Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Berita Nasional

Kisah Musir, Warga Aceh yang Nangis Kalau Lihat Harimau Mati, Padahal Dulu Kakaknya Diserang Harimau

Ada rasa sakit hati yang dirasa Musir pasca kakaknya tewas diserang harimau, namum kini Musir justru menangis jika ada harimau mati.

|
Penulis: Indry Panigoro | Editor: Indry Panigoro
Tribunmanado.co.id/Indri Panigoro
Musir merupakan adik dari Martunis warga Desa Panton Luas, Tapakuan Aceh yang ditemukan tewas diserang harimau 2010 silam. 

Tapaktuan Aceh, TRIBUNMANADO.CO.ID – Beberapa kali pria berambut gondrong itu menghela nafas panjang, senyumnya tertahan dijujung garis bibirnya, mata berkaca-kaca kala ditanya apakah benar abangnya pernah diserang harimau.

Pria itu bernama Musir Riswan, warga Desa Panton Luas, Kecamatan Tapaktuan, Aceh Selatan.
Musir merupakan adik dari Martunis warga Desa Panton Luas yang ditemukan tewas diserang harimau 2010 silam.

Tubuh Martunis kala ditemukan itu sudah tercabik cabik. Dikabarkan, Martunis semula mencari rotan di kawasan Gunung Tuan, sekitar 15 kilometer dari perkampungan, Senin kemarin.

Musir merupakan adik dari Martunis warga Desa Panton Luas, Tapakuan Aceh yang ditemukan tewas dimakan harimau 2010 silam.
Musir merupakan adik dari Martunis warga Desa Panton Luas, Tapakuan Aceh yang ditemukan tewas diserang harimau 2010 silam. (Tribunmanado.co.id/Indri Panigoro)

Martunis bersama Nasrudin dan beberapa teman yang biasa mencari rotan di hutan. Namun, Martunis berpisah dengan sesama temannya dalam pencarian rotan tersebut, ia melanjutkan mencari goa sarang burung.

Jika biasanya menjelang maghrib Martunis sudah pulang ke rumah. Tapi pada petang itu, pihak keluarga menunggu hingga berganti hari pun belum pulang. Kemudian pihak keluarga melaporkan ke tetangga untuk pencarian bersama.

Kabar hilangnya Martunis menyebar cepat dan pada malam itu dilakukan pencarian, sayang Martunis ditemukan tak bernyawa dengan kondisi mengenaskan.

Tewasnya Martunis inilah yang menjadi landasan Musir bergabung dengan Tim Leader Human Wildlife Conflict Mitigation (HWCM) Aceh Selatan.

Kala Martunis tewas diserang harimau, Musir berusia 22 tahun. Sedangkan Martunis 26 tahun.

“Karena kami hidup di sekitar kawasan hutan dan sangat berpotensi terjadi interaksi negatif dengan satwa liar, terutama harimau, sehingga dengan belajar apa yang terjadi pada abang, inilah yang membuat saya mau memberi diri di HWCM ini,” kata Musir kepada Tribunmanado.co.id Jumat 22 Desember 2023.

Di HWCM ini, Musir bertugas untuk memastikan tidak ada interaksi negatif, antara manusia dan harimau dengan cara respon konflik, edukasi di sekolah dan masyarakat.

Selain itu HWCM juga melakukan pendampingan masyarakat desa mandiri konflik, koordinasi multi pihak, pemasangan kamera jebak untuk harimau berkonflik dan pembuatan kandang percontohan pengamanan ternak dari gangguan harimau "Tiger Proof Enclosure".

Baca juga: Pantas Harimau Disebut Pahlawan Warga Tapaktuan Aceh, Dulu Makan Orang dan Hewan Kini Dijuluki Nenek

Lebih lanjut kata Musir, Ia bergabung dengan dengan HWCM ini sudah sekitar 13 tahun.

“Pascamusibah almarhum abang pada 2011 saya kemudian jadi volunteer untuk mitigasi konflik harimau dan manusia. Saya lihat ada aktivitas respon konflik yang dilakukan pihak BKSDA Aceh. Rasa penasaran dengan apa yang dilakukan, apakah upaya ini tepat atau hanya sekedar formalitas untuk menenangkan warga inilah yang akhirnya membuat saya bergabung dengan HWCM,” aku Musir.

Anak ketiga dari empat bersaudara itu kemudian mengakui sewaktu bergabung dengan HWCM ini, Ia tidak mendapat persetujuan dari keluarganya.

Wajar karena kakak dari Musir tewas diserang harimau, dan malah memilih untuk kembali berurusan dengan harimau lagi.

Halaman
123
Sumber: Tribun Manado
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved