Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Mata Lokal Memilih

Kader PDIP Banyak yang Mengundurkan Diri Jelang Pemilu 2024, Pengamat: Sudah Tidak Nyaman Lagi

Tak hanya Maruarar Sirait, sederet kader PDIP yang menyatakan mundur selama kontestasi Pilpres 2024 berlangsung.

Tribunnews.com/Irwan Rismawan
Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri Ungkap 3 Alasan Pilih Ganjar dan Mahfud Jadi Capres-Cawapres dari PDIP. Kader PDIP Banyak yang Mengundurkan Diri Jelang Pemilu 2024, Pengamat: Sudah Tidak Nyaman Lagi 

TRIBUNMANADO.CO.ID - Politikus senior Maruarar Sirait resmi hengkang dari PDI Perjuangan (PDIP).

Dia mengatakan mundurnya dari PDIP lantaran ingin mengikuti langkah politik dari Presiden Joko Widodo (Jokowi).

Dia kemudian memohon doa restu kepada seluruh pihak dan menegaskan ulang bahwa dirinya memilih bersama dengan Jokowi dalam petualangan politiknya di masa yang akan datang.

Dirinya juga mengucapkan terima kasih kepada Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri dan elite PDIP lainnya, karena telah membesarkan namanya sebagai politisi.

Baca juga: Ketua DPR RI Puan Maharani Nyatakan Presiden Jokowi Bisa Dimakzulkan Apabila . .

Satu lagi politisi elite PDIP, Maruarar Sirait memilih keluar dari keanggotaan partai. Nyatakan ikut pilihan politik Presiden Jokowi.
Satu lagi politisi elite PDIP, Maruarar Sirait memilih keluar dari keanggotaan partai. Nyatakan ikut pilihan politik Presiden Jokowi. (KOMPAS.com/NICHOLAS RYAN ADITYA)

Harapannya, PDIP mendapatkan kader yang lebih baik, lebih loyal, lebih profesional, dan lebih berkualitas dari dirinya.

Tak hanya Maruarar Sirait, sederet kader PDIP yang menyatakan mundur selama kontestasi Pilpres 2024 berlangsung.

Berdasarkan catatan Tribunnews.com, setidaknya ada enam kader PDIP yang mundur dalam periode 2023 sampai awal 2024.

Adapun yang terbaru adalah Maruarar Sirait yang menyatakan mundur pada Senin (15/1/2024).

"Saya memilih untuk mengikuti langkah Pak Jokowi karena saya percaya Pak Jokowi adalah pemimpin yang sangat didukung oleh rakyat Indonesia."

"Kepercayaannya, approval rating-nya dari 75-80 persen," ujarnya usai mendatangi Kantor DPP PDIP di Jakarta.

Maruarar lantas mencontohkan beberapa langkah Presiden Jokowi membasmi radikalisme hingga berjuang membuat mayoritas saham Indonesia di Freeport.

"Beliau sudah memperjuangkan banyak hal. Bagaimana tegas menghadapi radikalisme, bagaimana membuat mayoritas saham Indonesia di Freeport dan bagaimana juga membantu rakyat kecil dan juga memindahkan ibu kota adanya pemerataan," tuturnya.

"Jadi, saya memilih bersama dengan Bapak Jokowi dalam pilihan politik saya berikutnya ke depan. Mohon doa restunya," ungkap Ara menambahkan.

Lalu, mengapa fenomena mundurnya kader PDIP begitu marak saat Pilpres 2024 ini?

Sudah Tak Nyaman, Karier Politik Tidak Jelas, dan soal Jokowi

Pengamat politik dari Universitas Al-Azhar, Ujang Komarudin, menilai maraknya kader PDIP lantaran sudah tidak nyaman dengan internal partai berlambang banteng tersebut.

Selain itu, Ujang menganggap ketidakjelasan jenjang karier politik di PDIP juga menjadi faktor lain banyaknya kader PDIP yang hengkang.

Kampanye PDIP Manado Dapil Sario - Malalayang di Lapangan Bantik, Manado, Sulawesi Utara.
Kampanye PDIP Manado Dapil Sario - Malalayang di Lapangan Bantik, Manado, Sulawesi Utara. (tribunmanado.co.id/Rhendi Umar)

"Mungkin memang sudah tidak nyaman lagi, makanya kalau sudah tidak nyaman, ya keluar. Sama saja kalau di rumah tidak nyaman ya keluar."

"Di partai pun sama, kalau tidak ada kenyamanan dan tidak punya masa depan, ya keluar," ujarnya kepada Tribunnews.com, Selasa (16/1/2024).

Ujang juga menilai mundurnya kader PDIP memiliki kesamaan alasan seperti Maruarar Sirait yang ingin mengikuti langkah politik Jokowi yaitu pecah kongsi dengan partai pimpinan Megawati Soekarnoputri tersebut.

"Kedua, bisa jadi bahwa yang keluar-keluar adalah geng-geng atau loyalis kelompok Jokowi. Kalau Jokowinya sudah pecah kongsi, sudah tidak bersama-sama PDIP lagi walaupun belum mundur, mereka terlebih dahulu mundur," tuturnya.

Ujang juga menilai bahwa tidak ada faktor perbedaan ideologis antara partai dan para kader PDIP yang mundur tersebut.

Dia menegaskan bahwa kader yang mundur karena sudah tidak nyaman di PDIP dan tidak adanya jenjang karier politik yang jelas.

Ujang pun mencontohkan Maruarar Sirait alias Ara ketika tidak jadi menjadi Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) di era pemerintahan Jokowi jilid I.

Kemudian, pada Pileg 2019, Ara dipindah dari daerah pemilihan (dapil) Jabar IX ke dapil Jabar III.

Menurutnya, ini adalah wujud ketidakjelasan karier politik di PDIP.

"Artinya mungkin sudah tidak sekuat dulu. Jadi tidak ada masa depan politik dan tidak nyamannya di situ," kata Ujang soal Ara.

Selanjutnya, ketika ditanya soal apakah maraknya kader mundur akan memengaruhi elektabilitas PDIP, Ujang turut mengamini.

"Mungkin bisa, besar atau kecil, pasti berdampak," katanya.

Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com

Baca berita lainnya di: Google News.

Berita terbaru Tribun Manado: klik di sini.

Sumber: Tribunnews
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved