Berita Nasional
Pernah Serang Manusia, Kini Harimau Disebut Pahlawan oleh Warga Tapaktuan Aceh dan Dijuluki Nenek
Terlepas dari kejadian harimau serang warganya, keberedaan harimau ini justru menjadi keuntungan juga bagi masyarakat.
Penulis: Indry Panigoro | Editor: Indry Panigoro
Tapaktuan Aceh, TRIBUNMANADO.CO.ID - Raut wajahnya langsung berubah saat diminta TRIBUNMANADO.CO.ID menceritakan detik-detik hewan ternaknya disantap harimau.
Suaranya bergetar, tatapannya kosong sambil sekali dua kali melirik beberapa hewan ternak di kandang yang dikelilingi kawat duri setinggi 2,5 meter di lahan seluas 15x25 meter.
"Bagaimana ya aku cerita, waktu itu harimau turun dari hutan itu dan langsung seret hewan ternak kami. Saya malam itu hanya bisa terdiam tak bisa berteriak apalagi lari. Jadi hanya melihat kambing dimakan dan dibawa pergi harimau," kata Dedi Suhendri, Jumat 8 Desember 2023 lalu.

Dedi Suhendri adalah warga Aceh yang beternak kambing, sapi dan kerbau di Desa Lhok Bengkuang Timur, Kecamatan Tapaktuan, Aceh Selatan.
Hewan ternak miliknya yang jadi santapan harimau di Desa Lhok Bengkuang Timur ini bukan hanya satu dua ekor saja, melainkan ada 20-an ekor yang sudah jadi santapan harimau.
Dedi juga menceritakan sebelum kandang ternaknya dipagari kawat berduri, Ia dan kawan-kawannya harus berjaga malam agar ternak mereka tidak dimangsa harimau.
Meski tak sehawas dulu karena kini ternaknya berada di kandang antiserangan harimau , namun kekhawatiran tetap masih dirasa oleh Dedi Suhendri.
Dedi Suhendri masih khawatir suatu saat harimau datang lagi dan menyantap ternaknya.
Apalagi beberapa waktu lalu harimau yang turun itu sempat memakan hewan ternak Dedi yang terkena Penyakit Mulut dan Kuku ( PMK ).

Sambil menyandarkan tubuhnya ke kendang yang terbuat dari kayu itu, Dedi mengaku sudah ikhlas hewannya disantap harimau.
Bagi Dedi ini adalah bagian dari sedekah untuk sang Raja Hutan. Hanya saja kata Dedi, belum lama ini ada 90 ekor ternaknya terkena PMK.
Dan ada 20-an ekor lebih ternaknya yang dimakan harimau. Ini tentu menimbulkan kekhawatiran lain bagi Dedi.
Meski dianggap sebagai sedekah karena hewannya disantap harimau, namun Dedi tetap memikirkan kesehatan si harimau.
Sekadar gambaran, kandang ternak Dedi Suhendri ini berada di atas bukit Desa Lhok Bengkuang Timur, Kecamatan Tapaktuan, Aceh Selatan. Saat memasuki lahan ternak, para pengunjung akan disambut dengan papan bertuliskan “Kandang Percontohan untuk Pengamanan Ternak dari Gangguan Harimau”.
Untuk bisa ke kandang ternak milik Dedi Suhendri ini membutuhkan waktu kurang lebih 10 menit menggunakan kendaraan roda dua dan roda empat dari pintu masuk desa.
Di kandang antiserangan harimau milik Dedi Suhendri saat dikunjungi Tribun Manado Jumat siang itu terdapat 5 kerbau, 10 sapi dan 20 kambing.
Ternak tersebut dipelihara Dedi serta warga lainnya yang tergabung dalam Kelompok Air Simawuang.
Dari pengakuan Dedi, diketahui kalau kandang anti serangan harimau ini dibuat pada 21 Agustus 2023.
Kala itu pihak Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Aceh memberi bantuan kawat berduri sebagai suatu alat yang bisa digunakan untuk serangan harimau terhadap ternak warga.
“Interaksi harimau di sini terbilang sangat tinggi sekali, terakhir harimau ke sini delapan bulan lalu, waktu itu ada tiga sapi dan 15 ekor kambing yang diambil harimau,” kata Dedi.
Kadang ada satu ekor harimau turun (dari hutan) tapi terkadang terpantau ada empat ekor sekali turun.
Pernah Serang Manusia, Kini Harimau Disebut Pahlawan oleh Warga Tapaktuan Aceh dan Dijuluki Nenek
Selain di Desa Lhok Bengkuang Timur, Kecamatan Tapaktuan, Aceh Selatan, konflik harimau, manusia dan hewan ternak milik warga ini juga terjadi di belasan kecamatan yang ada di Aceh Selatan.
Salah satu desa yang pernah dan sering terjadi konflik dengan harimau adalah Desa Panton Luas, Kecamatan Tapaktuan, Aceh Selatan.
Di desa ini bahkan telah dibuat Sekretariat Penanggulangan Konflik Manusia dan Satwa Liar.
Sekretariat itu berada di rumah Masrita, Ketua Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) Rimeung Aulia.

Kepada belasan wartawan dari Aceh dan Sulawesi Utara, Sekretaris KSM Rimeung Aulia, Yan Feriyal, menceritakan sejarah dibuatnya KSM Rimeung Aulia.
Semuanya berawal ketika 2010, seorang warga Desa Panton Luas bernama Martunis ( 26 ), tewas diserang harimau.
Martunis ditemukan tewas dengan posisi telungkup oleh warga setempat, kondisinya mengenaskan.
Konflik harimau dan manusia di Desa Panton Luas ini kemudian semakin sering terjadi ketika ada sekelompok orang yang mulai menebang pohon dan membuka lahan baru di hutan yang tak jauh dari desa tersebut.
Hal ini selaras dengan siaran pers Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) dengan nomor : SP. 150/HUMAS/PP/HMS.3/03/2018, yang dikeluarkan pada 19 Maret 2018 yang menyebut kalau harimau sebenarnya tidak mengganggu manusia jika habitatnya tidak terganggu.
“Ketika ruang jelajah dan pasokan makannya berkurang, dia merasa terancam, konflik satwa dan manusiapun terjadi,'' ungkap Menteri LHK, Siti Nurbaya, di Jakarta, Senin (19/3).
Yan Ferial menduga kalau harimau terganggu dan marah dengan ulah sekelompok orang tersebut.
Kata Yan Ferial, kalau ada warga desa yang melakukan perilaku tercela, berbuat tak senonoh dan berbuat hal tak baik di desa, bekas pijakan kaki harimau pun akan terpantau ada di jalan-jalan yang ada di Desa Panton Luas itu.
Jauh sebelum kasus menimpa Martunis, konflik dengan satwa liar termasuk harimau ini jarang didengar.
Dulu aturan hidup dalam hutan masih dinomorsatukan oleh warga.
Namun lambat laun, persahabatan dengan satawa mulai retak.
Berbagai hukum adat mulai tak diindahkan oleh warga, alhasil konflik hewan dan manusia muncul.
Bukan hanya ternak warga yang dimangsa harimau. Warga yang bernama Martunis pun ikut diserang raja hutan yang dijuluki nenek itu.
Tak butuh waktu lama, masyarakat menyadari ada sesuatu yang salah dari perlakuan mereka pada Nenek. Mereka kemudian sepakat memulihkan lagi kekacauan tersebut agar bisa hidup berdampingan dengan satwa sebagai hal terpenting dalam menjaga ekosistem hutan.
Kini masyarakat setempat mulai menghidupkan kembali kearifan lokal tersebut setelah memahami bahwa nilai-nilai kearifan yang tercerabut ternyata berdampak besar terhadap keberlangsungan hidup mereka.
Di antaranya dengan mengaktifkan kembali tradisi tolak bala yang rutin dilakukan setiap tahun pada hari Rabu terakhir di bulan Safar dalam penanggalan Islam.
Saat tolak bala berlangsung, biasanya masyarakat akan melakukan “kenduri” terhadap nenek ( harimau ) dengan memberikan makanan tertentu disertai dengan doa-doa dan harapan supaya mereka tidak mengganggu manusia.
Adapun pantangan-pantangan yang tak boleh dilakukan saat pergi ke hutan misalnya pergi sendirian dan tidak boleh memiliki niat buruk.
Lanjut Feriyal, dibentuknya KSM Rimeung Aulia ini pada 2016 berangkat dari kesadaran masyarakat untuk meningkatkan kualitas kearifan lokal untuk menjaga hutan dan satwa liar agar bisa hidup berdampingan dengan masyarakat.
Apalagi kata Yan, terlepas dari kejadian harimau serang warganya, keberedaan harimau ini justru menjadi keuntungan juga bagi masyarakat.
Ketika harimau ini mulai berkurang dalam hutan, hewan lain seperti babi justru akan memakan tanaman warga disebabkan tidak ada yang menjaga perkebunan secara alami.

Harimau ternyata juga memberi tanda kepada manusia agar tidak mengizinkan warga berkebun, dengan cara mencakar tanah atau jalur yang biasa dilewati manusia.
Itu pertanda warga harus berhati-hati dan jangan pergi ke kebun, mungkin dia sedang melakukan aktivitas sedang mencari mangsa.
“Masyarakat Panton Luas secara umum memang sudah mengetahui terhadap tanda-tanda yang dimunculkan harimau, tapi bagi generasi muda, perlu memberikan edukasi tentang bagaimana mitigasi konflik yang baik dan melihat pertanda apa saja ditunjukkan dari harimau untuk manusia,” terang Yan.
Oleh karena itu, kata Yan Ferial masyarakat di Desa Panton Luas ini senang bisa hidup berdampingan dengan harimau.
“Di sini kami menyebut harimau dengan sebutan nenek, dengan apa yang sudah dilakukan oleh nenek warga mulai sadar hidup berdampingan dengan satwa liar itu penting, kebutuhan ekosistemnya terjaga lagi. Metodenya yang dilakukan yakni mengedukasi masyarakat bagaimana mitigasi konflik satwa liar yang kami sampaikan,” kata Yan.
Hal inilah yang yang membuat kenapa KSM Rimeung Aulia kemudian dibentuk.
Pembentukan KSM Rimeung Aulia ini mendapat dukungan Pemkab Aceh Selatan.
Melestarikan adat dan kearifan lokal menjadi hal yang terus dijaga KSM Rimeung Aulia sebagai bagian dari memitigasi konflik antara manusia dan harimau.
Ada beberapa hal yang telah dilakukan KSM Rimeung Aulia.
Tidak berbuat tercela, tidak melanggar budaya dan adat-adat desa.
Selain itu mereka juga melakukan doa tolak bala setiap rabu abeh (rabu terakhir pada bulan shafar).
Pada rabu abeh itu masyarakat berdoa dan memberikan makan kepada harimau.
Lebih lanjut, Yan Feriyal mengungkap pantangan yang perlu diperhatikan saat menghadapi harimau.
Yang pertama tentunya harus tenang dan jangan lari.
Hal lainnya yakni perlu memperhatikan kebiasaan yang mungkin dianggap sepela tapi nyawa bisa jadi taruhannya.
“Saat ada di hutan untuk berkebun ketika baju kita berkeringat kita tidak boleh menggantung baju di tunggul pohon kayu, karena kalau ada angin bajunya tergoyang sehingga akan memancing harimau, dianggap itu mangsanya,” terang Yan.
Menurut Feriyal, satwa liar di kawasan Panton Luas dengan luas hutan sekitar 8.000 hektare itu tidak hanya harimau.
“Satwa lainnya juga masih ada. Yang tidak ada cuma tiga: buaya, badak, dan singa,” ujarnya.
Senada dengan Yan Ferial, Masrita Ketua KSM Rimeung Aulia mengungkap untuk menghindari terjadinya konflik harimau dengan manusia dan agar masyarakat bisa hidup berdampingan dengan harimau, warga desa terus menjaga kearifan lokal. Salah satunya dengan memberi makanan kepada harimau, terutama pada hari besar Islam.
“Intinya bagaimana kita bisa menghargai satwa liar yang seakan dapat berteman dengan mereka. Artinya, kalau kita mengabaikan doa tolak bala sehingga akan berdampak pada perkebunan masyarakat sekitar, perlu menghargai antarsesama meskipun tempat tinggal di daerah pedalaman,” kata Masrita, didampingi Kepala Desa Panton Luas, Abu Hanifah, Wakil KSM, Zulbasni, dan Sekretaris KSM, Yan Feriyal.
Adik Korban Terkaman Harimau Kini Jadi Pelindung si Raja Hutan, Menangis Kalau Harimau Mati
“Pertama melihat harimau pasca meninggalnya abang, sakit hati saya, namun saya sadar bahwa itu hanyalah makhluk yang tidak sempurna, tidak mempunyai akal fikiran,” kata Tim Leader Human Wildlife Conflict Mitigation (HWCM) Aceh Selatan, Musir Riswan.
Meski kakaknya tewas diserang harimau, Musir mengaku saat ini Ia senang melihat harimau.
“Entah kenapa ketika melihat harimau mati, saya malah nangis. Saat itulah Ia mulai berfikir upaya apa yang harus dilakukan agar tidak ada lagi interaksi negative.
Lebih lanjut kata Musir, dalam tradisi itu, warga memberi makanan kepada harimau berupa nasi putih dan telur rebus yang diletakkan di jalur-jalur potensial dilintasi satwa liar tersebut.
Dengan berbagi rezeki itu diharapkan bisa meminimalisir interaksi negatif manusia dan harimau.
Kata Musir, Aceh Selatan juga kental dengan kearifan lokalnya dalam menghormati satwa liar. Di antaranya, tradisi rabu abeh.
Musir menyebut selama ini HWCM melakukan mitigasi konflik harimau dengan manusia dengan pemasangan kamera trap khusus dalam kawasan hutan guna melihat ataupun menghitung populasi harimau.

“Dari data selama ini, kamera trap tidak bisa mengindentifikasi atau memberi informasi kepada kita tentang usia harimau yang muncul. Itu memang harus dilihat secara langsung dari ukuran gigi dan segala macam. Namun, dari kamera tersebut kita bisa melihat fisiknya dan juga perkiraan usia,” kata Tim Leader Human Wildlife Conflict Mitigation (HWCM) Aceh Selatan, Musir Riswan.
Pihaknya juga mengindentifikasi harimau yang berkonflik dengan warga. Dia menyebut dominan harimau beranak dan cenderung keluar dari kawanannya untuk menghindar dari harimau jantan.
“Artinya, harimau berkonflik merupakan harimau sedang beranak, dan ini lebih berbahaya karena mengajari anaknya untuk berburu,” kata Musir.
Menurutnya, hampir setiap dari 18 kecamatan yang ada di Aceh Selatan berpotensi terjadi interaksi negatif dengan harimau, karena daerah ini letaknya antara pesisir dan berbatasan langsung dengan kawasan hutan.
Oleh karena itu, dia berharap masyarakat membangun kandang antiserangan harimau (TPE) seperti di Lhok Bengkuang Timur agar ternak terjaga.
“Dengan adanya TPE itu yang dibantu BKSDA, sangat bersyukur untuk pengamanan ternak jika ada gangguan harimau,” ujarnya.
Sekadar diketahui Musir adalah adik kandung dari Martunis warga Desa Panton Luas yang tewas diserang harimau pada 2010 silam. Bergabungnya Musir di HWCM ini tak lepas dari insiden yang merenggut nyawa kakaknya.
“Pascamusibah almarhum abang. Saat itu saya melihat ada aktivitas respon konflik yang dilakukan pihak BKSDA Aceh. Rasa penasaran dengan apa yang mereka lakukan, apakah upaya ini tepat atau hanya sekedar formalitas untuk menenangkan warga inilah yang akhirnya membuat saya bergabung dengan HWCM,” aku Musir.
Kepala BKSDA Aceh Gunawan Alza, S.Hut kepada Tribunmanado.co.id menjelaskan jika saat ini pihaknya telah melakukan berbagai strategi untuk memitigasi konflik harimau dan manusia di Aceh.
Selain melakukan sosialisasi ke masyarakat di daerah rawan konflik melalui pemasangan papan informasi, penyadartahuan dan kampanye, BKSDA juga melakukan pemasangan kamera jebak, pembuatan kandang anti serangan harimau bersama mitra dan masyarakat, membentuk kelompok swadaya masyarakat untuk mitigasi konflik, survey okupansi, operasi sapujerat, penghalauan dengan mendatangkan pawing hingga evakuasi dan translokasi.
“Bukan hanya BKSDA, pemerintah daerah, KPH, NGO atau LSM, TNI, Polri, BBTGNL dan serta perguruan tinggi saja yang harus berperan, dalam hal mitigasi konflik diperlukan juga peran dari masyarakat,” kata Gunawan Alza saat dihubungi via WhatsApp belum lama ini. (Ind)
Baca Berita Lainnya di: Google News
harimau
Pahlawan
nenek
Tapaktuan
Aceh
Dedi Suhendri
BKSDA
Desa Panton Luas
KSM Rimeung Aulia
Desa Lhok Bengkuang Timur
Selain Katakan Cukai Rokok Tinggi, Menkeu Purbaya Juga Sebut Satgas BLBI Banyak Janji Minim Hasil |
![]() |
---|
Prabowo Akan Evaluasi Besar-Besaran Polri |
![]() |
---|
Rencana Menkeu Pindahkan Uang Rp200 Triliun Dinilai Mirip Ide Eks Menteri Ekonomi Era Megawati |
![]() |
---|
Influencer Ferry Irwandi Sebut Sudah Damai dengan TNI: Saya Sudah Dihubungi Via Telepon |
![]() |
---|
Dicopot dari Menteri, Budi Arie Tetap Dukung Prabowo: Orang Kita yang Menangin |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.