Pelajar SMK Tewas Dianiaya
Kronologi Pelajar SMK di Subang Tewas Dianiaya Oknum Polisi, Keluarga Korban Tuntut Keadilan
Kronologi seorang pelajar SMK Negeri 1 Pusakanagara Subang tewas diduga dianiaya oknum polisi.
TRIBUNMANADO.CO.ID - Kasus pelajar SMK tewas dianiaya polisi menuai sorotan publik.
Seorang pelajar SMK Negeri 1 Pusakanagara Subang tewas diduga dianiaya oknum polisi.
Kejadian itu terjadi pada Minggu (3/12/2023) sekitar pukul 03.30 WIB di jalan desa Gempol Kecamatan Pusakanagara Subang.
Korban bernama Adlyan Waher (16).
Adlyan Waher saat kejadian bersama empat temannya menggunakan motor terjadi saling kejar-kejaran dengan oknum polisi yang bertugas di Polsek Pusakanagara.
Ketika aksi kejar-kejaran tersebut, satu motor yang ditumpangi 2 orang berhasil lolos dari kejaran oknum polisi tersebut.
Tetapi 1 motor korban yang ditumpangi bersama 2 temannya berhasil ditabrak sebanyak 3 kali oleh oknum polisi tersebut hingga terjatuh ke sawah.
Saat terjatuh, 2 teman korban berhasil kabur.
Sementara korban sendiri tertindih motor Beat Street dan berhasil ditangkap oleh oknum polisi tersebut hingga jadi bulan-bulanan atau dianiaya oleh oknum polisi berpangkat Aipda tersebut.
Korban saat itu kondisinya terkapar dan langsung dilarikan oleh oknum polisi tersebut ke Puskesmas Pusakanagara.
Namun kondisi korban semakin kritis atau koma hingga harus dirujuk ke RS Siloam Purwakarta.
Namun sayang hanya dirawat kurang dari 24 jam, korban dinyatakan meninggal dunia pada hari Senin(4/12/2023) sekitar pukul 10.21 WIB, akibat luka yang diderita di bagian kepala dan wajah.
Karena dianggap meninggal tak wajar, keluarga korban langsung membawa korban ke RS.Bhayangkara Indramayu untuk dilakukan otopsi.
Selanjutnya keluarga korban membuat laporan ke Satreskrim Polres Subang terkait meninggalnya Adyan Waher yang diduga dianiaya oleh oknum Polisi Aipda WE.
Selasa(6/12/2023) sekitar pukul 09.00 WIB korban dimakamkan di pemakaman umum Desa Rancadaka Kecamatan Pusakanagara Subang.
Kesaksian Teman Korban
Adlyan Waher diduga dianiaya oknum polisi berinisiap Aipda WE.
Adlyan Waher saat itu bersama dua rekannya Dias dan Reza pulang ke rumah setelah batal tawuran. Adlyan dan Dias serta Reza menumpangi satu motor.
Dalam perjalanan pulang tersebut, mereka berpapasan dengan Aipda WE.
Aipda WE berusaha menghentikan mereka, tapi para pelajar tersebut berusaha melarikan diri.
Mereka kemudian terlibat aksi kejar-kejaran.
Kronologis kejar-kejaran dengan polisi itu diungkap dua kawan Adlyan.
Mereka berpapasan dengan oknum polisi tersebut di kawasan Desa Kalentambo Kecamatan Pusakanagara. Aipda WE langsung mengejar dengan kendaraan dinas motor Yamaha Vixion.
"Saya yang berboncengan dengan korban dan satu teman saya, tiba-tiba dikejar oleh oknum polisi tersebut," ujar Dias, rekan korban, saat ditemui di Kantor Hukum Republik Law Firm, Kamis(7/12/2023).
Lanjut Dias, karena takut dikejar polisi yang saat itu hanya menggunakan seragam polisi berupa kaos, sehingga terjadi saling kejar-kejaran saat itu.
"Dalam kejar-kejaran tersebut, oknum polisi tersebut sempat 2 kali menabrakkan motornya kepada motor yang kami tumpangi bertiga, namun kami tidak terjatuh," katanya.
Kemudian dalam aksi kejar-kejaran tersebut, untuk ketiga kalinya polisi tersebut menabrakkan motornya ke motor yang kami tumpangi bersama korban hingga kami bertiga terjatuh.
