HUT Manado
KISAH Watu Sumanti, Batu Sakti yang Penuh Misteri, Terletak di Perkampungan Pertama di Manado
Keberadaan Wanua Ares berhubungan dengan Batu Sumanti. Batu yang konon bisa menggandakan diri.
Penulis: Tim Tribun Manado | Editor: Indry Panigoro
TRIBUNMANADO.CO.ID - Selamat HUT Kota Manado.
Hari ini 14 Juli 2023, Manado genap berusia 400 tahun.
Kalau berbicara soal Manado mungkin banyak yang tahu hanya soal 3 B nya.
Bubur Manado, Bunaken Manado dan Bibir Manado.
Namun tak banyak yang tahu sejarah panjang Ibu Kota Sulawesi Utara itu.
Sebelum memiliki 11 kecamatan dan 87 kelurahan (dari total 171 kecamatan, 332 kelurahan dan 1.507 desa di seluruh Sulawesi Utara).
Kota Manado diawali dengan berdirinya sebuah perkampungan.
Manado diawali berdirinya sebuah perkampungan yang bernama Wanua Ares.
Dari informasi yang dirangkum tribunmanado.co.id dari berbagai sumber,
Wanua Ares didirikan pada abad ke XIII oleh Ruru Ares yang bergelar Dotu Lolong Lasut.
Wanua Ares beribukota Tikala.
Keberadaan Wanua Ares berhubungan dengan Watu Sumanti.
Batu yang konon bisa menggandakan diri.
Sekitar batu tersebut terdapat tanah yang disebut Lezar Um Banua, yang artinya tanah negeri.
Tanah dalam pengertian Lezar Um Banua inilah yang kemudian ditempati dan menjadi pemukiman awal di kota Manado.
Nah bagaimana keadaan pemukiman awal Manado saat ini. Amatan tribunmanado.co.id, Kamis (13/7/2023), area sekitar Batu Sumanti telah jadi pemukiman penduduk padat.
Lokasi batu itu bersisian dengan rumah penduduk.
Pada jarak sekira tiga meter dari batu terdapat sebuah bangunan yang kini difungsikan sebagai Posyandu.
Samping bangunan itu berderet beberapa rumah penduduk.
Bangunan batu itu berada dalam lorong selebar empat meter.
Depan lorong yang langsung menuju ke jalan terdapat banyak tempat usaha.
Daerah tersebut dikenal sebagai lokasi tempat usaha jasa di kota Manado.
Kebanyakan rumah telah bertipe modern.
Banyak yang besar bangunannya dan bersusun dua.
Namun banyak pula yang masih mempertahankan ciri khas rumah di zaman Belanda.
Daerah Ares hanya berjarak ratusan meter dari kantor Wali Kota Manado.
Kisah Watu Sumanti
Ya tersembunyi di antara pemukiman warga yang padat di Kelurahan Tikala Ares Lingkungan 2, Kecamatan Tikala, Manado, Sulawesi Utara, objek wisata Watu Sumanti berperang dengan zaman.
Meski begitu, Batu Sakti yang ternyata diberi nama Watu Sumanti itu masih terus mencoba eksis.
Berhadapan dengan penduduk yang modern dan individualis, watu (batu) itu sesekali menampakkan kesaktiannya; ia menggandakan diri.
Pada waktu-waktu tertentu, Batu Sakti itu menang atas zaman.
Banyak warga yang datang padanya, meletakkan dupa maupun sesajen.
Namun lebih banyak ia dikalahkan.
Bahkan warga sekitar yang sejarahnya dilahirkan dari batu itu tak mau tahu dengan keberadaannya.
TRIBUNMANADO.CO.ID mengunjungi tempat itu beberapa waktu lalu.
Lokasi Batu Sakti Watu Sumanti
Watu itu berlokasi di depan Kantor Kelurahan Tikala Ares, Kota Manado, Sulut.
Kantor berada di ujung lorong sempit pada jalan yang menghubungkan daerah Banjer, Pumorow, dan Tikala.
Lokasi itu hanya terpisah jarak puluhan meter dengan kantor Walikota Manado.

Sesajen dan Dupa Ada di Atas Batu
Watu tersebut terdiri dari sekira sepuluh batu vertikal dengan ukuran 15-30 cm.
Batu-batu itu berhadapan dengan tiga batu pipih dan pendek.
Aneka sesajen serta dupa digelar di atas tiga batu pipih tersebut.
Watu tersebut dipagari dengan pagar besi.
Pada jarak semeter dari watu, berdiri prasasti yang menerangkan sejarahnya dalam bahasa Indonesia dan Inggris.
Sebuah pendopo kecil dibangun tak jauh dari prasasti tersebut.
Keadaan di sana begitu sunyi.
Hiruk pikuk pemukiman di kelilingnya seolah tak tembus ke sekitar Watu Sumanti.
Seakan ada dua dunia, satu dunia modern yang luas dan mengitimidasi, satu dunia tradisional yang kian terkikis.
Padahal, menurut sejarah, semua yang ada di sekitarnya, bahkan Manado berasal dari batu itu.

Batu Sakti Itu Jadi Tanda Pendirian Desa di Manado
Watu itu menandai pemukiman pertama di Manado.
Watu itu hadir sebagai tanda pendirian desa atau tempat pemukiman baru.
Area sekitar batu itu adalah tanah lapang yang kemudian menjadi tempat pemukiman Wanua Ares, pemukiman pertama di kota Manado.
Di Batu Itu Pernah Dilakukan Ritual Pengusiran Roh jahat
Dalam tradisi Minahasa, Watu Sumanti berasal dari kata watu (batu) dan santi (pedang).
Artinya, batu tempat memainkan pedang.
Dahulu kala, para Tonaas Minahasa melakukan ritual pengusiran roh jahat atau mengobati penyakit di batu itu dengan cara mengayunkan pedang.
Batu Sakti yang Bisa Menggandakan Diri, Dulu Dua Sekarang Jadi Banyak
Menurut sejumlah warga setempat, batu tersebut unik karena selalu menggandakan diri.
Tribunmanado.co.id mewawancarai seorang warga bernama Feki Lasut.
Ia mengaku turunan dari Ares.
Watu Sumanti yang berada di Kelurahan Tikala Ares, Tikala, Manado, Sulawesi Utara.
Menurut Feki, batu tersebut dulunya hanya dua.
"Namun sekarang ada banyak sekali, batu itu menggandakan dirinya," kata dia.

Dianggap Keramat hingga Tak Ada Warga yang Mau Mendekat
Lanjut Feki Lasut, dulunya batu itu dianggap keramat oleh warga setempat.
Tak ada yang berani mendekat tempat itu.
"Semua hormat dengan batu itu," kata dia.
Feki menuturkan, sejumlah warga pernah mengalami kejadian gaib dengan batu itu.
Dari seorang rekannya, ia mendengar cerita bahwa batu itu satu-satunya tempat yang tidak terkena banjir saat banjir besar tahun 1936 di Manado.
"Kala itu semua mengungsi ke Bumi Beringin. Anehnya batu itu tidak kebanjiran padahal posisinya berada tak jauh dari sungai," kata dia.
Feki mengatakan, batu itu hilang peranannya seiring waktu.
Dari batu bertuah, batu itu mulai diabaikan, bahkan dilupakan.
"Di sini banyak sekali pendatang, orang asli Ares makin sedikit, apalagi dengan kemajuan teknologi," kata dia.
Meski demikian, Feki menganggap batu itu tetap punya arti penting sebagai pengingat identitas serta arah di masa depan.
"Ini pun sangat bagus untuk pariwisata," kata dia.
Ada Orang yang Sering Bermalam di Batu Sakti Itu
Fivi, warga lainnya, mengatakan, batu itu masih sering dikunjungi sejumlah orang pada malam tertentu.
Menurut dia, orang-orang tersebut sering bermalam di tempat itu.
Tribunmanado.co.id mendapati sebuah motor parkir di seputaran watu.
Pengemudinya dua orang, sama-sama "bertapa" di batu itu.
Usia keduanya antara 30-40 tahun. (tribunmanado.co.id/Arthur Rompis)
Artikel ini hasil kompilasi daur ulang TRIBUNMANADO.CO.ID dari artikel yang sudah tayang di TRIBUNMANADO.CO.ID dan TRIBUNMANADO.CO.ID
Klik juga artikel aslinya di SINI
Baca Berita Lainnya di: Google News
Watu Sumanti
Manado
perkampungan pertama di kota manado
Sulawesi Utara
Batu Sakti
Wanua Ares
Tikala
Lezar Um Banua
Hut ke 400 Manado Meriah, Andrei dan Richard Sukses Jadikan Ibu Kota Sulawesi Utara Maju |
![]() |
---|
Terbanyak dalam Penanganan Laporan Masyarakat, Polresta Terima Penghargaan Pemkot Manado |
![]() |
---|
Hadiah HUT ke-400 Kota Manado Sulawesi Utara, BSG Revitalisasi Kampung Warna-warni Sindulang |
![]() |
---|
Semarak HUT ke-400 Manado, Andrei Angouw dan Irene Pinontoan Jalan Sehat Bersama Tokoh Agama |
![]() |
---|
Potret Suasana Rapat Paripurna Dalam Rangka Peringati HUT ke-400 Kota Manado Sulawesi Utara |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.