Manado Night Life
Kisah Pengemudi Taksi Perahu Malam di Manado Bernama Yunan, Pernah Ketemu Wanita di Tengah Laut
Waktu padat penumpang sebentar lagi dan para pengemudi perahu taksi duduk di atas perahu masing-masing. Mereka bercakap-cakap dengan serius.
Penulis: Arthur_Rompis | Editor: Isvara Savitri
TRIBUNMANADO.CO.ID, MANADO - Malam hari merupakan saat mengais rezeki bagi para pengemudi perahu taksi di Kuala Jengki, Kota Manado, Sulawesi Utara.
Bermodalkan dayung, mereka berupaya menaklukan kehidupan malam di atas Teluk Manado yang lebih keras dari di darat.
Deretan perahu berjejer di tepi Kuala Jengki, lebih tepatnya di samping Pasar Bersehati, Manado, Rabu (4/10/2023) malam.
Jarum jam menunjukkan pukul 01.00 Wita.
Waktu padat penumpang sebentar lagi dan para pengemudi perahu taksi duduk di atas perahu masing-masing.
Mereka bercakap-cakap dengan serius atau ngolor ngidul.
Ada pula yang sendirian sambil menikmati kopi dan rokok.
Seorang pengemudi perahu taksi mengibaratkan itu apel sebelum kerja besar dimulai.
"Kalau orang kantoran biasa apel sebelum kerja, kami juga ini mirip apel. Hanya bedanya berlangsung malam hari," kata seorang di antaranya sambil tertawa.
Setengah jam kemudian, penumpang mulai ramai.
Para pengemudi perahu taksi bergegas menuju ke arah seberang.
Di sana, di Kampung Jengki, sudah menanti para pedagang bersama barang mereka.
Kemudian perahu didayung kembali ke Dermaga Kalimas.
Suasana mendadak riuh.
Ada ibu-ibu yang mengucap syukur, ada pula yang mengeluh karena pelayaran penuh goncangan.
Kian dekat pagi, perahu kian penuh.
Pedagang semakin banyak yang butuh tumpangan ke Pasar Bersehati.
Mereka merasa lebih murah dan dekat lewat laut.
Hanya bayar Rp 2 ribu per orang, serta bebas portal.
Sebelum perahu berangkat, terdengar teriakan pengemudi perahu taksi untuk menaati aba-aba agar selamat berlayar.
Tribunmanado.co.id mewawancarai seorang pengemudi perahu taksi bernama Yunan.
Wawancara dengan Yunan berlangsung di atas perahu.
Ia tak keberatan membawa tribunmanado.co.id berlayar dengan perahunya menyusuri Kuala Jengki yang tersambung dengan Teluk Manado.
Yunan berumur 39 tahun dan sudah kenyang pengalaman sebagai pengemudi perahu taksi.
"Saya kerja seperti ini dari 17 tahun," kata dia.
Waktu kerja Yunan adalah pukul 15.00-06.00 Wita.
Ia rela begadang karena waktu paling ramai adalah di atas pukul 02.00 Wita.
"Ini waktu-waktu yang ramai karena banyak pedagang yang datang ke Pasar Bersehati. Mereka memilih pakai jasa perahu karena murah dan tidak lewat portal," katanya.
Bekerja di malam hari berarti berhadapan dengan 1.001 kesulitan.
Yunan musti bekerja keras mengatasinya.
Baca juga: 4 MuA Bitung, Make Over Rambut dan Wajah 31 Dancer Tarian Kolosal
Baca juga: Viral Kisah Ibu Soud, Menangis Kehilangan Uang Arisannya yang Hangus dalam Kebakaran di Solo
"Malam hari biasanya lebih kuat anginnya, ini membuat arus lumayan. Kita pun harus mendayung dengan kuat," ujar dia.
Jika arus terlalu kuat, ia harus dibantu seorang lagi.
Di tengah wawancara, Yunan terbatuk, tangan ia dekapkan di dada.
"Dingin juga mengganggu saya. Di sini dingin sekali kalau malam, saya selalu sedia jaket hangat," ujar dia menunjuk sebuah kain di ujung perahu.
Gangguan lain adalah orang mabuk.
Banyak yang sudah menenggak miras sebelum naik perahu.
"Akibatnya ada yang sampai jatuh ke air," katanya.
Yunan juga kerap mendapat kunjungan tak terduga.
Sementara mendayung perahu, ia sering melihat penampakan wanita di air.
"Ya maklum ini kan Kuala Jengki yang banyak orang mati hanyu. Kalau begitu sih biasa, tapi yah tidak mengganggu. Ada wanita di air dan dermaga," kata dia.
Sudah puluhan tahun menjalani pekerjaan itu, namun Yunan kadang tak kuasa menahan kantuk.
Ini terjadi terutama kala hujan dan ia merasa kelelahan.
"Ngantuk juga kadang menerpa, makanya perlu kopi dan rokok," kata dia.
Yunan menunjuk sebuah tempat di depannya.
Di situ ada gelas, stoples, dan termos.

"Itu tempat kopi, sengaja ditaruh di situ dekat saya agar bisa buat kopi dengan mudah," katanya.
Yunan kadang patah semangat melihat penumpang sedikit, padahal ia sudah bela-belain begadang.
"Rasanya jadi lemah kalau penumpang hanya satu di saat mustinya ramai. Kan bayarnya hanya Rp 2 ribu sementara saya musti mengayuh perahu ini sejauh hampir 100 meter," kata dia.
Beda dengan jika banyak penumpang.
Ia bisa sangat bersemangat, mengayuh tanpa lelah meski 10 kali bolak balik.
"Jika ramai energi saya tumbuh," katanya.
Bicara duka tak ada habisnya. Mengenai suka, sukar dilukiskan.
"Kalau ramai memang asyik sekali berada di sini. Kemudian suka terbesarnya adalah pulang ke rumah bawa uang dan lihat tawa anak dan istri," katanya.
Yunan mengaku bisa menyambung hidup dengan rezeki dari Kuala Jengki.
Sehari ia bisa meraup Rp 100 ribu.
"Ini bisa untuk ongkosi tiga anak saya," kata dia.
Menurut Yunan, taksi perahu tak termakan zaman.
Ini karena peminatnya tetap banyak.
"Para pedagang tetap merasa lebih mudah pakai ini, jadi kami tetap bertahan di sini," katanya.
Belakangan penumpangnya bukan hanya pedagang, tapi juga turis.
Baca juga: Nasib AKP Ivans Djarat Kapolsek Komodo Pelaku Aniaya Security Bank di NTT, Langsung Pamit
Baca juga: Doa dan Keutamaan Melaksanakan Sholat Dhuha, Dilaksanakan di Pagi Hari
"Banyak turis Tiongkok yang suka jalan-jalan dengan perahu. Pemandangan di sini memang indah," kata dia.
Sampai kapan akan bertahan?
"Sepanjang diperlukan, tentu sangat senang membantu masyarakat," kata dia.(*)
Baca berita lainnya di: Google News.
Berita terbaru Tribun Manado: klik di sini.
Perjuangan Driver Ojol di Kota Manado Sulawesi Utara, Bekerja Tanpa Henti Hingga Larut Malam |
![]() |
---|
Kisah Suami di Dunia Malam Manado Sulawesi Utara, Istri Wajib Setor Uang Setiap Hari |
![]() |
---|
Kisah Wanita Malam di TKB Manado Sulawesi Utara: Dapat Izin Suami, Tetap Bekerja Saat Hamil |
![]() |
---|
Kisah Atang, Tukang Gunting Rambut Malam Hari di Minut, Pernah Cat Rambut Pelanggan Dini Hari |
![]() |
---|
Pertarungan Kehidupan Malam di Manado Sulawesi Utara, Usia 19 vs 60 Tahun |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.