"beruntung saya Dias dan Reza berhasil lari, sementara Adlyan atau korban berhasil ditangkap oleh oknum polisi tersebut dan langsung dipukuli dibagian wajah hingga Adlyan terjatuh," katanya.
Senada juga dikatakan oleh Reza, saat saya lari saya sempat melihat Adlyan Waher dipukul beberapa kali di bagian wajah oleh oknum polisi tersebut.
"Saya lihat Adlyan ditonjok oleh oknum polisi tersebut dibagian wajah," ucap
Saat melihat, Adlyan Waher dipukuli oknum polisi tersebut, saya ingin mencoba menolong tapi takut.
"Ingin nolong tapi takut kan beliau polisi, Adlyan pun akhirnya terkapar dan saya bersama Dias langsung kabur mengabari pihak keluarga Adlyan. Setelah itu saya tidak tahu lagi apa yang dilakukan oleh oknum polisi tersebut," tuturnya
Kedua kawan korban meminta oknum polisi yang telah menyebabkan nyawa Adlyan hilang tersebut untuk dihukum seberat-beratnya.
"Saya minta oknum polisi tersebut dihukum seumur hidup," ucapnya
Reza juga mengaku dirinya sudah memberikan kesaksian kepada penyidik Satreskrim Polres Subang terkait kasus penganiayaan yang menewaskan temannya tersebut dengan didampingi oleh kuasa hukum.
Ibunda minta pelaku dihukum mati
Wariha, ibu korban minta pelaku dihukum seberat-beratnya.
Wariha tak berhenti menangis saat ditemui di Kantor Hukum Republik Law Firm.
Wariha mengaku hingga saat ini tidak rela anaknya meninggal dianiaya oleh oknum polisi tersebut.
Ia berharap pelaku mendapatkan hukuman yang seberat-beratnya atas perbuatannya yang menghilangkan nyawa anaknya tersebut.
"Minta keadilan, harus dihukum seberat-beratnya, bila perlu dihukum mati, saya gak rela," kata Wariha.
Wariha mengaku masih sangat terpukul atas kepergian anaknya tersebut. Ia terus menangis saat diwawancara, bahkan sesekali ia menutupi wajahnya dengan jilbabnya tersebut.
"Jujur saya sampai hari ini masih sangat bersedih kehilangan anak kesayangan yang meninggal dengan keji dianiaya oknum polisi, salah apa anak saya sampai dianiaya seperti itu," katanya.
Wariha menyebut polisi yang harusnya menjadi pengayom, mengapa harus bertindak kekerasan hingga menghilangkan nyawa seseorang.
"Kenapa Setega itu menganiaya anak saya hingga meninggal dengan keji," lanjutnya.
Apalagi, kondisi anak Wariha ditemukan begitu mengenaskan.
"Kondisi anak saya juga saat ditemukan begitu mengenaskan dengan berlumuran darah, seluruh bagian muka hingga bibir penuh lebam," ucapnya
Kini, Wariha pun telah menguasakan penanganan perkara kepada kuasa hukumnya, Asep Rohman Dimyati.
Sekali lagi ia menegaskan, pihak keluarga ini oknum polisi itu mendapatkan hukuman seberat-beratnya.
"Permintaan keluarga kami cuma satu, oknum polisi tersebut harus dihukum seberat-beratnya, bila perlu dihukum mati dan dipecat dari profesinya sebagai polisi, karena sudah bertindak arogan dan tak pantas jadi pengayom dan pelindung masyarakat," katanya.
Baca juga: 5 Fakta Pembunuhan 4 Anak di Jagakarsa, Mayat Berjejer di Kasur, Sang Ayah Diduga Jadi Pelaku
Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com
Baca Berita Lainnya di Google News
Sering Dianggap Remeh, Segini Penghasilan Tukang Jahit di Manado Sulawesi Utara |
![]() |
---|
Aturan Baru MK Soal Mantan Narapidana Jadi Calon di Pilkada, Berikut Perubahannya |
![]() |
---|
CEO Tribun Network Dahlan Dahi Dinobatkan sebagai Tokoh Mediah Berpengaruh |
![]() |
---|
Ini 6 Waktu Terbaik dan Mustajab untuk Berdoa, Insya Allah Bikin Doa Cepat Terkabul |
![]() |
---|
Sekjen Apkasi Joune Ganda Buka Business Matching Komoditi dan Investasi Daerah di Tangerang |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.