Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Berita Katolik

Potret Peringatan Hari Raya Tuhan Kita Yesus Kristus Raja yang Digelar Umat Katolik di Minut

Paroki Santa Ursula Watutumou, Minahasa Utara (Minut), Sulawesi Utara merayakan Hari Raya Tuhan Kita Yesus Kristus Raja, Minggu 26 November 2023.

Penulis: Fistel Mukuan | Editor: Chintya Rantung
Ist/Komsos Paroki Watutumou
Peringatan Hari Raya Tuhan Kita Yesus Kristus Raja yang Dilakukan Umat Katolik Paroki Santa Ursula Watutumou Minut 

TRIBUNMANADO.CO.ID - Paroki Santa Ursula Watutumou, Minahasa Utara (Minut), Sulawesi Utara merayakan Hari Raya Tuhan Kita Yesus Kristus Raja, Minggu 26 November 2023.

Hari Raya Tuhan Kita Yesus Kristus Raja dirayakan Umat Katolik di seluruh dunia.

Perayaan dimulai dengan perarakan yang merupakan bagian misa Semesta Alam.

Diawali dengan suara pekikan mengema di jalan raya Manado-Bitung.

Suara pekikan itu berasal dari Kabasaran Desa Kaleosan, Kabupaten Minahasa Utara atas nama Stasi Kaleosan Paroki Santa Ursula Watutumou.

Peringatan Hari Raya Tuhan Kita Yesus Kristus Raja yang Dilakukan Umat Katolik Paroki Santa Ursula Watutumou Minut
Peringatan Hari Raya Tuhan Kita Yesus Kristus Raja yang Dilakukan Umat Katolik Paroki Santa Ursula Watutumou Minut (Ist/Komsos Paroki Watutumou)

Suara pekikan Kabasaran sahut menyahut dengan tarian Caci dari Manggarai oleh Barisan Masyarakat NTT di Sulawesi Utara (Sulut).

Kedua rombongan tarian itu persis berada di belakang putra-putri altar Paroki Santa Ursula Watutumou.

Mereka semua menghantar umat Paroki Watutumou dari tujuh stasi dan satu pusat paroki yang berarak dari halaman Badan Pendidikan dan Latihan Sulawesi Utara, ke halaman belakang gereja Paroki Watutumou.

Pastor Paroki Paroki Watutumou Pastor John Rawung dalam khotbahnya mengatakan, hari Raya ini secara resmi ditetapkan oleh Paus Pius XI, pada 11 Desember 1925, sebagai akhir perayaan Yubileum pada tahun itu.

Menurut Pastor, penetapan Hari Raya ini ditandai dengan sebuah Ensiklik dari Pius XI yang berjudul Quas Primas (Yang Pertama).

Lebih lanjut Partor katakan, konteks penetapan Hari Raya dan kemunculan Ensiklik ini ialah perlawanan terhadap tendensi ‘sekularisme’ dalam dunia, yang juga menyerang Gereja Katolik waktu itu.

"Bagi Paus, sebuah ensiklik tak cukup tapi sebuah perayaan liturgis akan secara perlahan namun efektif mengubah mentalitas umat," katanya.

Paus Pius IX mengharapkan, kata Rawung, dengan merayakan perayaan ini dalam ritus liturgi, diharapkan bahwa umat Katolik semakin terpusat pada kekuasaan Kristus.

"Hanya Kristus lah Raja semesta alam, Awal dan Akhir," ujarnya.

Ia menjelaskan Paus Pius XII dalam Ensiklik Ad caeli Reginam (Ratu Surga), 11 Oktober 1954 kembali menegaskan kuasa Kristus atas alam semesta.

Sumber: Tribun Manado
Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved