Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Cerita Al Quran

Sebab Turunnya Ayat 74 Surah At Taubah : Kisah Kemarahan Umair bin Saad, Sahabat Nabi yang Tegas

Mengulas sebab turunnya ayat 74 surah at taubah : kisah kemarahan umair bin saad ra, seorang sahabat Nabi yang tegas, bercerita tenang orang munafik.

Editor: Yuri Senita Amalia Dasinangon
tribunmanado(ho)/freepik
Sebab turunnya ayat ke 74 surah at taubah dilandasi atas kemarahan Umair bin Saad. 

TRIBUNMANADO.CO.ID - Simak penjelasan sebab turunnya Ayat 74 Surah At Taubah berikut yang dilandasi dari kemarahan sahabat Nabi yaitu Umair bin Saad ra.

Setiap ayat dalam Al Quran mempunyai latar belakang masing-masing terkait alasan atau peristiwa yang mendasarinya.

Sebab, pada dasarnya Al Quran yang menjadi kitab suci umat islam mengandung kisah, pendoman hidup serta peringatan bagi umat manusia.

Tentang betapa besarnya kekuasan dan kebesaran Allah SWT.

Termasuk ayat 74 Surah At Taubah berikut ini.

Baca juga: Asbabun Nuzul Surah Jinn, Sebab Turunnya Dalam Al Quran

Surah At Taubah merupakan surah ke - 9 dalam Al Quran.

Dan Surah ini juga termasuk kedalam golongan surah-surah Madaniyah.

Atau surah-surah yang turun di madinah.

Surah At Taubah terdiri atas 129 ayat.

Pada salah satu ayatnya yang berisikan tentang orang-orang munafik didasari oleh perilaku dari seorang sahabat Nabi Muhammad SAW yang bernama Umair bin Saad.

Dikutip dar laman kemenag.go.id bahwa Umair bin Saad merupakan sahabat Rasullullah yang diangkat menjadi gubernur Kota Homs Syiria pada masa kepemimpinan Khalifah Umar bin Khattab.

Pada suatu ketika sahabat Nabi Umair bin Saad ra marah besar.

Ia marah kepada kerabatnya sendiri yang bernama Jullas bin Suwait bin Shamit.

Keluarga dekatnya itu menghina Rasulullah dengan perkataan tak pantas. Saat itu Umair bin Saad sudah memeluk Islam, sedangkan Jullas belum berislam.

Meski Jullas adalah keluarganya, namun Umair bin Saad merasa Rasulullah lebih layak dibela.

Di situlah Umair bin Saad membuktikan keislamannya.Kepada Jullas ia akhirnya mengatakan sikapnya dengan tegas.

“Wahai Jullas, demi Allah, sesungguhnya engkau adalah orang yang paling aku cintai, orang yang paling baik di sisiku dan paling tidak aku sukai jika engkau mengalami sesuatu yang tidak kau sukai.” Ujarnya.

Umari melanjutkan, “Akan tetapi engkau telah mengucapkan suatu kalimat yang andai disebarkan pastilah hal itu akan menyakitimu dan jika aku diamkan rusaklah agamaku. Sungguh hak agama itu lebih layak untuk dipenuhi dan aku harus menyampaikan yang kau katakan itu kepada Rasulullah.”

Begitulah ketegasan Umair terhadap akidahnya.Sikap yang membuktikan kecintaanya pada Allah dan Rasulullah.

Dari peristiwa inilah kemudian turun ayat 74 dari surah At Taubah.

Peristiwa ini menjadi asbabun nuzul ayat tersebut.

Ayat tersebut artinya: Mereka (orang munafik) bersumpah dengan (nama) Allah, bahwa mereka tidak mengatakan (sesuatu yang menyakiti Muhammad). Sungguh, mereka telah mengucapkan perkataan kekafiran, dan telah menjadi kafir setelah Islam, dan menginginkan apa yang mereka tidak dapat mencapainya; dan mereka tidak mencela (Allah dan Rasul-Nya), sekiranya Allah dan Rasul-Nya telah melimpahkan karunia-Nya kepada mereka. Maka jika mereka bertobat, itu adalah lebih baik bagi mereka, dan jika mereka berpaling, niscaya Allah akan mengazab mereka dengan azab yang pedih di dunia dan akhirat; dan mereka tidak mempunyai pelindung dan tidak (pula) penolong di bumi.

Ucapan Umair ini kelak dipuji oleh Nabi Muhammad saw.

Dan akhirnya Jullas bertobat dan mengakui salah. Ia kemudian menjadi muslim yang baik.

Saat mendengar kisah Umair dan Jullas ini Rasulullah kemudian memegang telinganya dan bersabda di dekatnya.

“Wahai anak muda, telingamu telah memenuhi janji dan Tuhanmu telah membenarkanmu.”

Khalid Muhammad Khalid dalam bukunya menyebut, bahwa Umair bin Saad oleh sahabat dijuluki sebagai tokoh unik tiada duanya.

Dalam riwayat dikisahkan bahwa Umair bin Saad selalu berada di barisan terdepan dalam dua keadaan, yakni salat berjemaah dan peperangan.

“Allah swt menjadikan Umair sebagai orang yang dicintai dalam hati para sahabat. Ia menjadi penyejuk dan tumpuan hati mereka. Demikian itu karena kekuatan iman, kejernihan hati, ketenangan watak, aroma laku, dan cahaya kehadirannya mampu menimbulkan kegembiraan dan keceriaan bagi setiap orang yang duduk bersama atau melihatnya. Ia tidak pernah mementingkan seorang pun dan tidak pula mementingkan sesuatu pun melebihi agamanya.” Tulis Khalid Muhammad Khalid dama bukunya Biografi 60 Sahabat Rasulullah.

(tribunjambi.com)

Baca juga: Asbabun Nuzul Surah Yasin, Surah yang Sering Menjadi Amalan Dalam Al Quran

Baca berita-berita terbaru Tribun  Manado di : Google News

Sumber: Tribun Jambi
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved