Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Berita Viral

Viral Bocah yang Hilang dan Dicari-cari Tim SAR Malah Duduk Asik Menonton Proses Pencarian Dirinya

Karena tak kunjung ketemu, warga menduga jika bocah itu dibawa oleh penunggu sungai, sejenis siluman buaya.

Editor: Indry Panigoro
Twitter/tanyakanrl
Kisah seorang bocah yang viral dikabarkan hilang dibawa siluman buaya penunggu sungai. Tim SAR bahkan terjuan melakukan pencarian. Setelah proses pencarian terus berjalan, bocah yang dicari ternyata tidur di rumah. 

TRIBUNMANADO.CO.ID - Viral kisah seorang bocah yang dikabarkan hilang tapi malah asik duduk melihat proses pencariannya.

Seorang bocah laki-laki yang dikabarkan hilang membuat publik heboh.

Pasalnya Tim SAR sudah turun membantu mencari.

Siapa sangka bocah itu ternyata tidak hilang.

Dia malah asik menonton orang-orang mencari dirinya.

Kejadian unik dan viral ini terjadi di Brebes.

Kisah viral bocah hilang dibawa siluman buaya penunggu Sungai Jatibarang Brebes awalnya viral di media sosial.

Awalnya, informasi tersebut diunggah akun Facebook Jaka Slawi di akun Facebook Sisi Lain Kota Tegal.

Seketika postingan informasi ini langsung heboh, viral dan direspon berbagai kalangan.

Termasuk jajaran Tim SAR dan Rescue Kota Tegal.

Proses penyisiran dan pencarian korban langsung dilakukan

Namun endingnya ternyata malah bikin tertawa.

Seorang bocah di Brebes membuat gempar karena dikabarkan tenggelam, namun malah menonton proses pencarian bersama warga lain.

Kisah ini sendiri viral setelah diunggah akun Facebook Jaka Slawi di akun Facebook Sisi Lain Kota Tegal pada Jumat (23/2/2024).

Dalam unggahan itu dituliskan jika ada bocah laki-laki dikabarkan hilang tenggelam di Sungai Jatibarang Brebes pada Kamis Wage (22/2/2024).

Tim SAR bersama dengan warga dan polisi pun segera melakukan pencarian di lokasi.

Tepatnya di dekat pintu irigasi.

“Dua bocah laki-laki dikabarkan hilang tenggelam disungai jatibarang Brebes, hari ini Kamis Wage jumat kliwon 22/02/2024, tim sar dibantu warga dan polisi, melakukan pencarian hingga memakan waktu tiga ham lebih, warga menduga dua bocah dibawa penunggu sungai, sejenis siluman buaya, siluman buncul atau wiyangga,” tulis akun Jaka Slawi.

Dilansir dari sejumlah sumber, awalnya ada 4 anak yang sedang berenang di dekat pintu irigasi.

Salah satu dari mereka, yaitu bocah yang dicari, pulang tanpa memberi tahu temannya.

Ketiga bocah yang masih di sungai lalu mencari satu orang yang sudah pulang.

Namun bocah yang pulang itu tak ditemukan.

Sampai akhirnya ketiga temannya menyimpulkan bahwa satu temannya tenggelam.

Informasi hilangnya bocah tersebut sampai di grup Facebook dan membuat tim SAR turun tangan.

Pencarian pun dilakukan selama 3 jam.

Tampak beberapa petugas dari Tim SAR turun ke sungai menyusuri sungai.

Pencarian inipun menjadi tontonan warga sekitar dari pinggir sungai.

Karena tak kunjung ketemu, warga menduga jika bocah itu dibawa oleh penunggu sungai, sejenis siluman buaya.

Namun ternyata, bocah yang dikabarkan hilang itu sedang tidur nyenyak di rumah.

Bahkan setelah bangun, bocah itu ikut menonton proses pencarian Tim SAR bersama anak-anak lain.

Uniknya, bocah itu ikut menonton di barisan paling depan.

“Tak disangka sangka, ternyata kedua bocah yg dikabarkan hilang lagi tidur nyenyak di rumah, setelah bangun tidur kedua bocah ikutan nonton proses pencarian Tim Sar, polisi dan semua warga kena prank,”

Inisiden ini sendiri terjadi di Jatibarang, Brebres, bukan Jatibarang Indramayu sehingga tim SAR Indramayu yang awalnya mendapat info tak jadi berangkat.

Sementara itu, bocah tersebut sudah kembali dengan selamat di rumah.

Kenangan Bocah Korban Terkaman Buaya

Masih terkait buaya namun pada kejadian lain dan bukan prank datang dari Bangka Belitung.

Lilis langsung terdiam seiring sorotan matanya yang terhenti pada sebuah nama.

Guru SDN 17 Sungaiselan, Kecamatan Sungaiselan, Kabupaten Bangka Tengah, itu teringat sosok anak didiknya yang memiliki nama tersebut.

“Pas saya mau bagiin buku pelajaran ada nama dia, jadi terkenang sama dia. Biasanya kalau pas salaman, dia langsung lari sama teman-temannya. Tetapi beberapa hari kemarin, pas salaman agak lama, terus dia merhatiin saya, seolah-olah kayak mau pamit," kata Lilis kepada Bangka Pos, Senin (29/1).

Sosok yang dikenang Lilis adalah Claudia Sintia Sella (7), salah satu anak didiknya di SDN 17 Sungaiselan.

Claudia meninggal dunia pada Minggu (28/1) setelah diterkam buaya di kolong TI Pinang di Sungaiselan.

Di mata Lilis, Claudia terlihat berbeda sejak Rabu (24/1).

Pada hari itu, Lilis merasa Claudia lebih sering dekat dan 'menempel' ke dirinya, termasuk pada hari Jumat (26/1) lalu di mana sedang ada kegiatan bersih-bersih taman di sekolah.

"Dia ikut di samping saya terus, kalau saya lagi bersih-bersih dia ikut bersih-bersih. Tetapi saya kan enggak tahu kalau itu pertanda atau apa, kalau tahu dia akan meninggal, pasti saya peluk dia hari itu," katanya.

Lilis juga melihat Claudia pucat dan lebih diam dibanding biasanya. Namun, ketika ditanya ada apa, korban selalu menjawab tidak apa-apa.

"Sebelumnya anak itu memang pendiam. Cuma saya merasa kalau sejak hari Rabu itu dia agak beda," ujar Lilis.

Dia menambahkan, sebelum ini, meskipun pendiam, korban kalau di sekolah juga sering ikut bermain bersama dengan teman-temannya.

"Nah kalau beberapa hari terakhir itu, dia merhatiin saya terus. Saya enggak tahu mungkin pandangannya kosong atau apa. Tetapi saya ngerasa ke mana arah saya itu diperhatikan dia, entah mungkin merasa ini (saat-saat) yang terakhir," tuturnya.

Lebih lanjut, Lilis menyebut bahwasanya memang korban sering ikut orang tuanya pergi ke lokasi tambang inkonvensional (TI), setelah pulang sekolah.

Kendati demikian, korban tidak pernah bolos sekolah dan tergolong murid yang lumayan pintar serta memiliki tulisan yang bagus.

Sering bawa monyet

Kenangan tentang Claudia juga dibagikan Sumi (48), tetangga yang sehariharinya juga ngelimbang (salah satu cara mencari timah-red) di kawasan TI, lokasi Claudia diterkam buaya.

Sumi mengatakan, keluarga Claudia sehari-harinya memang bekerja di kawasan TI tersebut.

"Mereka laki bini (orang tua korban) kadang tidur di pondok dekat TI, jaga alat-alat TI orang.
Ayahnya itu ngerobin (salah satu cara mencari timah), emaknya itu ngelimbang bareng aku lah," kata Sumi kepada Bangka Pos, Senin (29/1).

Sepulang sekolah, lanjut dia, terkadang korban juga ikut pergi ke lokasi TI.

Kata Sumi, waktu kejadian tersebut, ibu korban kebetulan sedang tidak pergi ke lokasi TI.

"Ibunya itu enggak pergi, entah kenapa mungkin karena pening kepala atau demam. Jadi dia (korban-red) pergi sama neneknya," ujarnya.

Diakui Sumi, meski kedua orang tuanya kadang menginap di pondok dekat lokasi TI, korban memang sering ikut ke lokasi dan biasanya pulang kembali ke rumah bersama neneknya.

Ia menambahkan, sebelum kejadian ini, keluarga korban kerap membawa kera (monyet) peliharaan Yom (bibi orang tua korban) ke lokasi TI.

"Waktu itu yang Yom ini ke Sungailiat, entah ada kerja apa. Jadi yang bawa kera itu korban sama bibinya (kakak ibu korban)," tuturnya.

Sumi menyebutkan, dirinya pun sering mengingatkan ayah korban untuk tidak membawa kera karena takut akan menjadi incaran buaya.

"Sudah ku omongin, janganlah bawa kera. Kera atau asu (anjing) itu kan makanan buaya," katanya.

Menurutnya, monyet tersebut memang sering dibawa ke mana-mana oleh keluarga-keluarga korban, termasuk ke lokasi TI.

Beberapa hari sebelum kejadian itu, kera tersebut pun sering dibawa ke lokasi TI.

Namun pada hari kejadian, Sumi menyebut bahwa kera tersebut sedang tidak dibawa.

"Kalau ke TI dibawanya kera itu, kalau pulang (ke rumah) dibawanya balik lagi, buat main sama anak-anak itulah," ujarnya.

Hal senada disampaikan Efriyanto (43) yang menyebut bahwa monyet yang dipelihara oleh Yom tersebut memang sering di bawa ke mana-mana.

"Memang sering dibawa, kadang di taruh di pundaknya, termasuk di kampung-kampung. Di bawa ke alun-alun (Alun-alun Sungaiselan) pun pernah," tuturnya. (u2/ Tribun Trend/ Bangkapos.com)

Artikel ini telah tayang di BangkaPos.com 

Baca Berita Lainnya di: Google News

 

Sumber: Bangka Pos
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved