Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Nasional

Nama BBM Subsidi Pengganti Pertalite, Akan Berlaku 2024, Kadar Oktan Lebih Tinggi

Namun, menurut Nicke, harga Pertamax Green 92 diusulkan masuk dalam kategori jenis subsidi sehingga harganya tidak akan diserahkan ke pasar.

Editor: Alpen Martinus
WARTA KOTA/HENRY LOPULALAN
Inilah harga BBM terbaru di SPBU Pertamina di Indonesia per Sabtu (8/4/2023). Ada Pertalite, Pertamax hingga solar. 

TRIBUNMANADO.CO.ID - Pemerintah melalui Pertamina mulai mencari alternatif bahan bakar minyak yang akan disubsidi.

Saat ini, pemerintah memberikan subsidi terhadap jenis Pertalite dan Solar.

Permerintah berencana akan menghapuskan pertalite pada 2024 mendatang.

Baca juga: Mulai Tahun Depan Pertalite Akan Dihapus, Cek Harga BBM Pertamina Terbaru Hari Ini 31 Agustus 2023

Namun BBM bersubsidi tetap disediakan oleh pemerintah.

Pertamina menghadirkan penggantinya yaitu Pertamax Green 92.

Rencana tersebut sudah disampaikan oleh Pertamina ke DPR RI.

Lalu berapakah harga yang akan dibanderol?

Baca juga: Update Harga BBM Terbaru Hari Ini Selasa 29 Agustus 2023: Pertamax, Pertalite hingga Solar

Lalu, apa itu Pertamax Green 92?

Pertamax Green 92 ini adalah Bahan Bakar Minyak (BBM) yang akan menggantikan Pertalite setelah dihapus oleh Pertamina.

Pertamina mengusulkan untuk menghapus Pertalite dari pasaran mulai tahun depan.

Dilansir dari TribunStyle, Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati mengatakan rencana ini sudah diusulkan ke Pemerintah.

Baca juga: Viral di Media Sosial, Warga Isi BBM Subsidi Jenis Pertalite ke Galon di Bitung Sulawesi Utara

Lantas, apa itu Pertamax Green 92?

Hingga saat ini, Kamis (31/8/2023), di laman resmi Pertamina belum ada penjelasan detail mengenai Pertamax Green 92.

Namun, mengacu penjelasan Nicke dalam Rapat Dengar Pendapat dengan Komisi VII DPR RI, Rabu (30/8/2023), Pertamax Green 92 adalah BBM hasil percampuran antara Pertalite (RON 90) dengan etanol.

Pertamax Green 92 ini akan memiliki oktan lebih tinggi yakni 92.

Dikatakan Nicke, dengan dihapuskannya Pertalite, nantinya Pertamina hanya mengeluarkan tiga produk yakni:

1. Pertamax Green 92: campuran RON 90 dengan 7 persen etanol atau E7.

2. Pertamax Green 95: campuran Pertamax Ron 92 dengan 8 persen etanol.

3. Pertamax Turbo.

Berapa harga Pertamax Green 92? Apakah sama dengan harga Pertalite yang dibanderol Rp 10.000 per liter

Hingga berita ini ditulis, belum ada penjelasan berapa harga Pertamax Green 92 nantinya.

Namun, menurut Nicke, harga Pertamax Green 92 diusulkan masuk dalam kategori jenis subsidi sehingga harganya tidak akan diserahkan ke pasar.

"Ketika ini menjadi program pemerintah, Pertamax Green 92, harganya pun tentu ini adalah regulated, tidak mungkin yang namanya JBKP harganya diserahkan ke pasar, karena ada mekanisme subsidi atau kompensasi di dalamnya," terang Nicke.

Sementara itu, saat ini Pertamina sudah menjual Pertamax Green 95.

Pertamax Green 95 merupakan bahan bakar hasil dari pengembangan energi terbarukan berupa Bioetanol yang sudah teruji oleh WWFC (Worldwide Fuel Charter) yang menjadikan Pertamax Green 95.

Saat ini Pertamax Green 95 dijual seharga Rp 13.500 per liter atau lebih mahal dari Pertamax yang dibanderol Rp 12.400 per liter.

Namun, belum semua SPBU menyediakan BBM Pertamax Green 95.

Pertamina akan menghapus BBM RON 90 atau Pertalite pada tahun 2024.

Direktur Utama Pertamina, Nicke Widyawati mengatakan Pertamina akan memindahkan subsidi ke BBM RON 92 atau Pertamax.

Rencana menghapus Pertalite ini telah disepakati dengan pemerintah sebagai salah satu road map meningkatkan kualitas BBM yang dijual ke masyarakat.

Kebijakan ini juga sebagai langkah menaati aturan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) di mana BBM yang boleh dijual di Indonesia wajib minimal beroktan 91.

"Kita dulu dua tahun memulai program Langit Biru. Program pertama adalah kita menaikkan BBM subsidi dari RON 88 menjadi RON 90. Ini kita lanjutkan sesuai dengan rencana program Langit Biru tahap kedua, di mana BBM subsidi kita naikkan dari RON 90 ke RON 92," kata Nicke saat Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan Komisi VII DPR RI, Rabu (30/8).

"Karena aturan KHLK menyatakan oktan number yang boleh dijual di Indonesia 91," ujarnya.

Selain itu, Nicke mengatakan BBM RON 92 atau Pertamax akan dicampur dengan etanol gasoline Pertamina.

"Tahun 2024 kami mengeluarkan lagi yang kita sebut Pertamax Green 92. Sebetulnya itu Pertalite kita campur dengan etanol, naik oktannya dari 90 ke 92," katanya.

Dengan demikian, kata Nicke, tahun depan hanya akan ada tiga produk yang dikeluarkan Pertamina.

Pertama, Pertamax Green 92 dengan campur RON 90 dengan 7 persen etanol atau E7.

Kedua, Pertamax Green 95 mencampur Pertamax Ron 92 dengan 8 persen etanol. Dan ketiga adalah Pertamax Turbo.

"Jadi ada dua green gasoline, green energy, low carbon yang akan menjadi produk dari Pertamina," katanya.

Nicke menjelaskan strategi pencampuran BBM dengan etanol akan berdampak baik bagi lingkungan dan ekonomi karena sejalan dengan komitmen Pertamina membantu pemerintah menurunkan emisi karbon dan subsidi energi.

"Jadi ini sudah sangat pas, satu, aspek lingkungan bisa turunkan karbon emisi. Kedua, mandatory bioetanol bisa kita penuhi. Ketiga, kita menurunkan impor gasoline," ujar Nicke.

Secara bertahap, ia mengatakan hal ini akan terus dilakukan sehingga pada tahun 2025 diharapkan permintaan etanol meningkat seiring konsumsi BBM. Hal ini, sambungnya, akan meningkatkan investasi di sektor bioenergi.

"Ini apalagi pemerintah telah mengeluarkan Perpres dimana kemudian mengalokasikan 700 ribu hektar untuk swasembada gula dan etanol dan kami harap dari situ ada tambahan supali 1,2 juta kiloliter untuk campuran dari gasoline ini," jelasnya.

Untuk ketersediaan etanol, Nicke menjelaskan Pertamina akan mengimpornya. Maka itu Nicke juga meminta dukungan pemerintah, salah satunya membebaskan bea cukai bioetanol.

"Tentu kami perlu support tentu satu pembebasan bea cukai, kedua sampai investasi bioetanol ini terjadi di dalam negeri, maka kita harus impor dulu tapi itu tidak masalah karena kita pun impor gasoline," ucapnya.

"Kita hanya mengganti impor gasoline dengan impor etanol secara emisi lebih baik dan untuk itu sementara belum kita memenuhi dalam negerinya, kita juga minta ada juga pembebasan dari pajak impornya," imbuhnya.

Pemerintah telah mengeluarkan peraturan presiden (perpres) baru yang mengalokasikan 710 hektare untuk swasembada gula maupun etanol.

Dari perpres tersebut, Nicke berharap ada tambahan suplai 1,2 juta KL sebagai bahan pencampuran bensin tersebut.

"Jadi itu yang kami harapkan support dari komisi VII, mengingat Indonesia ini sangat strategis karena bisa serap tenaga kerja banyak. Kita juga bisa gunakan energi sesuai dengan domestic resources yang kita miliki which is BBM dan bisa kurang emisi dengan cepat, apalagi sekarang masalah polusi lagi hits," sambung Nicke.

Artikel ini telah tayang di TribunJatim.com

Sumber: TribunJatim.com
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved