Banjir Bandang di Sumbar
Ahli Geologi Ungkap Sebab hingga Solusi Banjir Lahar Dingin Sumbar yang Tewaskan Puluhan Warga
Ahli Geologi dari Sumatera Barat (Sumbar) Ade Edward menuturkan banjir lahar dingin di Agam dan Tanah Datar Sumatera Barat, terjadi karena Hal berikut
Ade juga meminta keseriusan pemerintah menanggulangi risiko bencana di daerah aliran sungai (DAS) Gunung Marapi.
Banjir lahar dingin yang masuk ke pemukiman warga, menurutnya menjadi tamparan bagi pemerintah untuk tidak tinggal diam dan segera menanggulangi dampak, mulai dari dampak korban jiwa hingga kerusakan infrastruktur.
"Pascalahar dingin sebelumnya di Bukik Batabuah itu sebenarnya warga di sekitar DAS harus dipindahkan, tapi ini tidak dipindah, alur sungai dibiarkan saja, yang dibersihkan yang di jalan saja, alur sungai tak dirawat," kata Ade Edward.
Ade menegaskan, curah hujan dan erupsi Marapi tidak bisa dibendung. Namun pemerintah bisa memitigasi potensi bencana, yakni merelokasi masyarakat di DAS yang berhulu di Marapi. Selain itu, pengendalian aliran sungai amat perlu dilakukan pemerintah.
"Dari peta yang kita lihat, setidaknya ada 24 jalur sungai dari puncak Gunung Marapi. Itu ancaman bahaya bagi daerah hilir, sehingga secara kultural atau budaya masyarakat harus diberi pemahaman, dilatih, agar tahu mana daerah-daerah yang bahaya. Masyarakat harus dipindahkan atau direlokasi yang tinggal di DAS," kata Ade kepada TribunPadang.com melalui sambungan telepon, Minggu (12/5/2024) sore.
Selain merelokasi warga, hal paling penting menurut Ade yang harus dilakukan pemerintah ialah mengendalikan sungai. Pembangunan Sabo Dam dan embung dianggap solusi jangka panjang yang tak bisa dikesampingkan.
"Sabo Dam dan embung itu lah yang akan mengendalikan air sungai sehingga tidak melebar kemana-mana. Sebagai pengendali sungai, agar sungai tidak meluber ke pemukiman. Sehingga walaupun lahar dingin turun, tapi tetap di jalurnya," ulas Ade.
Ia menuturkan, membangun Sabo Dam memang membutuhkan waktu dan biaya yang besar, namun itu harus dikerjakan. Sembari itu masyarakat juga harus direlokasi, dan pemukiman harus ditata kembali.
"Memang tidak semua masyarakat mampu untuk pindah, di sana lah peran pemerintah. Pindahkan, relokasi, jangan dibiarkan tinggal di kawasan rawan bencana, itu tak bisa ditunggu," imbuh Ade.
31 tewas, 15 hilang
Data terbaru yang diperoleh Polda Sumbar, hingga hari Minggu (12/5/2024) pukul 16.00 WIB, tercatat 31 korban meninggal dunia dan 46 luka-luka akibat bencana banjir bandang lahar dingin yang melanda Sumatera Barat.
Dari 31 korban meninggal dunia masih ada yang identitasnya belum diketahui, dan masih diidentifikasi pihaknya.
Selain korban meninggal dan luka-luka, sampai sore ini terdata ada sebanyak 15 orang masih dalam pencarian.
Kapolda Sumbar Irjen Pol Suharyono mengatakan, jumlah 31 korban meninggal dunia ini berdasarkan update terbaru yang didapat pihaknya.
"Korban meninggal ini tersebar di RS Bhayangkara, RSAM Bukittinggi dan Puskesmas Kayu Tanam," ujarnya saat meninjau lokasi bencana di kawasan Lembah Anai, Tanah Datar.
Suharyono belum bisa memastikan data pasti korban yang dirawat di masing-masing rumah sakit.
Apa Penyebab Banjir di Sumbar yang Menyebabkan 50 Orang Meninggal? Begini Langkah BMKG |
![]() |
---|
Potret Bangunan Kafe Paling Romantis di Lembah Anai Luluh Lantak Tersapu Banjir Lahar Dingin Marapi |
![]() |
---|
Update Jumlah Korban Banjir Bandang Sumbar, 37 Orang Tewas hingga Belasan Masih Hilang |
![]() |
---|
Banjir Bandang di Nagari Limo Kaum Tanah Datar, Puluhan Orang Meninggal, 80 Rumah Tersapu Bersih |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.