Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Jerry Sambuaga

Wamen Perdagangan Jerry Sambuaga Pernah Berdebat dengan Uni Eropa soal Pelarangan Minyak Sawit

Indonesia menilai langkah Uni Eropa sebagai bentuk diskriminasi, karena bahan untuk biodiesel yang dimiliki UE dianggap tidak kompetitif. 

Penulis: Fernando_Lumowa | Editor: Rizali Posumah
HO
Wakil Menteri Perdagangan RI, Jerry Sambuaga dalam Konferensi Minyak Nabati Berkelanjutan Kedua (SVOC ke-2) di ITC Maratha Hotel di Mumbai, India, 27 September 2023. 

Manado, TRIBUNMANADO.CO.ID - Masa depan produk minyak kelapa sawit begitu suram di Uni Eropa (UE). 

Kawasan ini akan menghentikan sama sekali pemakaian minyak sawit sebagai bahan bakar hayati pada 2030. 

Langkah ini pun, diprotes Indonesia.

Indonesia menilai langkah ini sebagai bentuk diskriminasi, karena bahan untuk biodiesel yang dimiliki UE dianggap tidak kompetitif. 

Ancaman boikot produk Eropa pun siap dilayangkan Indonesia.

Tahun lalu, ekspor sawit Indonesia ke UE hampir lima juta ton, dan lebih dari setengahnya digunakan untuk biofuel. 

Jumlah itu mencapai empat belas persen dari total ekspor sawit

Namun kini, UE bakal menyetop penggunaan sawit untuk biodiesel sebagaimana tercantum dokumen Delegated Regulation Supplementing Directive of The EU Renewable Energy Directive II (RED II).

Wakil Menteri Perdagangan RI Dr Jerry Sambuaga pernah berdebat dengan UE karena pelarangan kelapa sawit. 

Putra Kawanua itu menceritakan ihwal perdebatan dengan UE dalam ajang The Second Sustainable Vegetable Oils Conference (2nd SVOC) Held at ITC Maratha Hotel in Mumbai, India, September 27, 2023 (Konferensi Minyak Nabati Berkelanjutan Kedua (SVOC ke-2) yang diadakan di ITC Maratha Hotel di Mumbai, India, 27 September 2023, baru-baru ini. 

Pada konferensi tersebut, Ketua DPP Golkar ini menyatakan bahwa Indonesia memandang india dan Malaysia sebagai mitra penting dan strategis serta produk minyak sawit kedua negara telah memberikan banyak nilai tambah dan dampak positif bagi India. 

“Dampak positif produk sawit ini perlu disebarluaskan ke seluruh dunia agar tidak terjadi miskonsepsi terhadap sawit,” kata Anggota Dewan Pakar Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Kerukunan Keluarga Kawanua (KKK) ini.

Pria yang pernah mengajar di Universitas Indonesia (UI), Universitas Sam Ratulangi (Unsrat) dan Universitas Pelita Harapan (UPH) ini berkisah pernah berdebat dengan UE mengenai tindakan mereka yang diskriminatif terhadap produk kelapa sawit Indonesia dengan melarang penggunaan minyak sawit karena UE percaya bahwa perkebunan kelapa sawit terkait dengan deforestasi. 

“Saya tanya kembali berapa banyak kawasan hijau yang mereka (UE) pelihara.

Mereka menjawab kurang dari 20 persen, sedangkan Indonesia menjaga lebih dari 50 persen kawasan hijau (sambil memproduksi kelapa sawit), sehingga isu lingkungan hidup yang disampaikan oleh UE tidak relevan,” kata Wakil Ketua Dewan Pakar Generasi Penerus Perjuangan Merah Putih (GPPMP) ini.

Halaman
12
Sumber: Tribun Manado
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved