Sosok Martin Daniel Tumbelaka, Promotor Tinju Profesional yang Memilih Terjun ke Dunia Politik

TRIBUNMANADO.CO.ID - Sosok Martin Tumbelaka atau MDT maju sebagai Caleg DPR RI dapil Sulawesi Utara dari Partai Gerindra, pada Pemilu 2024.

Martin Tumbelaka dikenal sebagai seorang Promotor Tinju Profesional.

Berkecimpung di dunia boxing, Martin kemudian melebarkan sayapnya dengan terjun ke dunia politik.

Ia diketahui pernah maju di Pilkada Bitung 2020.

Kala itu, Martin Tumbelaka maju sebagai calon Wakil Wali Kota Bitung, berpasangan dengan Max J Lomban.

Namun jumlah suara mereka disalip Maurits Mantiri-Hengky Honandar.

Terjun ke dunia politik dan sempat berlabuh di Partai Keadilan Persatuan Indonesia (PKPI), Martin Tumbelaka pun melompat ke Partai Gerindra pada Pileg 2024,

Ia maju sebagai caleg DPR RI dapil Sulawesi Utara.

Saat hadir di Podcast Tribun Manado, Martin Tumbelaka mengaku siap menang dan siap kalah dalam kontestasi Pileg 2024.

"Saya pikir pelajaran di tinju ada beberapa yang bisa dibawa ke politik. Seperti mental sprotivitas. Di tinju nilai sprotivitas tinggi sekali. Itu modal yang harus kita bawa ke politik. Siap menang siap kalah. Di tinju 12 ronde baku pukul. Selesai ronde harus berpelukan.  Namanya pertarungan ada menang ada kalah. Mental sprotivitas harus kita pegang teguh," ungkapnya di podcast tersebut.

Nyaleg di Pemilu 2024, MDT mengaku konsentrasinya sempat terbagi antara olah raga dan politik.

"Di satu sisi harus melahirkan juara dunia, satu sisi saya harus juara yaitu duduk di DPR RI," kata dia. 

Martin Tumbelaka dan Kariernya di Dunia Tinju Profesional

Martin Daniel Tumbelaka merupakan salah tokoh asal Sulawesi Utara yang sangat terkenal di dunia tinju Profesional.

Dia merupakan seorang Promotor Tinju Profesional yang masih aktif sampai ini.

Melalui Martin Daniel Promotion, sosok yang akrab disapa MDT ini telah banyak mengorbitkan petinju-petinju profesional.

Termasuk di dalamnya para petinju asal Sulawesi Utara yang sudah berkiprah di kancah level nasional hingga dunia.

Dalam Tribun Manado Podcast bertemakan Eksistensi Tinju Profesional di Sulawesi Utara, Martin Daniel Tumbelaka menceritakan banyak hal.

Mulai dari pengalaman jadi promotor, kendala-kendala yang dihadapi, hingga harapan kedepan untuk dunia Tinju Profesional di Sulawesi Utara. 

Bicara soal eksestensi, bagaimana anda melihat perkembangan tinju profesional di Sulawesi Utara? 

Bisa dibilang mati surih. Karena kendala-kendala yang terjadi tak hanya di Sulawesi Utara, namun hingga skala nasional, kendala tersebut yaitu pembiayaan.

Saya lihat di Sulawesi Utara jarang digelar pertandingan tinju profesional.

Karena seorang promotor harus memikirkan bagaimana sumber daya untuk menyelenggarakan tinju profesional.

Kemudian materi petinju-petinjunya di Sulawesi Utara. 

Bicara materi petinju profesional di Sulut banyak yang bagus, malah prospeknya ke depan sangat menjanjikan.

Namun yang Stay di Sulut sangat kurang. Karena kebanyakan berkarir di Jakarta, Jawa Tengah dan tersebar di daerah lain. Karena mereka perlu adanya pertandingan.

Satu untuk karir, kedua yaitu bagian pendapatan. Tinju profesional itu adalah profesi. Menghasilkan uang dari pertandingan.

Itu sangat disayangkan sehingga Kedepan kita dari Martin Daniel Promotion mencoba mengcret satu pertandingan.

Karena sayang potensinya ada, tapi pertandingannya tak ada. 

Pengalaman menggelar iven tinju profesional, skala Kota dan provinsi, biasanya satu pertandingan bisa menghabiskan dana hingga berapa banyak? 

Skala provinsi sebetulnya tak besar. Namun kembali lagi dilihat tergantung atlit mana yang dimainkan.

Kalau atlit debut atau pemula bayarannya bisa ditakar.

Beda dengan yang nasional atau juara tentu biayanya lebih besar.

Belum juga bonus yang merupakan bagian dari apresiasi kita untuk memacu semangat petinju. 

Untuk skala provinsi tak terlalu besar. Minimal sekira 100-200 juta sudah bisa jalan. Kan menyiapkan petinju lokal. 

Sudah sejak kapan menjalankan kejuaraan tinju?

Saya bikin iven tinju sejak 2016. Kalau Kecintaan saya di dunia tinju sudah sejak duluh. Ada kepuasan saya saat nonton tinju. Sehingga saya berpikir kenapa saya tak buat dan orbitkan petinju sendiri.

Kejuaraan pertama digelar di mana?

Saya buat kejuaraan pertama di Balai Sarbini Jakarta.

Saat itu kebetulan kejuaraan nasional dan diikuti Petinju Sulut James Mokoginta. Saat itu dia juara WBA dan WBC

Kalau level seperti itu berapa biaya yang bisa dihabiskan?

Secara keseluruhan bisa capai diatasi 1 miliar. Tinggal tergantung petinjunya. Jadi menciptakan iven tinju profesional tidak gampang.

Karena seorang promotor bisa harus berpikir bagaimana mendatangkan sponsor untuk acara tersebut. Semakin bagus acaranya peluangnya ada.

Sekarang industri tinju di tanah air berkurang. Jadi promotor harus siap rugi.

Saya sebetulnya tiap acara bisa dikatakan rugi.

Tapi saya tak pikirkan di situ, yang saya pikir yang penting kalau ada iven petinju bisa berkarir, jenjangnya bisa naik dan ekonominya bisa berubah. 

Sudah berapa banyak petunjuk yang diorbitjan Martin Daniel Promotion?

Sejak 2016 cukup banyak. Tapi ada banyak yang muncul tapi langsung redup. Karena baru juara level nasional sudah puas diri. Sehingga mentalnya rusak.

Jadi Saya cari yang betul-betul siap untuk dipersiapkan per jenjang. 

Bagaimana mempersiapkan petinju profesional? 

Kita awasi dari pergaulan, latihan dan kemauan untuk jadi juara.

Itu harus pengawasan ekstra. Karena beresiko sekali.

Sudah berlatih bagus tapi banyak godaan-godaan.

Misalnya teman-temannya datang manggil jalan dan nongkrong di Cafe. 

Kalau petinju sudah terjun ke pergaulan seperti itu kita tak bisa berharap lagi.

Kalau mau jadi juara harus bayar harga.

Bisa bergaul tapi harus membatasi diri, karena untuk menjaga fisik harus latihan teratur. 

Misalnya kalau persiapan pertandingan, harus latihan pagi sore. Kan kalau begadang fisiknya tidak dapat.

Percuma latih kalau fisiknya tak siap. Itu kita suruh istirahat duluh.

Makanya setiap latihan kita lihat progresnya. Jadi mereka harus disiplin, tak boleh merokok dan minum.

Bagaimana mau bersaing dengan juara dunia lainnya yang persiapan fisik mereka sangat matang. 

Setiap petinju berapa kali harus ikut kejuaraan tiap tahun?

Paling pas itu tiga sampai empat bulan harus ada pertandingan. 

Untuk petinju profesional minimal usia berapa yang diambil? 

Kan kalau berlatih tinju itu sudah sejak kecil. Tapi kalau profesional itu minimal usia 18 tahun. 

Maksimal tergantung dia punya disiplin.

Kalau disiplin karirnya bisa panjang, contoh manny Paqciao bisa main di usia 40. Jadi tergantung displinnya. 

Satu petinju bisa sampai berapa kali bisa ikut kejuaraan?

Tergantung petinjunya. Kalau sudah juara tentu lebih banyak. Apalagi sudah level dunia. 

