Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Rangkuman Materi

Rangkuman Materi IPS Kelas 10 SMA Bab 1 C tentang Kajian Ilmu Sejarah

Rangkuman materi tentang Kajian Ilmu Sejarah. Bab 1 Buku IPS SMA dengan tema Menjelajah Ilmu Pengetahuan Sosial, bagian C.

Tribun Manado
Simak Rangkuman Materi IPS Kelas 10 SMA Bab 1 C tentang Kajian Ilmu Sejarah. 

TRIBUNMANADO.CO.ID - Berikut rangkuman materi Ilmu Pengetahuan Sosial ( IPS) untuk SMA Kelas 10 Kurikulum Merdeka.

Dalam artikel ini kami sajikan ringkasan materi IPS Kelas 10 SMA tentang Kajian Ilmu Sejarah.

Materi ini dibahas dalam Bab 1 Buku Ilmu Pengetahuan Sosial SMA Sederajat dengan tema Menjelajah Ilmu Pengetahuan Sosial, bagian C.

Buku ini diterbitkan oleh Kemdikbudristek RI 2023 dan diunggah secara daring di buku.kemdikbud.go.id.

Simak rangkuman materi tentang Kajian Ilmu Sejarah selengkapnya.

Bab 1 tentang Menjelajah Ilmu Pengetahuan Sosial

C. Kajian Ilmu Sejarah

Baca juga: Rangkuman Materi IPS Kelas 10 SMA Bab 1 A tentang Kajian Sosiologi

Baca juga: Rangkuman Materi IPS Kelas 10 SMA Bab 1 B tentang Kajian Ilmu Ekonomi

1. Mengenal Ilmu Sejarah

  • Pengertian sejarah

Secara etimologis sejarah berasal dari bahasa Arab, yakni Syajaratun (dibaca:Syajarah) yang berarti pohon kayu. Pohon melambangkan pertumbuhan dan perkembangan yang berkesinambungan. Dengan demikian, pertumbuhan pohon yang terus-menerus dimaknai sebagai asal usul, riwayat, silsilah dan hikayat.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), istilah sejarah mengandung tiga penjelasan, yaitu:

  1. Asal-usul (keturunan) silsilah
  2. Kejadian dan peristiwa yang benar-benar terjadi pada masa lampau, riwayat; tambo; cerita
  3. Pengetahuan atau uraian tentang peristiwa dan kejadian yang benar benar terjadi dalam masa lampau

Dalam bahasa Inggris, istilah sejarah dinyatakan dengan kata history, yang berarti kajian atau catatan tentang peristiwa yang terjadi pada masa lampau.

Istilah history juga berasal dari bahasa Yunani, yaitu historia yang memiliki arti ‘orang pandai’.

Menurut E.H. Carr (1982), sejarah adalah suatu proses interaksi yang berkelanjutan antara sejarawan dengan fakta-fakta yang dimilikinya; Sejarah adalah suatu dialog yang abadi antara masa sekarang dan masa lampau.”

Menurut Jackson J. Spielvogel (2005), sejarah adalah “Catatan tentang masa lalu.”

Secara sederhana, pengertian ilmu sejarah adalah ilmu yang mempelajari peristiwa, orang, negara atau kehidupan yang terjadi pada masa lalu.

  • Perkembangan Ilmu Sejarah

Penulisan sejarah lahir sejak abad ke-4 SM dengan hadirnya karya Herodotus yang menulis tentang sejarah Perang Persia. Herodotus hidup pada tahun 484 SM—425 SM adalah pelopor penulisan sejarah yang sesuai dengan kaidah ilmu pengetahuan. Atas jasanya, Herodotus dijuluki sebagai “Bapak Sejarah”.

Sebelum Herodotus, penulisan sejarah masih seputar mitos tentang cerita dewa dan dewi kepercayaan bangsa Yunani Kuno. Ketika Herodotus menulis Perang Persia, dia sudah menggunakan berbagai sumber sejarah baik melalui pengamatan, prasasti, maupun cerita lisan. Jadi, karyanya sudah memenuhi prosedur ilmiah.

Selanjutnya tradisi itu diteruskan oleh Thucydides (456—396 SM) yang menuliskan tentang perang Peloponnesos, perang antara Athena dan Sparta (Syukur, 2008: 1).

Selanjutnya, pada abad ke-18, sejarawan dari Jerman bernama Leopold Von Ranke mengembangkan ilmu sejarah secara saintiik. Dia menyadari adanya subjektivitas dalam penulisan sejarah pada abad ke 17 dan abad ke-18. Dengan demikian, dia menekankan penelitian sejarah yang kritis pada sumber sejarah yang digunakan.

Untuk itu, Ranke dikenal sebagai “Bapak Sejarah Kritis Modern” dan “Bapak Ilmu Sejarah Modern”.

  • Perkembangan Ilmu Sejarah di Indonesia

Studi tentang ilmu sejarah di Indonesia makin berkembang dengan tokoh tokoh sejarawan seperti Sartono Kartodirdjo yang mengenalkan pendekatan multidimensional dalam penulisan sejarah.

Pendekatan multidimensional adalah penggunaan teori-teori sosial dalam menganalisis peristiwa sejarah. Tujuan dari pendekatan ini agar penulisan sejarah lebih mendalam dan mampu menganalisis peristiwa sejarah secara holistik.

Melalui karyanya, Pemberontakan Petani Banten 1888, Sartono Kartodirdjo menggunakan berbagai teori dari ilmu politik, sosiologi, dan antropologi untuk menjelaskan perlawanan yang dilakukan para petani karena kemiskinan dan penerapan pajak yang tinggi dari Pemerintah Hindia Belanda.

Seseorang yang mempelajari dan menyampaikan sejarah dengan menggunakan sumber informasi dari masa lalu disebut sebagai sejarawan.

Sejarah adalah peristiwa atau kegiatan yang dilakukan manusia pada masa lampau. Untuk itu, pengertian pokok sejarah meliputi sejarah sebagai ilmu, peristiwa, kisah dan seni.

2. Konsep Dasar Ilmu Sejarah

a. Manusia dalam Ruang dan Waktu

Manusia, ruang, dan waktu merupakan konsep penting yang dipelajari dalam sejarah. Dengan kata lain, setiap tindakan dan gagasan manusia berada dan dipengaruhi oleh ruang atau tempat peristiwa tempat mereka berada.

Ruang atau tempat yang dimaksud ialah kondisi lingkungan, baik secara sosial, budaya, geograis, maupun ekonomi. Ruang merujuk pada tempat suatu peristiwa terjadi. Cakupan ruang dapat berdasarkan skala lokal, nasional,
maupun global.

Waktu adalah kejadian sejarah pasti terjadi dalam kurun waktu tertentu. Kronologi atau lini masa salah satunya menjelaskan tentang waktu secara berurutan.

Sebagai ilmu yang mengkaji manusia dalam dimensi ruang dan waktu, sejarawan Kuntowijoyo (2013) menjelaskan bahwa sejarah adalah, “Ilmu yang mengkaji tentang manusia, waktu, sesuatu yang memiliki makna sosial, tentang sesuatu yang tertentu (partikular) dan terperinci."

b. Kronologi dan Periodisasi

Sebagai ilmu diakronis, menurut Zed (2018), ilmu sejarah menjelaskan perubahan dalam lintasan waktu yang disampaikan secara berurutan dari waktu yang paling awal hingga paling akhir. Artinya, ilmu sejarah diakronis
disampaikan secara kronologis.

Kronologi dalam bahasa Inggris berasal dari bahasa Yunani yaitu chronos yang berarti ‘waktu’.

Menurut Kamus Merriam-webster, kronologi adalah pengaturan atau pengorganisasian setiap peristiwa dalam urutan kejadian.

Dalam KBBI, kronologi adalah urutan waktu dari sejumlah kejadian atau peristiwa.

Periodisasi atau pembabakan waktu dalam ilmu sejarah bertujuan menjelaskan ciri-ciri tertentu yang terdapat dalam suatu periode sejarah. Periodisasi membantu sejarawan untuk menyusun secara sistematis berbagai rangkaian peristiwa sejarah dalam penulisan sejarah (Sartono, K.2014:93).

Periodisasi adalah pembabakan waktu dalam sejarah dengan cara menghubungkan berbagai peristiwa sesuai dengan masanya dalam satu periode. Periodisasi dalam sejarah berdasarkan kriteria tertentu yang ditentukan oleh sejarawan.

Menurut Kuntowijoyo (2008:19), sejarawan membuat waktu yang terus bergerak agar mudah dipahami dengan membaginya dalam babak-babak, periode-periode tertentu.

John Sydenham Furnivall, salah seorang sejarawan Asia Tenggara dalam bukunya Netherlands India: a Study of Plural
Economy (1935), diterjemahkan ke bahasa Indonesia dengan judul Hindia Belanda: Sebuah Studi Ekonomi Majemuk) menjelaskan periodisasi berdasarkan ekonomi. Periodisasi yang dia sampaikan dalam buku tersebut, yaitu:
1) Indonesia sampai 1600
2) VOC 1600—1800
3) Tanam Paksa 1830—1850
4) Liberalis 1850—1900
5) Masa sesudah 1900

Periodisasi bertujuan untuk memudahkan memahami suatu peristiwa bersejarah dalam rentang waktu dan klasiikasi tertentu.

Salah satu contoh periodisasi sejarah Indonesia yang dilakukan oleh sejarawan Tauik Abdullah, Adrian B. Lapian dkk. pada karyanya Indonesia dalam Arus Sejarah sebagai berikut.
1) Prasejarah
5) Masa Pergerakan Kebangsaan
2) Kerajaan Hindu-Buddha
3) Kedatangan dan Peradaban Islam
4) Kolonisasi dan Perlawanan
6) Perang dan Revolusi
7) Pasca Revolusi
8) Orde Baru dan Reformasi

c. Diakronik dan Sinkronik

Ilmuwan sosial bernama John Galtung (1966) berpendapat bahwa sejarah adalah ilmu yang cenderung diakronis dan ilmu sosial lainnya adalah ilmu sinkronis.

Dalam konteks ini, sejarah bersifat diakronis karena menjelaskan berbagai peristiwa masa lalu dalam rentang waktu yang panjang. Sebagai ilmu diakronis, sejarah menekankan proses terjadinya suatu peristiwa berdasarkan sebab akibat, akibat-sebab, atau korelatif (hubungan antarfaktor).

Dalam berpikir diakronis terdapat konsep perubahan dan keberlanjutan untuk menganalisis suatu peristiwa sejarah. Inilah yang membedakannya dari penelitian ilmu sosial lain seperti sosiologi, antropologi, dan ilmu ekonomi.

Sejarah juga bersifat sinkronis, artinya sejarah juga mempelajari gejala gejala yang meluas dalam ruang tetapi dalam waktu yang terbatas.

Secara etimologis, kata sinkronis berasal dari bahasa Yunani synchronous yang berarti ‘terjadi secara bersamaan’.

Ilmu sejarah selain memanjang dalam waktu sekaligus melebar dalam ruang. Sinkronis dalam ilmu sejarah merujuk pada ruang sebagai tempat terjadinya peristiwa dengan menjelaskan situasi dan kondisi (konteks) suatu masyarakat, sebab-akibat dan korelasi (pola hubungan) atas suatu peristiwa.

Situasi dan kondisi yang dimaksud dapat berupa kondisi ekonomi, kegiatan ekonomi, maupun konteks geograis dan budaya.

Ilmu sejarah dan ilmu sosial lainnya sama-sama bersifat sinkronis dan diakronis tetapi keduanya memiliki titik tekan yang berbeda.

Ilmu sejarah menekankan diakronis sementara ilmu sosial lainnya menekankan sinkronis.

Namun, sejarah juga berpikir sinkronis dengan tujuan memperhatikan aspek sosial, budaya, dan geograis.

d. Sebab-Akibat, Perubahan, dan Keberlanjutan

Sebab-akibat atau Kausalitas serta Perubahan dan Keberlanjutan adalah konsep-konsep penting dalam mempelajari sejarah untuk memahami bagaimana sebuah kehidupan berkembang dari satu masa ke masa berikutnya.

Kita dapat mempelajari pola yang terbentuk dari masa lalu hingga masa kini, sehingga dapat memprediksi dan mengkreasi masa depan seperti yang diharapkan

Konsep sebab-akibat membantu kita menganalisis bagaimana sesuatu hal (tindakan, peristiwa, atau situasi tertentu) menyebabkan terjadinya sesuatu atau peristiwa lainnya.

Konsep perubahan membantu kita memperhatikan perubahan di dalam struktur masyarakat, budaya, politik, ekonomi, dan lainnya untuk memahami bagaimana dan mengapa masyarakat berkembang dan berubah seiring berjalannya waktu.

3. Manfaat Belajar Sejarah

Menurut Sartono Kartodirjo, orang yang lupa pada masa lampaunya adalah orang yang kehilangan identitasnya. Jadi, belajar sejarah akan membantumu memahami identitasmu (asal muasal) serta memahami upaya manusia untuk berkembang.

Kuntowijoyo menjelaskan ada empat kegunaan belajar sejarah, yaitu:

  • Sejarah sebagai ilmu
  • Sejarah sebagai cara mengetahui masa lampau
  • Sejarah sebagai pernyataan pendapat
  • Sejarah sebagai profesi

Nugroho Notosusanto juga menjelaskan empat manfaat belajar sejarah, yaitu:

  • Kegunaan rekreatif: memberikan kesempatan bagi kita untuk melihat masa lalu sehingga mampu memberikan
    rekreasi dan mengurangi kejenuhan atas rutinitas keseharian.
  • Kegunaan inspiratif: memberikan kesempatan bagi kita untuk mem pelajari para tokoh dan peristiwa besar yang dapat memberikan inspirasi.
  • Fungsi instruktif: menyampaikan pesan kepada generasi men datang untuk mendapatkan pengetahuan dan
    keterampilan.
  • Fungsi edukatif: memberikan pengetahuan tentang contoh peristiwa yang pernah terjadi pada masa lampau
    sehingga dapat menjadikan kita makin bijaksana dengan tidak mengulangi kesalahan seperti pada masa lalu.

Ikuti Saluran WhatsApp Tribun Manado dan Google News Tribun Manado untuk pembaharuan lebih lanjut tentang berita populer lainnya.

Sumber: Tribun Manado
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved