Manado Nightlife
Para Ibu yang Rela Tak Tidur Demi Jualan Nasi Kuning, Ini Kisah Pahlawan Kuliner di Komo Manado
Rasanya tak ada "penikmat" malam di kota Manado yang tak pernah mencicipi nasi kuning Komo.
Penulis: Arthur_Rompis | Editor: Rizali Posumah
Manado, TRIBUNMANADO.CO.ID - Sejak lama daerah Komo dikenal sebagai lokasi nasi kuning legendaris Manado, Provinsi Sulawesi Utara (Sulut).
Daya tarik lokasi ini adalah buka sepanjang malam.
Rasanya tak ada "penikmat" malam di kota Manado yang tak pernah mencicipi nasi kuning Komo.
Seperti seorang pria sukses yang berhasil berkat eksistensinya ibunya.
Begitu juga nasi kuning legendaris Komo.
Bisa eksis puluhan tahun berkat keuletan para ibu.
Mereka yang memasak nasi kuning, mereka pula yang menjajakannya sepanjang malam.
Para ibu ini rela tak tidur, bukan hanya demi keluarga, tapi demi warga Manado.
Agar mereka tak patah kompas saat cari makanan pada malam hari.
Tribun mengunjungi lokasi nasi kuning Komo pada Rabu (20/9/2023).
Tribun datang pada pukul 22.00 Wita.
Ternyata itu masih "pagi".
"Ini masih "pagi" pak, orang belum banyak yang datang, biasa nanti banyak orang saat tengah malam hingga subuh," kata seorang ibu penjual nasi kuning yang mengaku bernama Ani.
Dia menjual di tempat menyerupai toko.
Berbeda dengan tempat lain yang hanya buka kios emperan toko.
Ia mengaku jualan dari sore hingga pukul empat pagi.
"Ya pasti tidak tidur, nanti kami tidur pagi pagi," katanya.
Sayang ia enggan diwawancarai lebih lanjut.
"Harus izin pak bos," kata dia.
Tribun mencari lokasi lain. Di sana ada sekira delapan kios. Nyaris semua penjualnya wanita. Sudah berumur pula.
Mungkin 40 tahun ke atas. Semua pada sibuk. Ada yang melayani tamu. Ada pula yang lagi siapkan bahan-bahan.
Yang kebetulan tak sibuk adalah Mulyati.
Sewaktu tribun bertandang di kiosnya, Mulyati tengah mengamati jalan Sudirman di depannya, dimana volume kendaraan sudah jauh berkurang.
Mulyati sudah berumur 60 tahun. Tapi masih cekatan.
Juga tahan udara dingin. Ia tak pakai jaket.
"Biasa begini," katanya.
Mulyati mengaku sudah belasan tahun jualan nasi kuning.
Setelah berpindah pindah lokasi, ia pun menetap di Komo.
Awal berjualan di Komo adalah periode penuh perjuangan bagi Mulyati.
Ia melakoni pekerjaan itu dari hulu sampai hilir.
"Saya memasak dan menjualnya sendiri, tak pakai orang kerja, karena uang akan terbagi," kata dia.
Jualan nasi kuning sepanjang malam berarti mengorbankan tidur yang sesunguhnya dibutuhkan manusia normal.
Juga musti masuk ke dalam dunia malam yang tantangannya sukar diprediksi. Awalnya ia kesulitan.
"Saya sempat kesulitan, tak tidur badan terasa lemah," katanya.
Kerap kali ia merasa kelelahan dan tertidur. Pembeli membangunkannya.
"Saya kerap dibangunkan pembeli," katanya.
Lama kelamaan ia jadi kuat. Pengalaman membuatnya memproduksi sendiri teori menghadapi tantangan di malam hari.
"Ya kalau ada orang mabuk, tentu musti ada cara mengatasinya yakni dengan kelembutan," katanya.
Tantangan malam bukan hanya orang mabuk. Tapi juga orang iseng.
Hal mistik pun pernah dialaminya.
"Pernah ada yang datang kemari lantas sebut di salah satu kursi ada orang duduk, padahal kosong, tapi saya biasa saja," katanya.
Mulyati selesai jualan sekira pukul 4 pagi.
Tapi ia tak langsung pulang rumah untuk istirahat.
"Saya pergi ke pasar untuk belanja, lalu pulang dan tidur siangnya," kata dia.
Bekerja keras sepanjang waktu, herannya tubuh Mulyati sehat. Ia tak alami darah tinggi, diabetes atau jantung, sebagaimana kerap dialami orang dengan pola tidur yang tak normal.
"Alhamdulilah sehat, hanya kolesterol yang sedikit tinggi, ibu ibu disini juga sehat, tak ada penyakit akut," katanya.
Kini kerja Mulyati tak sekeras dulu. Waktu jualannya hanya sampai pukul sebelas malam.
"Setelah itu gantian anak saya yang jualan," katanya. Tak ada yang sia sia.
Usahanya berbuah manis.
"Saya sudah punya rumah dari jualan nasi kuning, dua anak juga sudah berkeluarga, ke depan saya berharap ada panggilan untuk naik haji," katanya.
Mulyati membeber, omzetnya perhari bisa mencapai 700 ribu hingga sejuta per malam.
Meski demikian, aku dia, penurunan omzet terus terjadi.
"Mungkin sudah banyak tempat jualan malam di Manado," kata dia.
Namun ia tak surut langkah.
Baginya tantangan ada untuk dikalahkan.
"Selalu ada tantangan, tapi selalu ada jalan untuk bangkit," katanya. (Art)
Baca berita lainnya di: Google News.
Berita terbaru Tribun Manado: klik di sini.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.