Selama acara yang pernah dilaksanakan, apresiasi kepada petinju berapa paling besar?

Bervariasi, ada yang dalam bentuk kendaraan, uang dan lainnya.

Bahkan kalau betul-betul berprestasi kita siapkan dia sekolah. Tapi apresiasi ini terus diberikan. 

Khusus Pak Martin satu tahun bisa berapa kali gelar pertandingan?

Satu tahun biasanya tiga sampai empat kali. Malah pada 2018 lalu sampai 6 kali. 

Kendala apa selama menyelenggarakan pertandingan?

Pertama itu pembiayaan. Kita harus berpikir panjang mendatangkan sponsor.

Banyak sponsor hanya ingin terlibat di level besar. Sedangkan nasional tak terlalu.

Bisanya saya bikin iven bisanya sendiri. Tapi itu tak masalah bagi saya.

Kalau hasil materi yang saya dapa tak ada. Cuma saya tetap ada kepuasan kepada saya. Saya begitu cinta dengan dunia tinju. 

Usai pandemi, bagaimana Pak Martin melihat  pertandingan tinju akan lebih diselenggarakan?

Sudah kembali  banyak yang digelar, kemarin saya buat merdeka big fight pada 17 Agustus.

Sebelumnya saya gelar kejuaraan di Bali, Berikut rencananya 10 November dalam rangka hari pahlawan. 

Saya juga bersyukur karena sudah banyak kejuaraan yang diselenggarakan. 

Kalau untuk penentuan tempat apa saja faktor pertimbangannya?

Kalau kita ingin banyak masyarakat menonton itu dibuat di Outdoor.

Kalau diindoor  kan terbatas. Tapi kita juga fokus untuk pengamanan agar lebih disiapkan. 

Selama buat iven paling banyak berapa penonton?

Pernah ribuan. Seperti di Bali dibuat di lapangan terbuka.

Jadi banyak yang tonton malah sampai turis. Mereka senang karena tak harus bayar.

Apa ada pengalaman menarik. Terutama gelar iven secara sembunyi saat pandemi? 

Pernah saat pandemi, saat itu kegiatan sudah mulai dilonggarkan. Saat itu saya sudah bayar petinju, kan syaratnya begitu.

Nah saat akan persiapan satu minggu sebelum pertandingan keluarlah aturan baru. Disetop lagi kegiatan terbuka. 

Nah kita cari opsi, kita diskusi dengan pihak kepolisian. Dan kita jamin protokol kesehatan.

Karena kasihan para petinju kalau batal bertanding. Jadi disepakati digelar secara tertutup.

Dan yang datang dijamin sudah vaksin. Kita buat di tengah hutan di bogor. supaya menghindari penonton. 

Sangking pengen ada pertandingan, kita buat di tengah hutan.

Kalau soal dukungan Pemerintah dalam perkembangan Tinju Profesional, terutama di daerah-daerah?

Saya lihat perlu digaungkan. Karena Kan kalau tinju amatir ada dibawa naungan pertina sedangkan profesional hanya sebagai orang tua angkat. Sebagai pembinaan tak ada. Jadi betul-betul mandiri.

Kalau pun keterlibatan Pemerintah hanya berkontribusi saja dalam iven hanya bantu saja. Jadi tinju profesional harus betul-betul mandiri. 

Tapi dukungan pemerintah begitu respek. Ada beberapa kali saya laksanakan iven Pemerintah ikut hadir. 

Harapan bagaimana menumbuhkan petinju profesional di Sulawesi Utara?

Pembinaan untuk atlet, lalu cara mengapresiasi dan pengawasan. Karena tinju tak sebatas baku pukul tapi bagaiaman membentuk atitude nya.

Karena sekalipun dia keras karena berlatih tapi di masyarakat dia tak boleh keras.

Dia harus baik, sopan dan bantu masyarakat. Supaya dia dihormati.

Juara sejati bukan di atasi ring saja. Tapi di luar ring dia dihormati. 

Tahun depan kita akan gelar perebutan sabuk juara dunia. Itu rencana diikuti petinju Sulut dan digelar di Sulut. Jadi melahirkan juara dunia dari Sulawesi Utara. (*)