinya sebagai polisi. Bahkan sang istri sampai membuka toko bunga di rumah untuk membantu keuangan keluarga.
"Memang kalau melihat anak-anak pejabat yang bisa apa saja dengan kekayaannya dan kekuasaanya, kadang kami juga iri. Kami juga ingin punya kendaraan bermotor atau mobil. Namun pikiran seperti itu bisa kami atasi dengan cara hidup kami yang sederhana dan tidak macam-macam," kata Aditya.
Aditya menuturkan, ketika Hoegeng menjabat Kapolri, pernah ada orang yang tiba-tiba membawa dua sepeda motor Lambretta ke rumah.
Sepeda motor tersebut diberikan oleh seorang pengusaha sebagai jatah bagi para pejabat negara.
Aditya senang karena keinginannya mempunyai sepeda motor terwujud. Namun, kesenangan itu sirna ketika Hoegeng pulang dari kantor.
Begitu mengetahui sepeda motor itu berasal dari seorang pengusaha, Hoegeng meminta ajudan untuk mengembalikannya. Sebab, ia merasa itu bukan haknya.
Meski menjabat Kapolri, ia juga sama sekali tidak pernah melakukan praktik nepotisme.
Ketika Aditya ingin mendaftar masuk AKABRI, Hoegeng melarangnya. Padahal, sangat mudah bagi Hoegeng untuk memasukkan anaknya itu.
Selain itu, Hoegeng melarang keluarganya ikut kunjungan kerja ke luar negeri. Sementara, banyak pejabat negara yang mengajak keluarga ke luar negeri saat kunjungan kerja.
Berikut adalah kisah keteladanan dan kejujuran Hoegeng.
1. Tak mau dikawal
Baik di tempat kerja maupun di rumah, Hoegeng sebenarnya berhak mendapatkan pengawalan pribadi.
Namun, Hoegeng bersikeras untuk tidak menggunakan fasilitas negara tersebut. Ia menolak secara halus untuk dikawal.
Bahkan tanpa pengawalan, Hoegeng mengklaim bahwa ia masih mampu beroperasi secara efektif.
Menurut Hoegeng, tidak ada keharusan untuk mempekerjakan pengawal atau keamanan di rumahnya.
Selama hari kerja, hanya ada dua asisten resmi yang bergantian bekerja bersama Hoegeng.
Ada juga asisten staf yang memberikan bantuan kepada Hoegeng setiap hari.
Kecuali asisten resmi yang mengikutinya setiap hari, Hoegeng tidak mengizinkan seluruh staf mengenakan pakaian dinas resmi.
Asisten staf juga diminta untuk mengenakan pakaian biasa.
Menolak mobil dinas
Sebenarnya, Hoegeng akan diberikan dua mobil, satu mobil untuk tugas resminya sebagai menteri dan satu lagi untuk keluarganya.
Pada periode tersebut, Hoegeng sudah mendapatkan satu mobil dinas. Hoegeng belum menerimanya dan ia khawatir akan keluarganya.
Setelah peralihan dari satu jabatan ke jabatan lainnya, ia mengembalikan kendaraan dinas yang pernah digunakannya saat menjabat sebagai menteri sumbangan negara.
Setelah beberapa waktu kemudian, Hoegeng mendapat tawaran untuk membeli sebuah mobil baru tipe Holden keluaran tahun 1965 untuk keluarganya. Namun, Hoegeng menolaknya.
Hal ini dikarenakan Hoegeng telah memiliki dua mobil dinas.
Selain jip Willis yang pernah ia gunakan selama di kepolisian, Hoegeng juga memiliki mobil dinas sebagai menteri ataupun sekretaris presidium kabinet.
Menolak hadiah mobil
Dasaad Musin Concern, sebuah perusahaan yang dikendalikan oleh seorang pengusaha pribumi pemegang lisensi berbagai merek mobil Eropa dan Jepang, seperti Mazda dan Fiat, memberikan Hoegeng sebuah mobil baru beberapa pekan setelah ia menjabat sebagai menteri/sekretaris presidium kabinet.
Dasaad Musin Concern memiliki reputasi yang mapan karena berdedikasi memberikan bantuan kepada pemerintahan Presiden Soekarno sejak awal pemerintahan.
Perusahaan itu memberikan sebuah mobil "box" Mazda terbaru.
Hoegeng tidak mengetahui alasan di balik pemberian mobil itu.
Jelas bahwa Dasaad mengatakan dalam suratnya bahwa Hoegeng diberi fasilitas kendaraan untuk menjalankan tanggung jawabnya sebagai menteri.
Kendaraan tersebut dapat diambil di dealer milik perusahaan.
Tanpa adanya tindakan lebih lanjut, Hoegeng membiarkan surat tersebut tetap berada di mejanya.
Hal ini disebabkan karena Hoegeng tidak mau menerima begitu saja pemberian dari seseorang yang berhubungan dengan jabatan barunya.
Bahkan, ketika menjadi Kapolri, Hoegeng juga menolak banyak hadiah yang ditawarkan kepadanya.
Tidak menyimpan banyak harta
Hingga saat wafat, Hoegeng tidak memiliki rekening bank, baik deposito atau tabungan, dengan jumlah mencapai miliaran atau triliunan rupiah.
Satu-satunya sumber pendapatannya adalah uang pensiun yang harus diterima istrinya setiap bulan.
Jumlah itu tentu tak seberapa dibandingkan dengan jasa Hoegeng yang telah memberikan kontribusi tulus untuk perbaikan institusi Polri.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com
-
Ikuti Saluran WhatsApp Tribun Manado dan Google News Tribun Manado untuk pembaharuan lebih lanjut tentang berita populer lainnya.
Baca berita lainnya di: Google News
WhatsApp Tribun Manado: Klik di Sini
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.